Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Sabtu, 10 Juli 2010

Kotbah Romo RM Wisnumurti, SJ

”Telah Bertobat Rela Berbagi.”
Ekaristi Tgl. 28 Februari 2010
Injil Lukas 1 : 1 - 4

Ibu-bapak, saudara-saudari terkasih selamat sore, kita telah memasuki pekan ke dua dalam masa Prapaskah, dimana mengawali, masa prapaskah kita memang diingatkan bahwa kita memasuki masa tobat, tetapi juga masa yang penuh rahmat. Kalau kita menjalani masa prapaskah biasanya memang lalu kita mulai mengikuti acara-acara salah satunya yang juga banyak peserta yang mengikuti adalah jalan salib. Karena sesuai dengan masanya jalan salib mengajak kita untuk ikut terlibat dalam hidup Yesus, lebih-lebih masa Dia hendak melaksanakan sepenuhnya tugas yang diterima untuk melaksanakan karya penyelamatan. Maka kalau mengingat hal itu lalu membaca Injil hari ini barang kali kalau ada yang bertanya-tanya memasuki masa prapaskah minggu ke dua kenapa bacaan Injilnya menampilkan Yesus yang menampakkan kemuliaanNya. Apakah itu cocok? Rasanya kok kurang pas.
Memang kalau orang bisa menikmati, merasakan kemuliaan yang dirasakan dibawa oleh Kristus, tentu orang juga sungguh merasa bahagia. Yang lain-lain akan kehilangan nilainya. Itu yang juga dirasakan dan dialami Petrus dan teman-temannya tadi. Mereka memang diajak oleh Yesus untuk naik ke atas gunung, tetapi memang tidak dimaksudkan bahwa Yesus mau pamer kemuliannya kepada mereka, bukan. Tetapi dikatakan bahwa Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus naik ke atas gunung untuk berdoa. Dalam kekhusukan doaNya itulah Yesus menampakkan kemuliaanNya. Tetapi sementara itu catatan yang tadi juga kita baca. Sementara itu Petrus dan teman – temannya telah tidur. Mungkin kecapaian ketika mereka mendaki gunung sehingga sampai di atas, ketika Yesus berdoa malahan mereka tertidur karena kelelahan. Barulah ketika suasana kemuliaan mereka rasakan, mereka terbangun dan terkejut juga. Apalagi juga mereka menyaksikan ada dua orang yang sedang bercakap-cakap dengan Yesus yang juga nampak dalam kemuliaannya, mereka mengenal itu sebagai Musa dan Elia. Hal itu menggambarkan memang saat Yesus dimuliakan, menimbulkan rasa sukacita damai dan bahagia.
Beberapa minggu terakhir, beberapa kali saya diminta untuk merayakan Ekaristi dalam rangka persiapan untuk pemakaman keluarga yang meninggal dan keluarganya minta untuk Ekaristi Requiem. Dalam rangka itu, kepada yang meninggal salah satu yang mendasari dan memberikan hiburan menumbuhkan iman adalah janji yang disampaikan oleh Yesus, ’Barang siapa percaya kepadaKu, dia akan kubangkitkan pada akhir jaman dan Bapa menghendaki supaya mereka yang percaya kepadaKu, tinggal bersama dengan Aku di tempat di mana Aku berada.” Dan itu berarti bertempat di mana Yesus dimuliakan, saat Dia sudah dibangkitkan. Maka sebetulnya menjadi cukup jelas, bahwa arah perjuangan hidup setiap pengikut Kristus, setiap orang beriman adalah bersama dengan Yesus, tinggal di dalam kemuliaan bersama dengan Dia. Kendati memang gambaran itu sudah cukup jelas namun orang harus berusaha dengan segala daya dan tenaga, supaya bisa mencapainya. Karena itu memang penggambaran penampakkan kemuliaan Yesus yang muncul sesudah Dia berdoa. Berdoa berarti Dia secara intens berhubungan, berkomunikasi dengan BapaNya. Karena itu selalu memancarkan kemuliaan tadi.
Dan hadirnya dua tokoh besar penjanjian lama memberikan landasan yang kokoh bahwa Mesianisme yang dijanjikan itu yang terlaksana di dalam diri Yesus. Telah terlaksana itu bukan karena Yesus membuat mukjizat ini dan itu. Tetapi terutama karena kesetiaanNya. Maka yang dicatat oleh Lukas dalam Injil tadi Musa dan Elia yang juga dalam penampakkan kemuliaanNya berbicara dengan Yesus mengenai tujuan perjalananNya yang akan di temuiNya di Yerusalem. Dan itu berarti bahwa Ia akan mengalami penderitaan, Dia akan ditolak olleh para pemimpin dan kemudian dibunuh. Tetapi Ia juga akan dibangkitkan pada hari ketiga. Maka penderitaan wafat dan kebangkitan Yesus di Yerusalem itu sama seperti ketika orang Israel keluar dari perbudakan di Mesir bagi umat manusia, bagi orang beriman dengan wafat dan kebangkitan Kristus berarti mereka juga dilepaskan dari perbudakan kekuatan dosa. Kekuatan-kekuatan yang memisahkan manusia dari Tuhan. Dengan itu Yesus membawa kembali manusia kepada Tuhan. Itulah yang dijalankan dan kemudian ditandaskan dengan kehadiaran Musa, yang mewakili hukum, Elia yang mewakili ke nabian, Musa yang mewakili nasionalisme, dan Elia yang mewakili hidup keagamaan. Dengan demikian pernyataan mereka kesaksian mereka menjadi landasan yang kokoh. Namun sekali lagi Mesias itu bukanlah Mesias yang hanya menampakkan kemuliaan semata-mata. Tetapi mesias itu adalah mesias yang memang harus menjalani penderitaan dan wafat untuk kemudian dibangkitkan dengan kemuliaanNya. Berarti setiap orang seperti dikatakan oleh Yesus, barang siapa mau mengikuti Aku harus memikul salibnya berjalan bersama Aku, berarti juga mereka yang mau ikut serta di dalam kemuliaan digabungkan dalam kemuliaan Kristus itu juga harus ikut serta berjalan bersama Kristus, menempuh jalan sebagaimana dilalu oleh Yesus, penderitaan, wafat, dan kemudian kebangkitan. Karena itu santo Paulus, menunjukkan jalannya supaya orang bisa mengikuti itu harus berani mendisiplinkan diri mengarahkan fokus pandang kepada Kristus. Maka lalu juga diingatkan dalam bacaan kedua tadi, kalau orang yang menjadi musuh Kristus, mengutamakan perutnya, mempertuankan perut, atau juga hal yang duniawi, maka Paulus mengingatkan semua itu harus berani disingkirkan. Segala hirup pikuk dunia yang menganggu arah pandangan kepada Kristus harus disingkirkan.
Ibu bapak-saudara-saudari terkasih, dalam Tuhan. Bila masa Prapaskah kepada kita ditawarkan usaha untuk membangun sikap tobat dan itu memang menjadi pokok penekanan Lukas yang dibacakan pada hari-hari minggu dalam Injil supaya lalu kita juga berusaha menjalani masa tobat itu sebagaimana ditawarkan kepada kita oleh Gereja. Karena ibaratnya kalau orang mempunyai kendaraan bermotor ada saat tertentu perlu diservis supaya jangan sampai karena kotor tidak terpelihara dan mogok pada waktu di pakai. Tentunya juga iman kita perlu diservis. Maka masa Prapaskah masa tobat itu juga disebut sebagai masa membangun iman kita kembali.
Tahun ini keuskupan Agung Semarang menawarkan kepada kita tema untuk mengisi masa Prapaskah sebagaimana anda bisa membaca di spanduk yang besar atau di dalam teks-teks yang selama ini juga di bagikan kepada kita juga, kita diajak untuk bersyukur, bersyukur karena rahmat keselamatan yang sudah dilimpahkan kepada Tuhan. Bagi keuskupan, bagi seluruh umat, bagi keluarga-keluarga, namun syukur itu perlu diwujudkan di dalam membangun sikap tobat. Sikap tobat yang dalam masa Prapaskah juga diusahakan lewat tawaran yang pada waktu itu dibacakan juga sebagi peraturan puasa dan pantang, mengingatkan kita bahwa dalam masa tobat ini kita diajak untuk meluangkan waktu secara khusus berdoa. Bukankah tadi juga dalam bacaan injil dikatakan doa itulah yang menjadi penekanan yang membuat Yesus kemudian karena persatuan dengan BapaNya menampakkan kemuliaanNya. Dengan doa ibadat dan karya amal kasih terutama dengan bermati raga berpuasa dan berpantang itu hanyalah caranya, itu bukan tujuan. Maka kalau dikatakan kok puasanya orang katolik itu ringan, karena memang bukan tujuannya untuk berpuasa supaya orang berkuat diri, karena bisa menahan diri. Tetapi bagaimana dengan cara yang sederhana, dengan cara yang ringan orang belajar mengendalikan diri, supaya bisa mengarahkan perhatian kepada Tuhan. Bila itu diupayakan seharusnyalah juga membuat orang terdorong, bukan hanya memikirkan dirinya sendiri, maka lalu dalam tema itu lalu juga dikatakan Telah bertobat, Rela berbagi. Memberi perhatian juga kepada sesama sehingga tawaran keselamatan bukan hanya untuk diri kita sendiri, bukan hanya untuk di nikmati sendiri, tetapi juga dapat disalurkan, dibagikan kepada siapapun, yang terbuka hatinya untuk mau menyambut dan menerima keselamatan itu. Oleh karena itu saudari-saudara sekalian bersama dengan Yesus yang tatat melaksanakan kehendak Bapa maka juga wujud tobat kita tata melaksanakan apa yang ditawarkan kepada kita supaya kita juga lalu bisa menjadi saluran rahmat bagi sesama untuk memperoleh keselamatan. Amin.

1 komentar:

  1. Selamat Jalan Romo. Wisnu...
    Khotbahmu slalu dikenang umatmu.

    Semoga engkau sekarang dapat beristirahat dengan tenang, dalam Kerahiman Tuhan. Amin

    BalasHapus