Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Sabtu, 10 Juli 2010

Kotbah Romo Yohanes Hartono, SJ

“Rahmat Pembaptisan Menyelamatkan.”
Ekaristi Tgl 10 Januari 2010
Injil Lukas 3 : 15- 16. 21-22

Saudari-saudaraku terkasih, bapak-ibu sekalian, hari ini adalah pesta Pembaptisan Tuhan, puncak dari masa Natal, kata orang seperti kita orang dari gereja Barat. Tetapi kalau orang gereja Timur mengatakannya adalah masa Penampakan Tuhan. Sedianya saling melengkapi dan kita semua mau diajak kembali kepada gua Natal yang menyimpan misteri Allah beserta kita. Allah yang menampakkan diri di tengah-tengah kita. Maka ini hari terakhir hari gua Natal anak-anak kalau masih mau melihat nanti silahkan lalu besok sudah hampir pasti, kita harus menunggu lagi satu tahun lagi. Hari ini sepertinya mau mengatakan semoga Natal tidak cepat berlalu.
Saudari-sadaraku mengapa demikian? Karena Natal bagaimanapun juga menghadirkan kepada kita kebahagiaan tertentu. Kita masih ingat kumpul-kumpul keluarga, kita masih ingat merencanakan liturgi perayaan di gereja ini atau di tempat yang khusus yang kita pilih agar keluarga-keluarga yang tidak mau merayakan di tempat-tempat besar tapi pergi ke tempat kecil, supaya rasa kandang yang sendiri itu bisa teralami. Pokoknya Natal pesan Allah beserta kita ingin dibawa secara istimewa karena itu mengingatkan jati diri kita sebagai orang Kristiani, yang juga sekali lagi ditegaskan ketika kita dibaptis. Kita mau membuka diri akan uluran tangan Allah beserta kita.
Pada masa liburan seperti ini kami yang di universitas, saya pernah membantu sebuah Paroki dan heran sekali ada program yang ditata untuk menerima kembali orang katolik yang kembali ke Gereja. Maksudnya apa? mereka ini sudah 50 tahunan tidak lagi ke gereja. Mereka ini biasanya sampai 30 tahun meninggalkan Gereja. Tetapi ada rasa tertentu mungkin di dalam hatinya mereka ingin melihat lagi buku baptis di mana nama mereka ditulis dengan nama orang tua dan emban baptis, semacam nostalgia yang ada kaitannya dengan iman. Atau mereka merindukan pada suatu saat, ketika kita mendengarkan Sabda Allah di gereja ini sesuatu menyapa. Kehidupan di luar kadang-kadang sungguh hampa sabda, katakanlah demikian. Tidak seperti yang kita baca paling tidak setiap saat kita berkumpul. Dengan kata lain sepertinya mereka ini mau mengatakan siapapun aku, aku adalah orang yang pernah dibaptis. Aku tidak sendiri, aku punya teman. Aku punya komunitas, aku punya Gereja, yang selalu membuka tangan bagiku. Aku tidak sendiri, juga tidak sendiri saat aku ingin menemukan apa makna hidupku di tengah kesibukan dan luar biasa pekerjaan sehari-hari yang seringkali memakan kita begitu saja. Lupa bahwa hidup kita jauh lebih berarti daripada sekedar bekerja saja.
Saudari-saudaraku terkasih, cerita ini mungkin masih jauh dari kita, mungkin masa depan kita akan sampai, siapa tahu? Tapi marilah kita kembali kepada pesta hari ini pesta Pembaptisan Tuhan. Marilah kita mencoba memahaminya secara lebih dalam. Saudari-saudaraku terkasih, kita mendengar sore hari ini pewartaan tentang Pembaptisan Tuhan melalui Injil Lukas, Injil yang khusus sekali. Marilah kita memahaminya dengan latar belakangnya. Latar belakang yang diketengahkan oleh Lukas untuk pembaptisan Yesus adalah kehadiran Yohanes Pembaptis. Suara yang berseru-seru seperti yang dikatakan oleh nabi Yesaya. Suara yang berseru-seru ditengah-tengah padang gurun kehidupan. Apa yang diserukannya, apa yang dikatakannya Yohanes Pembaptis. Pertama, “Bertobatlah, bertobatlah.” Yohanes juga mengatakan berganti haluan hidup mari kita meninjau kembali. Kalau kita menjauhi Allah marilah kita balik banting setir, mengarahkan kehidupan kita kepada Tuhan. Atau seperti dikatakan Lukas 30. mungkin bisa dikatakan demikian. Lukas bab 3 ayat 10 ; “Temukanlah kebahagiaan yang berasal dari hatimu. Yang berasal dari pengalaman dibebaskan dari dosa.” Pewartaan Yohanes adalah pewartaan pengampunan dosa. Supaya orang bertobat. Lalu datanglah Yesus, bersama dengan orang banyak itu memberikan diriNya dibaptis. Yesus juga mendengar pertanyaan orang kepada Yohanes pembaptis orang banyak bertanya, pemungut cukai bertanya, para prajurit bertanya, Yesus mendengar Yohanes mengatakan; “Kalau engkau mempunyai dua helai baju, bagikanlah; kalau engkau mempunyai makanan lebih bagikanlah; jangan makan riba, jangan memeras, jangan merampas.” Saya membayangkan Yesus memikirkan hal itu juga. Dan salah satu pertanyaan besar di dalam semua Injil, saudara-saudariku, mengapa Yesus harus dibaptis? Kalau Gereja mengatakan, Gereja mengimani bahwa Ia tidak berdosa. Satu-satunya jawaban yang bisa kita jawab. Kita temukan dalam reflkesi Romo Tom Yakob sajalah, Kitab Suci mengatakan “Dia mau menjadi sesama kita. Dia ingin terhitung dari antara yang durhaka. Dia ingin menjadi teman sepeziarahan kita sekalian.”
Lalu Lukas menyampaikan sesuatu yang penting sekali yaitu keyakinannya. Apa yang dikatakan Lukas? “Roh Kudus turun terdengar suara, suara yang Ilahi mengatakan, “Engkaulah Putra terkasih, Engkaulah Anak yang kukasihi kepadaMu Aku berkenan.”
Lukas mau mengatakan bukan, “Hai, mari kita bersyukur bersorak pesta karena Yesus dilantik,Dia punya status sebagai Anak Allah”. Bukan begitu, Lukas mau mengatakan,
“Yesus memulai pekerjaannya, bukan soal status Yesus, sekali lagi, ingin memulai pekerjaanNya sebagai Penebus.” Maka pembaptisan Yesus bagi Santo Lukas berarti Yesus yang terbuka bagi kekuatan-kekuatan Allah, Yesus membuka diri supaya kekuatan-kekuatan Ilahi meresapi kehidupanNya, mengarahkan hidupnya dan menjadi tuntunan kita dalam hal iman dan kehidupan beriman seperti dikatakan Ibrani 12 ayat 2. Maka saudara-saudariku terkasih, Lukas mau menegaskan kepada kita, “Hai inilah kehendak Allah.” Lalu kita bertanya, Santo Lukas apa kehendak Allah?
“Kehendak Allah adalah ini, kehendak Allah adalah Allah ingin menyertai umatNya.”
Dan di dalam Yesus secara khusus kalau kita dibaptis kita mengatakan, Amin, kepada Yesus, Allah yang menyertai umatnya menjadi konkret karena kita terima kita ia..i Matius 3 ayat 12 mengatakan, “ Yesus berkata, biarlah hal itu terjadi agar kehendak Allah digenapkan.”
Saudara-saudariku terkasih, lalu apa pesan untuk kita, pesan khusus untuk kita. Silahkan menemukan sendiri, saya mengusulkan dua hal ini. Yang pertama dalam perayaan hari ini kita tidak hanya menerima keselamatan tetapi kita juga diundang untuk mengamalkan rahmat baptis kita. Lalu kita boleh bertanya kepada Santo Lukas,
“Contohnya gimana Lukas?
Contohnya adalah misalnya Lukas 10 ayat 25 mengatakan, “Mengapa tidak engkau menjadi seperti orang Samaria yang baik hati itu, membantu mereka yang luka”, atau kita ingat yang dibacakan Lukas, “Kalau engkau mempunyai dua helai baju bagikanlah, makanan berbagilah bagi mereka yang kelaparan. Jangan mengambil riba, jangan memeras, jangan merampas.”
Lukas juga mengatakan kepada kita saudari-saudarku, terkasih. Yesus tidak hanya mengundang tetapi mengutus murid-muridNya. Lukas 9 ayat 2 mengatakan hal itu. “Yesus mengutus murid-muridNya untuk mewartakan kerajaan Allah. Untuk menyem-buhkan orang.”
Yang terakhir, satu kata penting di dalam Injil hari ini adalah DOA. Kalau kita lihat kembali di halaman 6 kita menemukan bahwa ketika Yesus mengalami Allah yang berkenan kepadaNya ketika langit terbuka, ketika roh kudus turun kepadaNya. Dikatakan, “Yesus sedang berdoa”, apa artinya doa? Doa berarti disini terbuka; doa berarti mau membiarkan kekuatan Ilahi meresapi kehidupanNya. Doa bagi kita berarti saat menimbang, saat hening untuk mengutamakan dan mempersilahkan Allah memimpin kehidupan kita.
Seputar tahun baru ini saya dapat email yang luar biasa dari seorang teman lama. Hanya saya ingin mensharingkannya demkian, singkatnya dia mengatakan demikian,
“Romo saya dengan suami saya itu makin lama makin jelas sekali perbedaannya. Singkat kata romo suami saya masih tetap bekerja di kantor Keuskupan, kalau pulang ia langsung buka TV, dia nonton TV dan sering kali tidak hanya nonton TV. Dia buka radio bersamaan nonton TV dan mendengarkan radio. Saya lebih senang keheningan, saya lebih senang sepi dan waktu saya lebih senang saya pakai untuk anak-anak, bersama anak-anak mengantar anak-anak untuk les untuk sekolah dan seterusnya. Pokoknya sangat berbeda.” Lalu dia mengatakan, “Satu hal yang sama, antara aku dan suamiku adalah Yesus Kristus”.
Saya penasaran, saya tanya teman apa yang terjadi dengan keluarga ini. Dia mengatakan, teman saya mengatakan, “Keluarga ini sebetulnya sudah banya up and down, jatuh bangun, sudah seperti kapal pecah, sudah beberapa kali memikirkan pisah saja. Terlalu besar perbedaannya.” Tetapi mereka entah bagaimana masing-masing keluarga punya rahasiannya sendiri, menemukan Yesus Kristus, mereka direkatkan oleh rahmat baptis itu yang menyatukan mereka dalam suka dan duka.
Maka saudara-saudariku terkasih, betul kata Santo Paulus kepada Titus bab 3 ayat 5 ; “Dibaptis berarti lahir kembali, mendapatkan pembaharuan hidup di dalam Kristus,” Marilah kita bersyukur untuk rahmat ini dan juga bagi kita yang masih merindukannya, masih menimbang untuk dibaptis apa tidak. Marilah kita juga berdoa untuk keluarga-keluarga yang berjuang, kita berdoa juga untuk Gereja semoga makin terbuka kepada Allah beserta kita. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar