Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Jumat, 29 Januari 2010


Masukkan Code ini K1-BA4C5C-6
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Kamis, 14 Januari 2010

Kotbah Romo Yohanes Haryatmoko, SJ

”Syuku atas janji keselamatan”
Ekaristi Tgl 29 November 2009
Injil Lukas 21 : 25 – 28.34 - 36

Kita perhatikan injil hari ini, kita mungkin akan bertanya, mengapa pada awal masa Adven ini bacaan yang diambil dari gambaran tentang akhir jaman yang menakutkan. Gambar akhir jaman selalu mudah dilukiskan di dalam perjanjian lama dan saya kira ini merupakan tradisi di dalam perjanjian lama terutama pada kitab-kitab para nabi kita bisa menemukan dalam kitab Yeheskiel, Yoel dan juga dalam kitab Yesaya. Pertanyaannya mengapa kita membutuhkan ancaman yang menakutkan itu.
Ada dua kemungkinan jawaban yang pertama, karena Pedagogi pengajaran iman pada awal Gereja pada saat itu mungkin supaya umat tidak lengah karena selain ditinggalkan mulai jauh dari para murid. Yang kedua dalam situasi genting di Asia kecil para pengikut Kristus menghadapi penganiayaan, menghadapi penindasan, terutama orang-orang yang disebut anti Kristus yaitu juga termasuk di dalamnya ke kaisaran Roma. Kalau ini yang dipahami maka akhir jaman biasanya pada saat itu dikaitkan dengan kehancuran Yerusalem yang diserang oleh tentara Romawi dibawah pimpinan Titus pada tahun 68 mungkin yang kedua ini yang menarik bagi kita ada semacam kesamaan dengan situasi kita ancaman akhir jaman menunjukkan suatu kecemasan karena ada perubahan-perubahan yang penuh kekerasan ada resiko bahwa mulai jauh dari iman, mulai jauh dari cahaya itu sendiri yaitu Yesus Kristus.
Maka pada masa advent ini menjadi penting arti pertobatan dan situasi yang tidak pasti. Persaingan yang semakin tajam dimana-mana, konflik, sulit cari pekerjaan. Pendidikan belum tentu menjamin masa depan yang bagus. Pengaruh media semakin membuat sulit mendidik anak. Dan pergaulan yang menakutkan. Dalam hal inilah mungkin kita melihat relevansinya bagaimana menyikapi sebagai orang beriman. Dalam hal ini gambar akhir jaman dipakai untuk memberi harapan kepada para pengikut Kristus, harapan bagi mereka yang dalam kesulitan dan dalam pengajaran. Maka ajakan atau untuk berjaga-jaga lalu menjadi aktual. Injil ini dikatakan jagalah dirimu supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan. Serta kepentingan-kepentingan duniawi supaya hari Tuhan jangan jatuh tiba-tiba keatasmu seperti suatu jerat. Mengapa kita perlu berjaga-jaga kalau kita sudah dijamin oleh Kristus. Kalau harapan kita sudah diletakkan kepada Kristus, mengapa masih perlu berjaga-jaga. Seperti dikatakan oleh Paulus pada saat waktu tanda di beri yaitu ketika sangkakala Allah bernyanyi, berbunyi maka tuan sendiri akan turun dari surga dan mereka yang mati di dalam Kristus akan lebih dulu bangkit. Apa arti jaminan itu mengapa kita harus masih berjaga-jaga. Kalau Kristus adalah jaminan kita dan harapan keselamatan kita disini berarti berjaga-jaga mengajak kita untuk menyiapkan diri bisa menerima rahmat Tuhan. Rahmat keselamatan yang mengubah hidup kita sekarang ini juga. Tetapi perbuatan itu tidak datang dengan sendirinya. Atau dengan rahmat Tuhan langsung kita berubah. Tetapi kita juga diminta untuk bekerjasama dengan rahmat itu yaitu menyiapkan agar kita pantas, agar kita mau membuka diri bagi perubahan. Maka berjaga-jaga dalam Injil ini berarti mengajak kita bertobat untuk mengubah diri, karena niat baik tidak cukup. Bukan hanya masalah kalau saya mau lalu saya bisa berubah. Bukan kalau saya tau saya menjadi lebih baik, tidak. Pertobatan membutuhkan pembiasaan diri dan pelatihan diri. Berarti butuh waktu. Butuh latihan dan sarana.
Saya akan membandingkan dengan orang kalau belajar bahasa; meskipun saya mau ingin bisa berbahasa inggris, tidak bisa langsung bisa ngomong biasanya kita baru melatih baru berbulan-bulan baru bisa. Perilaku kita juga, kita akan berubah sikap membutuhkan latihan yang membutuhkan waktu. Maka butuh fasilitas.
Dulu kalau orang disuruh antri itu susahnya setengah mati. Orang sudah dianjurkan antri tidak mau antri tetapi sekarang kalau orang mau datang pertama kali lalu mendapat nomer kecil, maka orang mau tidak mau harus antri. Dengan memberi nomer maka memberi fasilitas yang datang pertama akan dapat nomer sehingga gilirannya menjadi yang pertama. Jadi perubahan tidak cukup niat baik. Perubahan harus ada fasilitas, tidak cukup dikotbahkan, meskipun dikotbahkan sekarang ingat nanti pulang sudah lupa semuanya. Jadi di sini kita bisa melihat artinya perubahan.
Pernah ada seorang Romo kotbah merasa bersemangat, merasa bagus keluar dari gereja tanya umatnya, “Bagaimana kotbah saya tadi?” Tentu saja umatnya sopan nggak mau mengkiritik Romonya. Meskipun kotbahnya lama. Lalu dijawab bagus Romo, kotbahnya bagus menyegarkan. Merasa dipuji bangga, tanya lagi wao.. bener ya, apa maksudmu menyegarkan? Wah bagus.. romo.. setelah Romo kotbah saya terbangun segar. ( gerr.. )
Saudara-saudara saya hanya mau mengatakan nasehat yang baik kotbah yang baik tidak juga akan masuk kalau kita tidak mencoba membuka mencari sarana yang membantu kita. Juga kalau orang yang suka membicarakan kejelekan orang lain. Meskipun datang mengaku dosa menyesal akan berubah keluar pengakuan dosa mungkin sehari dua kali dua hari masih bisa menahan diri tidak ngomongi jeleknya orang lain, tapi nanti hari ke tiga balik lagi seperti biasa.
Mengapa karena ini adalah kebiasaan berarti apa? Kalau mengubaah kebiasaan jelek berarti juga ada yang harus melatih, mengontrol. Kita minta bantuan teman kita, teman dekat kita. Jadi kalau saya mulai ngomong yang jelek tentang orang lain ingatkan saya.
Saya itu senang tinggal di Kolose Ignatius dibelakang ini dengan romo-romo, karena apa? Kalau ada salah satu yang mulai membicarakan jeleknya orang lain romo-romo yang lain diam. Lalu orang yang mulai ngomong itu malu. Tidak usah diingatkan apa-apa hanya semua diam, lalu dia malu tidak jadi ngomong. Sehingga saya merasa nyaman di rumah itu. Karena apa kalau saya pergi, saya kemanapun tidak pernah diomongi dibelakang. Jadi apakah teman-teman kita mendukung pertobatan kita, apakah ada sarana yang membantu kita untuk sungguh-sungguh mengubah hidup kita. Jadi harus ada yang sungguh-sungguh supaya kita bisa berpikir baik. Karena kecenderungan membicarakan jeleknya orang lain itu karena kita hanya ingin menafsirkan sesuai dengan kepentingan diri kita sendiri.
Dua bulan yang lalu saya mempunyai pengalaman yang menarik. Ada bekas mahasiswi saya yang sudah lulus S2 lima tahun yang lalu. Dia diundang, waktu itu mau kuliah di UI. Dia diundang untuk memberi ceramah, lalu dia meng SMS saya , “Pak saya tidak Pede, saya harus memberi ceramah etika politik, bolehkah pak saya konsultasi paper saya diperiksa.” “Boleh saja, datang saja ke Depok.” Oke. lalu setelah dijanjikan jam 3 tanggal itu hari “H” nya datang saya tunggu setengah jam nggak datang-datang. Lalu saya SMS, “Saya sudah menunggu anda setengah jam anda tidak datang.” “Lho pak saya juga sudah menunggu setengah jam”. “Dimana”, “Digedung dua”. “Saya ada di gedung 3 ”. “oh.. ya saya ke situ.” “Maaf saya harus mengajar”. Lalu saya pergi di SMS lagi sama dia. “Bapak marah ya?” “Enggak,.. sayang saja nggak ketemu.” Saya bilang begitu. Jawabnya apa, “Saya juga sayang sama bapak.” ( gerr.. )
Saya hanya mau mengatakan,.. kita itu kalau menafsirkan sesuatu itu apa yang saya inginkan, apa yang saya maksudkan tetapi tidak mau mencari sebetulnya orang lain mengharapkan apa, orang lain ingin mengatakan apa, apa yang dimaksudkan? Tetapi biasanya kita sudah setir, diarahkan oleh apa yang menjadi pikiran kita. Begitulah kalau kita ingin sungguh-sungguh menerima berjaga-jaga berarti sudah mencari cara baru untuk hidup baru.
Pada tahun-tahun pertama saya tinggal dengan frater-frater kolose ini dulu selalu rapat ramai tentang Vespa, kenapa? Vespanya kan Cuma ada 13 waktu itu, fraternya ada 25. kalau mau makai lalu hanya ditulis, hari ini jam berapa sampai jam berapa vespa nomer berapa? Tapi apa yang terjadi? Sering-sering ada yang tengkinya kosong. Lalu pinjamnya yang masih penuh diisi bensin. Ada yang rusak lalu pinjamannya yang masih baik. Yang lain didiamkan. Sudah diperingatkan setiap kali rapat, tetep saja selalu terulang terjadi. Apa arti pertobatan.
Menarik … suatu hari ada salah satu frater punya ide bagus. Saya akan memilih vespa yang paling jelek akan saya perbaiki tetapi yang pakai hanya saya. Itu kan ide bagus sejak itu satu vespa yang makai hanya dua frater, rusak atau baik mereka yang pakai, sejak itu nggak pernah rapat lagi, beres semua. Bahkan ada yang dicat merah kaya Ferari itu. Jadi saya hanya mau mengatakan karena sistim kepemilikan diubah, sikap yang tadinya seenaknya saja berubah. Aturanya diubah cara bertindaknya berubah. Jadi pertobatan berarti apa? Berarti mencari sistim baru yang mendukung perilaku kita yang baru. Jadi bukan hanya niat baik, bahkan orang yang pelit itu juga sulit kalau berubah. Meskipun kaya akan tetap pelit, kalau orangnya pelit. Karena itu kebiasaan itu sudah bertahun-tahun sejak kecil orang itu pelit. Kalau mau berubah supaya orang itu sungguh-sungguh mau, saya akan melatih diri lalu bisa kalau waktu awal bulan membuat buxjet sudah mulai menyingkirkan sebagian 50 ribu kita singkirkan untuk membantu orang. Baru kemungkinan akan berkurang pelitnya.
Karena apa kebutuhan itu selalu ada kalau tidak sejak awal kita memikirkan sesuatu sampai akhir bulan tidak pernah ada yang sisa, karena kebutuhan selalu akan muncul lagi. Jadi masalah murah hati, masalah mau membantu orang lain peduli itu latihan, dilatih sejak kecil. Meskipun kaya raya kalau pelit tetap pelit. Jadi disinilah sebetulnya kita diajak melatih. Berjaga-jaga karena apa, waktunya mendesak. Kita diajak berubah. Pernah itu ada seorang pimpinan LSM mengkiritk orang kaya di dekat kantornya, dia mangatakan, “ Pak menurut saya diantara orang kaya disini ini menurut pengamatan kami hanya bapak yang pelit yang tidak pernah membantu kami. Tentu saja orang yang dikatakan itu tersinggung. Langsung saja menjawab, “ Apakah anda mengamati ibu saya sakit di rumah sakit, sudah berminggu-minggu”.
“Wah.. maaf pak saya nggak tahu.”
“Apakah anda mengamati adik saya itu tidak bekerja sehingga anak-anaknya tidak sekolah.” “maaf pak.. saya tidak mengerti.
”Apakah anda mengamati bahwa kakak saya sakit sehingga dia juga tidak bisa hidup dengan keluarganya.” “Maaf, maaf, saya nggak tahu.” “Jadi kalau pada kelurga sendiri saja saya tidak membantu, apalagi pada kamu.” ( gerr.. )
Saya hanya mau mengatakan kemurahan hati itu mulai dilatih dari orang-orang yang dekat. Kalau kita dengan orang dekat tidak biasa peduli dengan orang dekat disekitar kita tidak biasa memperhatikan dan murah hati jangan berharap bahwa kita akan murah hati pada orang lain. Itu adalah pembiasaan itu adalah latihan. Itu bukan hanya masalah tahu, tapi bisa melatih membiasakan diri bekerja dan peduli pada orang lain. Sejak anak-anak maka sangat menarik, saya sangat senang juga waktu itu di SMP Kanisius itu ada Live In di keluarga yang kurang mampu. Anak yang tadinya selalu menuntut orang tuanya sebulan kemudian ibunya termakasih kepada salah seorang romo pembimbing di Kanisius “Romo terimakasih anak saya jarang-jarang menuntut bahkan uang sakunya dia sisihkan sebagian dia kirim di keluarga yang tidak mampu waktu dia live in disana.
Kita harus membantu mencarikan tempat kita harus membantu mencarikan sarana agar anak-anak kita mau peduli pada yang lain. Jadi disini mau di lihat bahwa pertobatan juga selalu membutuhkan latihan. Dan juga kalau seorang selalu ingin menjadi perhatian, itu tidak mudah tiba-tiba menjadi rendah hati, Orang yang sombong tiba-tiba menjadi rendah hati, itu tidak. Harus ada latihan.
Saya pernah dikritik oleh teman-teman saya, kamu itu suka menentukan tema kalau kumpul ngomongnya selalu kamu ngomong duluan lalu lainnya ikut-ikutan. Sebetulnya dia mau mengatakan kamu itu sombong, kamu itu ingin cari perhatian. Lalu saya sadar gimana caranya. Caranya adalah kalau setiap malam 22.30 kita kumpul saya datang terlambat 5 menit. Mengapa dengan begitu mereka sudah berbicara hal-hal lain sehingga saya harus mendengarkan dan mengikuti karena saya tidak tahu yang mereka bicarakan. Dengan begitu saya tidak ingin menjadi pusat perhatian. Butuh menemukan sesuatu membantu diri.
Suatu ketika di sebuah SD ada guru SD itu yang menkoordinir foto bersama, lalu membujuk murid-muridnya untuk membeli foto itu, katanya begini ; “ Coba kalau kalian nanti membeli menyimpan foto ini kalau kalian sudah menjadi orang mempunyai kenangan manis, lalu bisa melihat foto ini nanti bisa mengatakn 0.. ini Rima sekarang sudah menjadi Lawyer, o… ini Riki sekarang sudah menjadi dokter, o.. ini Rudi sekarang menjadi pengusaha sukses. Lalu tiba-tiba ada suara murid yang usil menyaut, “ o.. ini bener Bu Nita, guru kita sekarang sudah meninggal. ( gerrr…)
Saudara-saudara saya hanya mau mengatakan apa… kalau kita sering ingin menjadi pusat perhatian, jangan terkejut bahwa kadang-kadang kita menjadi kecewa karena penerimaan orang lain dengan yang kita harapkan. Disinilah pertobatan berarti, saya ingin mendengarkan, saya ingin mencoba melihat apa yang diharapkan orang lain, bukan pertama-tama apa kepentingan saya. Disinilah artinya kalau dikatakan oleh para Uskup itu mengubah Habitus, habitus disini adalah prinsip atau nilai-nilai moral yang dipraktekkan yang sudah dibatinkan tetapi sering harus tidak disadari namun mengatur perilaku kita sehari-hari. Rajin, jujur itu adalah habitus. Cekatan, tepat janji, rendah hati, peduli itu adalah habitus. Itu tidak bisa diubah begitu saja. Butuh latihan yang lain.
Pernah itu seorang bapak yang sering marah-marah pada keluarga dan kemudia meninggal. Lalu waktu misa arwah tentu saja kotbahnya romo itu tidak berani menyinggung kenyataannya. Waktu misa arwah romonya memimpin misa lalu kotbahnya demikian, “ hari ini kita menangisi orang yang luar biasa pemberani, pekerja keras, jujur, suami yang setia, yang penuh perhatian pada anak-anaknya.Isterinya yang berduka tidak tahan, menyikut anaknya yang sulung, “Coba lihat petinya, chek apa itu bapakmu apa bukan? ( gerr… )
Saya hanya mau mengatakan, jangalah berharap bahwa kalau kita mempunyai sikap jelek, suka marah atau suka mencela orang akan berubah begitu saja. Perubahan berarti membutuhkan waktu dan latian maka disini dikatakan berjaga-jagalah dan bertobatlah karena waktunya mendesak kalau tidak berubah sekarang besok juga tidak akan berubah. Amin.

Kotbah Romo. RM. Wisnumurti, SJ

“ Kristus Raja Kebenaran “
Ekaristi Tgl 22 November 2009
Injil Yohanes 18 : 33 b - 37

Kalau beberapa waktu yang lalu pernah terjadi sangat sulit untuk mendapatkan seliter minyak tanah. Apa yang menurut anda itu sulit didapatkan, tiket untuk nonton Film 2012. apalagi kalau mengikuti komentar dan berita lebih lanjut bahwa film itu akan ditarik dari peredaran maka pasti makin sulit untuk mendapatkan tiket 2012. tambah lagi kebetulan tadi pagi pas saya lihat siaran Televisi yang disiarkan serombongan anak-anak kecil sepertinya anak SD bawa poster demonstrasi yang di demo apa? Film 2012. katanya berbohong ini dan itu. Maka pasti nanti akan makin sulit lagi dapat tiket untuk nonton Film 2012, kenapa demikian. Karena dipandang bahwa Film itu menipu.
Padahal ini kalau sering kali sambil nonton ya film di televise lalu beberapa teman ada yang sangat serius menonton sampai dia ikut kalau Filmnya membuat dia kecewa, dia ikut bereraksi dan marah. Temannya yang sebelah cuman berkomentar, “Aah itu kan Cuma Film.” Lalu dia sadar, namanya juga film. Mungkin kalau orang terlibat sepenuhnya di sana itu bukan Film lagi.
Memang yang diceritakan katanya menakutkan sekurang-kurangnya keponakan saya cerita dia begitu takut karena melihat Film itu. Padahal bukankah cerita-cerita tentang hari kiamat itu bukan kali ini saja. Hanya nampaknya ini ditampilkan dengan alasan-alasan yang ilmiah sehingga orang jadi percaya. Seingat saya itu sekitar 25 tahun yang lalu ada juga berita tentang hari kiamat. Malahan dikatakan tanda-tanda juga seperti yang di ceritakan, tanda-tandanya jelas. Nanti bulan Oktober tanggal dan katanya itu terjadi tahun 1985, tahun 1985 lewat, belum ada kiamat. Lalu ada berita lain lagi mungkin anda masih ingat yang terjadi di negeri kita, ketika dibandung ada sekelompok aliran tertentu yang juga memberitakan dan mengakhawatirkan tentang hari kiamat lalu apa yang terjadi sampai dilarang oleh polisi atau juga yang terjadi di Amerika waktu itu sampai ada sekelompok jemaat tertentu karena mengikuti apa yang di wartakan oleh pimpinannya sampai bunuh diri masal, dan sebagainya. Ini lagi ada berita semacam itu membuat orang takut. Akhirnya orang berpikir seakan-akan pasti akan terjadi seperti itu. Salah satu cuplikan dari leflaet ranting embun yang ada di pintu-pintu gereja itu ada salah satu cerita kecil yang menceritakan begini. Seorang anak habis nonton 2012 dia begitu takut lalu sembunyi di bawah kolong waktu malam, dicari ibunya. Ketemu ketahuan di bawah kolom lalu ditanya,
“Kenapa?”
“Takut nanti kalau kiamat, Mama kesini dong.” Ya ibunya terpaksa mengikuti anaknya masuk kekolong. Tapi kan kolongnya sempit. Lalu ibunya berpikir bagaimana caranya mengajak anaknya supaya mau naik keatas. Lalu dia mulai mengatakan,
“Nak diceritakan bahwa pada waktu hari kiamat itu Tuhan Yesus akan datang dan menyelamatkan semua orang yang percaya kepadanya. Nanti kalau kita sembunyi di kolong Tuhan Yesus nggak lihat kita tidak diselamatkan.”
Anaknya mendengarkan rupa-rupanya. Lalu dibujuk mau naik ke atas tempat tidur, lalu sambil berbaring ibunya masih melanjutkan cerita lagi sampai anaknya tahu-tahu sudah terlelap.
Ibu- bapak, saudara-saudara terkasih kalau anda juga masih ingat, renungan minggu yang lalu yang juga terkait dengan kisah tentang akhir jaman. Kita diingatkan bahwa pada akhir jaman itu Kristus datang untuk meraja, Kristus datang untuk menyelamatkan seluruh umat yang mau menyambut Dia mau percaya kepadanya secara paripurna. Gam-baran tentang akhir jaman itu yang hari juga muncul muncul dalam bacaan-bacaan yang mengakhiri rangkaian tahun Liturgi dengan hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Tahun liturgi sendiri di awali dengan masa adven berarti minggu depan adalah tahun baru Tahun Liturgi Gereja. Dari Advent sampai hari raya Kristus raja sepanjang tahun liturgi umat diajak untuk membaca merenungkan dalam perayaan ekaristi untuk menyadari bahwa hidup kita ini adalah hidup orang-orang yang diselamatkan oleh Kristus, supaya lalu juga hidup kita selalu diwarnai dengan harapan, harapan dan keyakinan bahwa akhirnya segala sesuatu ditaklukkan di bawah Yesus Kristus. Karena Dia sendirilah yang akan meraja.
Kurang begitu di dengar, kurang begitu dipahami dan juga kurang di indahkan dalam hidup sehingga orang lebih takut akan cerita-cerita yang terjadi di sekitar. Gambaran yang ditampilkan dalam bacaan hari ini pun mencoba melukiskan situasi ketika Kristus untuk menyelamatkan secara utuh, menyelamatkan secara paripurna. Memang dalam bacaan pertama dan kedua barangkali gambarannya tidak lazim kurang menjadi sesuatu yang kita kenali, namun kalau kita kemudian mencoba untuk merenungkan bacaan injil mungkin pertanyaannya itu semakin bergaung karena lalu kita semakin menjadi bertanya tidak jelas. Kalau hari raya Kristus Raja mengapa yang ditampilkan justru Kristus yang disalib. Secara istimewa memang Yohanes mencoba menggambarkan kemuliaan Kristus bukan seperti yang digambarkan di muliakan di tahta sebagai raja, tapi Dia dimuliakan justru pada saat ditinggikan maksudnya ketika Dia disalib. Di sana Dia sungguh menjadi raja. Raja yang macam apa mungkin itulah yang dimaksud Kristus raja kebenaran sebagai tema kita hari ini. Kenapa dikatakan sebagai raja kebenaran rupa-rupanya itulah yang menjadi komitmen sepanjang hidupNya. Kebenaran Dia bawa, kebenaran Dia wartakan, kebenaran Dia lakukan sehingga membuat orang lain terutama juga para petinggi merasa tidak senang. Kebenaran memang bisa membuat hati orang lain tertekan.
Maka kalau tadi saya memulai apa yang sulit ditemukan akhir-akhir ini kalau lebih panjang rentang waktunya, anda pasti tahu kalau saya bertanya lagi apa yang lebih sulit lagi di tahun-tahun akhir ini? Jawabnya kebenaran, kejujuran, betapa setiap hari televisi menanyangkan masalah diseputar, anda tahu kasus KPK polisi, Bibit Candra dan sebagainya yang tidak kunjung berakhir, yang satu merasa benar, yang lain juga merasa benar. Dan semuanya itu semakin membuat orang bingung. Padahal kalau kita mau mencoba mencari tahu apa sebetulnya kebenaran itu? Kebetulan saya mencoba membolak-balik kamus. Kebenaran mempunyai arti satu, “Keadaan yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya.” Maka kalau di pengadilan yang semestinya mengatakan sesuatu yang cocok dengan yang sesungguhnya, tetapi tidak dikatakan berarti menutupi kebenaran.
Pengertian yang lain, “Kecocokan dengan yang sesungguhnya.” Apa yang diceritakan satu dengan yang lain mengenai tujuan yang sama, kok tidak sama, tidak cocok berarti ada sesuatu yang disembunyikan.
Yang ketiga, “Yang sungguh-sungguh ada.” Nah kalau istilahnya yang sering kali muncul, di kriminalitasikan kan dibuat menjadi kriminal berarti tidak kriminal. Lalu arti yang keempat, “Juga kejujuran”, berarti semuanya itu menyangkut ketidak benaran yang terjadi. Membuat orang juga lalu bertanya dimana sebetulnya kebenaran, bukankah semestinya pengadilan tempat orang mencari yang benar tetapi itu tidak ditemukan karena lalu kebenaran dapat membuat orang lain malu terhadap apa yang dibuatnya. Kebenaran dapat menjadi cermin yang membuka kedok, yang menutupi setiap orang. Kebenaran dapat membuat orang lain yang tadinya nampak hebat, nampak mengagumkan ternyata keropos. dapat menyakitkan. Namun justru itulah yang dengan setia dipegang oleh Yesus yang menjadi raja kebenaran itu karena Dia ingin mewartakan sebenarnya tentang Allah.
Dalam hidup Yesus kebenaran mengenai Allah dinyatakan, kebenaran yang mana bahwa dalam diri Yesus nampak Allah yang mengasihi manusia sampai pada kesudahannya. Itu yang diceritakan dalam injil Yohanes, ketika Yesus membasuh kaki para muridnya. Maka disitu mau dijelaskan bahwa Allah adalah kasih dan untuk menunjukkan kebenaranNya bahwa Allah adalah kasih Ia rela menyerahkan Putera-Nya sendiri demi menyelamatkan kita. Itulah ungkapkan kasih yang paling nyata, kebenaran yang paling nyata. Dan kerajaan adalah juga kerajaan kasih.
Karena itu sekaligus dalam diri Yesus diwartakan kebenaran mengenai Allah yang adalah kasih, dalam diri Yesus juga dinyatakan kebenaran mengenai manusia. Manusia sungguh dapat menjadi manusia mahluk ciptaan Allah hanya kalau dia hidup dalam kasih Allah dan itu juga dinyatakan dalam diri Yesus Kristus yang rela merentangkan tanganNya disalib untuk menyelamatkan kita. Itulah juga ungkapkan kasih yang sepenuhnya. Karena itu pada hari raya Kristus Raja ini pantas kalau kita bertanya sungguhkah Dia yang menjadi raja dalam hidup kita dalam hati kita, karena kita dipanggil untuk mewujudkan kerajaan Allah itu di tengah dunia. Di tengah dunia yang menutupi kebenaran, di tengah dunia yang menyembunyikan kejujuran. Untuk itu diperlukan pengalaman pribadi berkenalan secara pribadi dengan Allah melalui Yesus Kristus. Karena itu kalau kita sungguh mengenali Kristus dan mau menyatukan hidup kita dengan Dia, maka saat Dia datang sebagai Raja, merajai hati kita maka kita pun juga akan bersama Dia berani mewartakan kebenaran, berani memperjuangkan dan menjadi saksi kebenaran, kendati seperti juga yang dialami harus menghadapi resiko, tidak diterima bahkan dibenci oleh orang lain, namun bila bersama dengan Dia bisa mewartakan kebenaran itu maka kita juga akan memperoleh keselamatan. Dan karena itu kitapun juga dapat menjadi saluran keselamatan bagi sesama bila kita juga mewartakannya di dalam hidup kita sehari-hari. Amin.

Kotbah Romo Petrus Sunu Hardiyanto, SJ

“ Persembahan diri seutuhnya “
Ekaristi Tgl 8 November 2009
Injil Markus 12 : 38 - 44

apak – ibu adik-adik dan teman-teman yang terkasih. Hari ini sangat panas, saya lihat beberapa teman memakai buku, teks Ekaristi untuk kepet-kepet. Teman-teman beberapa hari yang lalu bahkan pada pagi hari saya merasakan angin bertiup keselatan sangat jarang di Yogya ini angin bertiup keselatan dan angin itu panas. Kenapa bertiup keselatan, tentu saja karena segoro kidul lebih panas dari pada Merapi ini sangat aneh. Tetapi kepanasan kita hari-hari terakhir ini minggu-minggu terakhir ini belum seberapa dibanding dengan kepanasan Elia dan janda di Sarfat. Elia berjalan di sungai Kerit dan menjumpai seorang janda yang sedang mencari kayu bakar. Untuk apa? Untuk memasak segenggam gandum terakhir, yang akan dimasak dimakan bersama anaknya dan setelah itu menunggu mati. Karena tidak gandum lagi di tempayannya.
Teman-teman kisah mengenai janda di Sarfat sesungguhnya adalah kisah keberanian mengambil resiko. Lihatlah Elia sang Nabi itu. Dia datang belum kenal dengan janda itu dan langsung berteriak, “Coba ambil air bagiku supaya aku melepaskan dahaga dari kendi itu.” Baru saja janda itu berjalan mau mengambil air nabi itu sudah berteriak lagi, “Bawa juga sepotong roti.”
Bapak-ibu kalau anda siang hari dirumah tiba-tiba bel dipencet ada tamu datang anda tidak kenal, begitu tamu dipersilahkan duduk, belum duduk dia sudah bilang; “Ibu tolong ambilkan air.”, ibu baru masuk mengambil air, sudah jelas.. “Bawa juga sepiring nasi.” dan seterusnya anda bisa membayangkan seperti apa rasanya, tetapi Elia melakukan itu bukan tanpa alasan, dia mengambil resiko ditolak. Janda itu menjawab dia dengan sangat mengejutkan. “Demi Allahmu yang hidup.” Perhatikan bukan demi Allahku, tetapi janda itu mengatakan, ‘Demi Allahmu yang hidup. Dirumahku tidak ada roti. Yang ada hanya gandum terakhir. Yang akan saya masak dengan kayu bakar ini sesudah makan bersama anak saya dan setelah itu kami akan mati.”
Elia mengatakan, “jangan takut lakukan saja apa yang aku katakan maka tempayanmu tidak akan kosong dan buli-bulimu tidak akan kering.” Dan janda itu mendapatkan seperti yang dikatakan Elia.
Teman-teman kisah mempersembahakan diri selalu diikuti resiko. Maka dalam buku ini dituliskan Tuhan percaya sungguh akan niat manusia sehingga ia berani mengambil resiko. Tanda bahwa kita mempersembahkan diri secara penuh adalah resiko yang harus diambil.
Tahun 2000 dunia dilanda El Nino. El Nino itu badai panas atau disebut El Nino. Samudera didekat Amerika panas, didekat Afrika panas. Sehingga meskipun Indonesia kaya laut setiap hari air laut menguap menjadi awan sebelum menjadi hujan awan diterbangkan angin kebarat. Atau ketimur sehingga tempat-tempat yang biasanya hujan turun tiba-tiba tidak ada hujan. Akibatnya apa? Tidak panen. Bayangkan kalau kita gagal panen tujuh kali kira-kira apa yang terjadi. Kita akan seperti janda di Sarfat makan beras terakhir dan menunggu mati.
Tetapi dibagian bumi yang lain yang biasanya panas justru mendapatkan banjir. Contohnya di Australia. Waktu itu saya mendapat kesempatan retret di padang gurun sebelum Tahbisan Diakon, saya kaget saya bayangkan gurun itu kering merah ternyata hijau. Gurunnya hijau karena apa?, baru mendapat hujan banyak sekali. Dan lebih dari itu sungai tertua di dunia yang sudah kering. Namanya Fingkeliperd di tengah gurun Australia itu banjir. Banjirnya seperti apa? Setinggi gambar ini. Sehingga apa? Air mengalir ke danau Eri yang sudah 40 tahun kering. Danau Eri di Australia sudah 40 tahun kering tinggal garam, begitu mendapat air tiba-tiba keanehan terjadi. Telur-telur ikan yang sudah dorman tidur bertahun-tahun menetas. Danau yang semula rawa garam itu menjadi penuh ikan namanya Rencofish. Renco itu pelangi karena apa? Karena ikan itu kalau kena matahari sisiknya itu berwarna seperti pelangi. Di Jawa mirip dengan wader kempli. Wader kempli itu cethol kalau adik-adik kita pulang kesekolah itu ke sungai pasti mencari cethol.
Aneh lagi ketika danau itu penuh dengan ikan tidak tahu datangnya dari mana burung – burung Pelikan, Pelikan yang paruhnya besar itu datang kedanau itu pesta mencari ikan, makan, kawin bertelur dan telurnya menetas. Tetapi apa yang terjadi sementara induk membesarkan anak-anak pelikan, ikan menipis dan pelan-pelan habis. Yang terjadi mengejutkan induk-induk Pelikan ini tidak membiarkan anaknya mati, anak-anaknya yang belum bisa terbang itu, tetapi induk-induk itu terbang ratusan mil benar-benar ratusan mil mencari ikan dan di bawa ke danau Eri itu untuk anak-anaknya sampai mereka semua bisa terbang.
Teman-teman ini kisah nyata, lihat di Google nanti di cari Eri, ketemu danaunya. Dan apa yang menarik pelikan itu mempertaruhkan dirinya terbang ratusan mil mencari makan untuk anaknya. Sampai anaknya bisa terbang.
Seminggu yang lalu teman saya romo berulang tahun, kami bergembira karena dapat roti banyak. Jadi kalau ada teman ulang tahun yang senang temannya makan roti banyak. Tetapi romo itu rerasanan, “Romo itu bilang kepada kita, “Aneh ya, kalau kita ulang tahun yang di SMS itu pasti kita yang ulang tahun, pernahkah yang meng SMS ibunya romo?, “ibu proficiat 46 tahun yang lalu ibu sudah mengambil resiko melahirkan romo yang nggaya itu.”
Teman-teman, tidak pernah aku yakin, ibukupun tidak pernah mendapat SMS yang mengatakan Proficiat karena ibu sudah mengambil resiko, mengandung Romo Sunu dan 43 tahun yang lalu melahirkannya dengan resiko.
