Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Sabtu, 10 Juli 2010

Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.”
Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010
Injil Yoh 17 : 20 - 26

Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip sebuah lagu dengan judul “Jangan Lepaskan Cintamu”, lagu tadi merupakan hasi kerja bareng-bareng antara Romo Andi Iwan MSF dari Salatiga bersama Studio Audio Visual Puskat tempat saya selama 20 tahun ini bekerja. Melalui lagu tersebut Romo Andi bersaksi bahwa bagi dia cinta Tuhan itu adalah segalanya. Dan Yesuslah yang akan membimbing dia membawa dia untuk bersatu dengan Bapa di surga. Itulah salah satu contoh pewartaan iman lewat media komunikasi antara lain melalui televisi.
Setelah puluhan tahun Gereja Katolik menggunakan buku majalah surat kabar, radio, video, filem dan televisi untuk pelayanan sabda untuk pewartaan iman. Anda mengenal majalah Hidup, anda mengenal majalah Utusan anda juga mengenal setelah berkunjung ke penerbit atau percetakan Kanisius dan anda mungkin juga sering menonton mimbar agama katolik entah itu di TVRI Yogya atau di RCTI atau SCTV atau Indosiar penyejuk iman Katolik Indosiar seperti tadi pagi setiap minggu pagi.
Namun sekarang ini Gereja dihadapakan pada perkembangan yang pesat dari
media-media yang terbaru seperti telpon seluler, atau internet yang sering kita kenal sebagai dunia maya. Pada tahun 2001 yang lalu pemakai internet di Indonesia sudah mencapai 25 juta orang dan diperkirakan pada tahun 2014 pemakaianya akan bekisar 75 juta orang. Dan menurut Kompas tanggal 5 Mei yang lalu saat ini di dunia terdapat 5 Milyard orang yang menggunakan internet. Gereja mengakui bahwa media baru seperti internet dengan segala fasilitasnya itu amat bermanfaat dan berpeluang untuk dijadikan sebagai media pewartaan iman. Dan anda semua dan terutama kaum muda saya kira sudah saat mahir dan sudah terbiasa menggunakan Email menggunakan Face book, Twiter dan sebagainya itu.
Surat gembala Paus Benediktus XVI yang dilayangkan, yang dikirimkan kepada umat beriman di seluruh dunia pada tahun ini memang bertemakan Imam dan pelayanan Pastoral di dunia Digital. Jadi bagai-mana media baru demi pelayanan sabda. Surat itu menyentuh saya, mengapa, sebab saya sebagai imam dan juga seluruh imam-imam yang lain yang khususnya bekerja di dunia Komunikasi itu merasa dihargai, didukung dan sekaligus ditantang. Demikian juga imam-imam yang lain yang tidak langsung bekerja di dunia media juga ditantang. Di tantang untuk menggunakan media baru ini demi pewartaan iman.
Antara lain Paus menulis demikian. “Kasih Allah kepada semua orang dalam Kristus mesti diungkapkan dalam dunia digital bukan sebagai teori tetapi sebagai suatu yang sungguh nyata hadir dan melibatkan diri oleh karena itu kehadiran Pastoral kita di dalam dunia seperti itu harus bermanfaat untuk memperkenalkan kepada orang-orang jaman sekarang bahwa Allah itu dekat. Bahwa di dalam Kristus kita semua saling memiliki.
Lalu apa yang kami lakukan melalui media televisi atau internet agar kasih Allah itu dapat diungkapkan secara nyata. Setiap tahun kami, saya bersama kru di Studio Audio Visual Puskat antara lain memproduksi 26 mimbar agama katolik Penyejuk Imani katolik di Indosiar. Dan setiap program di siarkan dua kali. Melalui mimbar agama seperti itu kami menyiarkan berbagai kegiatan kehidupan umat di paroki-paroki juga pelayanan para biarawan-biarawati. Juga kesaksian iman dari umat dan dikemas sedemikian sehingga dapat di tonton dan di renungkan oleh umat. Seperti misalnya pernah kami tayangkan tentang panti asuhan Widya Asih di Singaraja Bali. Panti asuhan yang di kelola oleh seorang Pendeta Kristen. Dan kami memang terbiasa untuk bekerjasama dengan kelompok saudara-saudara kita kaum Protesan. Dan setelah siaran itu ada orang yang datang kepada saya mengatakan, ‘Terimakasih hari ini harapan saya di bangkitkan kembali”.
Saya tanya mengapa?
Tadi saya melihat bahwa ternyata di jaman seperti ini toh masih ada orang-orang yang punya perhatian terhadap orang-orang yang terlantar bahkan anak-anak terlantar itu bukan anaknya mereka sendiri itu adalah anak-anak yang diterlantarkan oleh orang tua mereka, atau yang karena kemiskinam, tidak bisa bersekolah dan sebagainya. Dan anak-anak itu memang di asuh dan dididik dengan baik sehingga mereka mempunyai masa depan yang cerah. Itulah salah satu contoh bahwa wajah Kristus atau wajah Allah yang mengasihi dapat di perkenalkan melalui media komunikasi.
Paus juga menulis demikian, dengan meng-gunakan teknologi komunikasi baru para imam dapat memperkenalkan kehidupan menggereja kepada umat dan membantu orang-orang jaman sekarang untuk menemukan wajah Kristus. Tadi pagi di Indosiar kami siarkan Monsinyur Puja Sumarta Uskup Bandung tentang pe-ngalaman beliau meng-gunakan facebook. Ia mempunya teman lebih dari 5 ribu orang di facebooknya dan melalu facebook itu beliau dapat mem-bimbing orang-orang yang punya masalah. Beliau juga dapat mensharingkan penga-laman-pengalaman ro-haninya, mencantum-kan kotbah-kotbahnya. Dan banyak orang merasa di bantu dengan facebook itu, dengan percakapan rohani melalui media yang baru ini.
Saudara-saudara yang terkasih anda semua khususnya kaum muda telah akrab ataupun mengetahui dengan baik bahwa teknologi radio, Televisi, internet telekomunikasi ini semakin terintergrasi sehingga melalui internet kita bisa membaca koran, kita bisa mendengarkan siaran Radio, kita bisa nonton televisi. Kita juga bisa memasang program-program ide kita atau power point, atau naskah kita. Atau lagu-lagu yang kita dengarkan sendiri. Kita juga bisa mengadakan pembicaraan jarak jauh dengan biaya yang relatif murah. Kita juga bisa mengadakaan teleconferensi dengan teman-teman kita yang ada di Kalimantan, yang ada di Malaysia, atau bahkan yang ada di Rusia sana, atau di Amerika.
Jadi begitu unggul media komunikasi yang baru ini. Selain memiliki sifat cepat saji, efesien, punya daya tarik yang tinggi dan bisa menyandera kita, menyandera perhatian kita. Ada keunggulan lainnya yang oleh Paus di catat se-cara khusus, Paus menulis demi-kian,, “Kehadiran pastoral di dunia komunikasi digital justru mengantar kita untuk berkontak dengan penganut agama lain dengan orang-orang yang tidak beriman dan orang-orang dari berbagai budaya maka hal ini menuntut kepekaan terhadap orang yang tidak percaya yang putus asa dan yang memiliki kerinduan mendalam dan tak terungkapkan akan kebenaran yang abadi dan mutlak .
Kita bisa menyapa begitu banyak orang, renungan-renungan kita itu juga dilihat, dibaca tidak hanya oleh orang-orang katolik tetapi oleh siapapun yang mau membuka web side kita misalnya. Maka Paus melihat internet itu sebagai sebuah rumah doa bagi segala bangsa. Paus mengajak kita untuk memandang internet dan media baru ini sebagai tempat dan peluang baru dimana banyak orang dapat mengenal kembali wajah Allah.
Frater Renaldo FX yang punya pengalaman sebagai bloger yang sangat mahir di dalam bidang webside. Menulis sebuah buku, ”Merasul Lewat Internet Kaum Berjubah dan Dunia Maya.” Ia menulis demikian: ”Internet itu bagaikan laut sesuatu yang gelap dan mengerikan tempat di mana ada ombak gelombang tinggi yang mengganas dan ikan-ikan hiu yang besar dan mengangakan mulutnya, akan tetapi di laut yang sama tetap kita temukan surga keindahan, taman laut dan juga lumba-lumba yang sewaktu-waktu bisa menyelamatkan kita.”