Teman-teman persembahan diri seutuhnya itu terjadi sehari-hari ibu yang mengandung ibu yang melahirkan. Para mahasiswa yang kuliah itu mengambil resiko apa tidak? Mengambil resiko. Lebih enak apa tidak kuliah? Tapi apa dikatakan sebagai penganggur rugi ya, maka kuliah. Menjelang selesai kuliah apa? Bingung karena apa akan kehilangan pekerjaan, kerja kuliah yhaa….harus cari pekerjaan yang sesungguhnya maka bingung, kuliah itu juga persembahan, juga penuh resiko.
Pacaran, ini khan banyak pasangan-pasangan yang mencoba pacaran tho… Pacaran itu penuh resiko apa tidak? Penuh gitu lho. Lhoo..kalau nggak punya duit, kalau mau ngajak pacaran itu, kalau mau jajan… dompetnya kok tidak ada uangnya. Bukan hanya itu tetapi kalau putus itu. Pacaran bisa putus ndak tho?... lalu gimana kalau putus? Hancur hatiku.
Teman – teman pacaran itu tantangan untuk mempersembahkan diri bahkan kalau suatu hari anda diputus dengan tiba-tiba. Pendek kata saya hanya mau mengatakan kesempatan untuk mempersembahkan diri ada setiap hari, tidak perlu yang besar-besar yang harian itu menjadi kesempatan kita mempersembahkan diri mengambil resiko. Teman – teman jangan lupa kalau anda sudah mencoba mempersembahkan diri, sudah mengambil resiko jangan lupa rasakan apa akibatnya. Perhatikan tempayan mana yang tidak kosong dalam hidup anda. Buli-buli mana yang tidak pernah kering lagi karena anda berani mempersembahkan diri secara utuh dan ambil resiko. Saya yakin anda masing-masing punya itu. Punya tempayan yang tidak kosong lagi. Punya buli-buli yang tidak kosong lagi. Injil hari ini bicara hal yang sama janda itu mempersembahkan dua keping yang adalah nafkahnya yang adalah hidupnya mengambil resiko, itu sesungguhnya adalah cermin Kalvari. Yesus naik Kalvari memeluk salib, disalibkan dan mati supaya kita hidup.
Buat kita saat ini berkumpul di gereja ini sore ini karena itu. Karena Dia sudah menyongsong sengsara di Kalavari wafat dan bangkit supaya kita semua berani mempersembahkan diri mengambil resiko harian dan ingat menerima bahwa tempayan kita tidak kosong lagi, bahwa buli-buli kita tidak kering lagi. Teman-teman saya mengundang anda semua ambillah sejenak nanti, lihatlah kembali kapan di mana saya mempersembahkan diri secara utuh seperti apa resikonya dan akhirnya jangan lupa kita rasakan, tempayan mana yang tidak pernah kosong lagi, buli-buli mana yang tidak pernah kering lagi di dalam hidupku, Amin.

Kotbah Romo YB. Heru Prakosa, SJ

“Bahagia Dalam Persekutuan Para Kudus.”
Ekaristi Tgl 1 November 2009
Injil Matius 5 : 1 -12a

Ibu-bapak dan saudari-saudara yang terkasih selamat sore. Dari sekian ibu-bapak yang hadir disini saya yakin sebagian besar memiliki tambahan nama disamping nama-nama asli pemberian orang tua ketika lahir. Dan saya yakin nama-nama itu dipakai dikenakan bukan sekedar untuk gaya-gayaan mungkin malu dengan nama asli pemberian orang tua. Lalu minta dipanggil dengan nama baru itu nama yang sedikit kebarat-baratan supaya kelihatan modis atau trendy. Nama-nama itu kita tahu diambil dari nama-nama Santo-Santa Para Kudus. Dan hari ini Gereja mengajak kita merenungkan tema umum Bahagia dalam Persekutuan Para Kudus.
Gambar ilustrasi yang kita jumpai di halaman muka warta iman kita juga mendukung kepada tema itu. Dan jelas tema itu dipilih karena pada hari ini tanggal 1 November Gereja mengajak kita untuk merayakan semua orang kudus. Dan nanti tanggal 5 November adalah juga peringatan orang Kudus yang berasal dari Serikat Yesus.
Kita kenal ada banyak Santo-Santa beberapa yang akan kita kenang dalam bulan November misalnya tanggal 4 nanti Santo Carolus Boromeus. Lalu juga Santo Martinus atau Santo Stanislauskotska. Ada yang barang kali kurang dikenal ada yang namanya Santo Yosef Pignateli atau Santo Yohanes Berhmans. Dan diakhir bulan November Andreas Rasul dan kita barangkali juga masih ingat di awal bulan ini Paus baru saja memperoklamirkan beberapa Santo-Santa baru salah seorang diantaranya adalah Damian. Seorang yang membaktikan hidupnya di dalam tugas dan karya kerasulan di tengah orang yang menyandang sakit kusta di sebuah Pulau di Molokai.
Perayaan para Kudus bagi saya menjadi sebuah perayaan akan kebanggan Gereja atas anggota-anggotanya. Kebanggaan akan teladan baik yang telah dilakukan. Kalau nanti tanggal 10 November kita sebagai rakyat Indonesia akan bersama-sama memperingati hari pahlawan, pahlawan bangsa maka kiranya tanggal 1 ini dan nanti tanggal 5 juga kita bisa mengatakan kita akan mengenang para pahlawan Gereja.
Seorang penyair Perancis mengatakan; perayaan orang kudus adalah juga untuk menandai akan keabadian mereka. Tidak ada yang lebih hidup dari pada orang kudus yang telah mati. Maka akhirnya perayaan orang kudus menjadi kesempatan bagi kita untuk memperkokoh kesatuan antara anggota Gereja. Kesatuan antara mereka yang telah meninggal dunia yang sebagian mendapat pe-ngakuan kekudusan dari Gereja, sebagian menerima kerahiman ilahi dan kita semua yang masih hidup yang masih mengembara di dunia ini. Pertanyaannya lalu bagaimana sikap kita terhadap para kudus itu?
Di satu pihak kita tahu para kudus dapat berperan sebagai penolong dan pelindung kita dan karena itu wajar juga kalau kita terkadang minta bantuan memohon rahmat melalui mereka bagi kita. Santo Antonius dari Padua pelindung Gereja Katolik Kotabaru patungnya ada di belakang sering kita mintai tolong untuk mencarikan sesuatu yang hilang, sesuatu yang harus tidak dipahami sebagai materi atau benda. Kehilangan juga dapat karena kehilangan harapan kehilangan kepercayaan.
Dilain pihak para kudus juga dapat menjadi teladan, hidupnya dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk terus mebaharui diri terus-menerus dan itu bukan tanpa kenyataan kita masih ingat misalnya cerita tentang Ignatius dari Loyola, yang mengalami pertobatan setelah dia berkenalan membaca dari kisah para kudus yang hidup di jamannya.
Saudari-saudara yang terkasih bagaimanapun kita perlu ingat bahwa para kudus tetaplah manusia. Mereka adalah mahluk terbatas yang memiliki kekurangan dan kelemahan. Maka kalau kita mengadakan penghormatan kepada para kudus pendasarannya bukan pertama-tama karena kesempurnaan hidup mereka tetapi karena upaya mereka yang tanpa lelah, karena jatuh bangun mereka yang mau mengejar kekudusan. Mereka yang terus berusaha meminjam istilah bacaan injil yang kita dengar tadi yang mau terus bersikap miskin merasa bergantung kepada Allah. Atau mereka yang terus mengupayakan perdamaian, mereka yang bersikap lemah lembut penuh kepedulian kepada orang lain. Mereka yang lapar dan haus akan kebenaran. Mereka yang murah hati dan berani menanggung resiko bahkan kalau harus merelakan nyawa. Demi kebenaran itu.
Dalam sikap semacam ini kita disadarkan bahwa penghormatan kepada para orang kudus tidak boleh menggeser peran Yesus sendiri. Yesus pernah berkata menurut Santo Yohanes, “Diluar Aku kamu tak dapat berbuat apa-apa.”
Dan memang sangat mungkin dapat melakukannya karena peran Yesus, karena rahmat Allah yang bekerja melalui Kristus di dalam diri mereka. Penghormatan kepada para kudus akhirnya menjadi pengakuan akan rahmat Allah, akan asal – usul kekudusan itu sendiri yang mahakudus ialah Allah sendiri. Maka bersama para kudus dihadapan Allah kita melakukan seperti yang kita dengar dalam kitab Wahyu tadi. Kita bersyukur kita memuji, karena kebesaran, karena karya dan campur tangan Allah, rahmat yang memungkinkan para kudus dan kita semua hidup sebagaimana yang dikehendaki Kristus.
Saudari-saudara yang terkasih saya pernah tinggal di sebuah asrama mahasiswa sebagaian besar adalah Imam, mereka berasal dari berbagai bangsa. Dan suatu saat pembicaran di meja makan itu tentang santo-santa. Saat itu ada santo baru yang baru saja diangkat dan seorang teman yang memiliki kebangsaan sama dengan Santo baru yang baru saja diangkat itu bertanya kepada saya demikian.
“Heru apakah ada Santo-Santo Asli dari Indonesia?”
Lalu dengan tegas saya menjawab; “Tidak ada.”
Dia menanggapi; “O..ya saya lupa kamu bukan dari negara Kristiani maka tentu tidak ada orang kudus.”
Lalu saya menimpali; “Memang tidak ada santo-santa dari Indonesia tetapi kalau orang kudus kami punya banyak sekali.”
Saudari-saudara terkasih, saya yakin ada sebagian dari saudari-saudara kita yang sudah meninggal yang kekudusannya diakui, mendapat materai, meminjam bahasa dari bacaan pertama tadi pengakuan dari Gereja dan itu yang kita sebut dengan Santo-Santa, Beato atau Beata. Tetapi saya yakin ada juga saudari-saudara kita yang kekudusannya belum mendapat pengakuan bahkan mungkin tidak dikenal secara kudus. Kalau saya menghormati pada hari ini semua orang kudus maka saya memasukkan semua mereka itu.
Di belakang gereja ini ada rumah besar Kolose St. Ignatius tempat di mana para Romo, Bruder dan para Frater Serikat Yesus yang sedang belajar Teologi tunggal. Dan kalau ibu bapak masuk lewat bagian depan ibu bapak akan menjumpai sebuah gambar di dinding, ikon gambar tentang para kudus di abad ke 20 tadi sudah dimuat di tayangkan. Apa yang menarik adalah yang di bagian bawah di pojok bawah ada sesorang dilukis disana, yang dibawah ancaman laras senapan dia pakai baju biru, dia itu adalah romo Tarsisius Dewanto orang Magelang yang meninggal terbunuh beberapa tahun yang lalu di Timor-timur. Romo Tarsisius Dewanto tidak disebut santo tapi bagi saya keberaniannya, tindakannya yang sampai merelakan nyawanya untuk melakukan seperti yang dikatakan dalam injil tadi melakukan sesuatu demi kebenaran bagi saya tindakannya dapat digolongkan sebagai kudus. Dan menurut saya kekudusan tidak harus ditempuh dengan kemartiran. Kalau saya mengenang tindakan-tindakan baik yang dilakukan oleh romo Mangunwijaya misalnya saya tidak akan ragu, mengatakan bahwa tindakan-tindakannya merupakan keteladanan kekudusan. Bahkan saya juga yakin tidak hanya para imam atau biarawan-biarawati, tidak sedikit dari kaum awam yang barangkali tidak di kenal tetapi tindakan-tindakan mereka mencerminkan kekudusan dan dapat kita jadikan teladan di dalam hidup beriman kita.
Saudari-saudara yang terkasih Gereja adalah umat Allah satu keluarga di dalam Kristus, kita semua diundang untuk mengejar dan mencapai kekudusan yang sebagaimana yang diharapkan Kristus. Marilah kita mohon rahmat agar semuanya itu semakin mampu kita wujudkan dalam hidup keseharian kita. Amin.