Di dalam internet kita bisa membaca, melihat, hal-hal yang serem-serem, pornografi, cerita-ceria kekerasan, atau bahkan penipuan-penipuan, yang setiap hari saya menerima kiriman sekitar tiga tawaran untuk memperoleh warisan, harta yang beribu-ribu dolar itu bisa untuk peni-puan. Dan semua itu bisa menjadi jiwa kita hilang di dalam internet, kalau kita tidak hati-hati, kita bisa tersesat di sana. Tetapi di dalam internet kita juga bisa membaca, melihat, mendengar renungan-renungan iman yang menyejukkan, lagu rohani yang menyegarkan dan filem-filem pendek yang memberi inspirasi rohani. Dengan kata lain di dunia digital ini tetap ada peluang baru yang bisa kita manfaatkan demi pelayanan sabda atau pewartaan iman,
Paus menganjurkan para imam dan juga para pewarta untuk memanfaatkan internet semaksimal mungkin. Tentu ketrampilannya perlu ditingkatkan, fasilitasnya juga perlu di upgrade. Namun Paus juga mengingatkan para imam. Dalam dunia komunikasi digital para imam lebih dari sekedar sebagai ahli media. Khususnya mengungkapkan kebebasannya dengan Brevir, untuk memberikan jiwa baik sebagai pelayanan pastoralnya maupun bagi aliran komunikasi internet yang tak terbendung itu.
Nah bisa jadi kami para imam karena terlalu sibuk dengan hal-hal yang teknis lalu melupakan hal yang hakiki, yaitu bahwa tugasnya ialah mewartakan Kristus. Dan bisa jadi para imam malah menjadi agen ponsel, atau agen komputer dan sebagainya.
Nah hari ini hari komunikasi sosial sedunia patut kita jadikan saat untuk merenung untuk bertanya kepada diri kita masing-masing. Sejauh mana media modern ini telah kita gunakan dengan baik. Sejauh mana media baru telah kita pakai untuk melayani pe-wartaan iman. Ataukah justru kita salah gunakan. Untuk mewartakan diri sendiri ataupun juga ambisi-ambisi pribadi kita. Melalu injil hari ini kita dingatkan bahwa Yesus mendoakan para murid, mendoakan para pewarta dan juga, mendoakan orang yang menerima pewartaan itu. Yesus menghendaki adanya persatuan yang berdasarkan kasih sejati. ”Aku di dalam mereka, dan engkau di dalam Aku, supaya mereka sempurna menjadi satu. Agar dunia tahu bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka. Sama seperti Engkau mengasihi Aku. Tuhan Yesus mendoakan kita agar kita mulai mengenal dan mencitai sesama seperti Allah mengenal dan mencintai mereka. Menerima mereka sebagaimana Allah menerima mereka. Kita menjadi berdaya cipta dengan daya cipta Allah sendiri. Kita didoakan agar menjadi ranting yang tinggal di dalam Yesus sebagai pokok anggur dan kita dapat menghasilkan buah melimpah. Yesus berdoa agar tembok kebencian dan konflik diruntuhkan hingga tidak ada lagi perpecahan dan pemisahan, dan kita akan menjadi satu di dalam Allah dan satu di dalam satu sama lainnya.
Media komunikasi yang baru hendaknya kita pakai untuk mempersatukan bukan memisahkan kita. Allah mengasihi kita sehabis-habisnya. Dengan mengutus Yesus yang mati disalib dan kemudian dibangkitkan. Kita dipanggil untuk bersatu untuk me-ngalami kasih Allah dan kasih satu sama lain. Itulah yang perlu kita wartakan dan kini telah tersedia bagi kita berbagai sarana dan model yang terbaru untuk mewartakan kasih itu. Para imam dan pewarta diingat-kan untuk menggu-nakan media baru demi pelayanan sabda sebaik-baiknya. Dan kita semua dihimbau untuk menggunakan media baru tadi untuk menimba inspirasi rohani. Karena kita sudah dikasihi Allah kitapun harus saling mengasihi dan mewujudkan kasih itu di dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi itu adalah memberikan diri kita dalam kasih. Nah sebagai penutup dari homili ini akan disajikan video klip renungan tentang ”Kasih, bagaimana itu kasih dapat diwujudkan.” Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar