Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Sabtu, 10 Juli 2010

Kotbah hari Raya kenaikan Tuhan.

Ekaristi Tgl 13 Mei 2010
Injil Lukas 24 : 46 – 53


Saudara-saudara yang tekasih pada hari yang dekat dengan ujian nasional, kelulusan, kenaikan kelas, kita memperingati Kenaikan Yesus ke surga dan saya berharap 90 persen dari anda semua bergembira karena putra-putrinya naik kelas, lulus sekolah.
Saya orang baru disini masih jetflag, belum terbiasa dengan berita-berita nasional. Dan ketika tadi saya chek majalah yang memaparkan seorang tokoh yang bernama Susno yang saya tidak kenal, saya tidak tahu menahu background dan sebagainya. Lalu saya teringat pengalaman ketika saya masih SD di Jakarta dan saya melihat kecelakaan cukup fatal di perempatan jalan, dan saya melihat dengan mata kepala saya sendiri bersama om di sebelah saya, dan ketika saya mau mendekat, Om saya menarik. ”Kenapa?”
” Nanti kalau polisi datang kamu dijadikan saksi.”
” Lho kenapa, jadi saksi kan tidak apa-apa?”
” Nanti kamu akan repot, di panggil kesana kemari dan macam-macam.”
Barangkali saya tidak tahu..? Tapi setelah saya membaca majalah tadi memang saya mulai mengerti, betul menjadi saksi bukan soal repot bahkan bisa menjadi tersangka, teraniaya, dipenjara dan sebagainya.
Saya tidak ragu akan hal itu, karena juga dalam injil Yohanes bab 15 dikatakan kurang lebih, Yesus mengatakan, ”Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu saksi akan diriku.” Menjadi saksi karena Yesus juga dianiaya maka akan teraniaya juga sebagaimana Yesus.
Saya tidak bisa lebih banyak bicara mengenai bacaan hari ini tapi saya akan mencoba praktek utak-atik gathuk, dan saudara-saudari jangan ikut menggathuk-gathuke nanti konslet kalau salah sambung.
Kata saksi, yang muncul dalam benak saya, pertama adalah salib. Menjadi saksi kristus apa yang terngiang? Apa yang terimajinasikan dalam diri saya. Salib dan tidak hanya salib kebangkitan. Kematian tidak saya maksudkan karena sudah terangkum dalam salib dan kebangkitan, meski ditengah ada kematian.
Salib dan kebangkitan adalah untuk iman kita. Maka kalau kita mengklaim bahwa kita adalah orang kristen tidak bisa tidak ada salib dan ada kebangkitan. Dan barang kali kita hanya berhenti pada salib, setiap kali menggerutu, dengan raut muka yang tidak jelas, karena pelajaran membosankan, karena anda yang dari dulu menyebalkan tidak pernah berubah. Karena gereja penuh dengan orang-orang yang cuma mencari jodo yang menggetarkan. Dan ini membuat muka kita cemberut terus dan tidak pernah sampai pada kebangkitan. Pengalaman yang membuat hati kita berkorbar-kobar, berkotabaru-kotabaru. Pergilah ke kotabaru supaya menjadi berkobar-kobar, harapannya begitu.
Nah kalau dikatakan salib dan imajinasinya itu adalah penderitaan, syarat kita ketemukan dalam bacaan surat kepada umat di Ibrani, kalau kita buka kembali di halaman 6 dan tujuh pada paragraf pertama isinya adalah profil kita sebagai orang kristen. Kita telah masuk ke dalam kerajaan dimana Allah sendiri meraja, dan Yesus telah membuat kita berhasil atau kita masuk ke sana sebagai orang-orang yang terpilih. Dan bagaimana itu dimungkinkan saudara-saudara oleh, darah Yesus. Surat kepada umat di Ibrani mengatakan demikian, ”Dan karena itulah menjadi saksi” berarti membawa salib. Penderitaan kalau kita terjemahkan dalam hidup kita, usaha keras, berjuang mati-matian sampai titik darah penghabisan.
Dan yang kedua sebagai sumber iman adalah kebangkitan. Dan itu sudah dipaparkan dalam bacaan pertama kisah para rasul sebagaimana Lukas menjelaskan semuanya bahwa Yesus yang telah menderita, dikayu salib wafat dan akhirnya bangkit terus tinggal bersama murid-murid selama empat puluh hari. Hanya untuk mengatakan apa? Hanya untuk mengatakan bahwa Yesus yang telah menderita dan wafat itu sesungguhnya masih bersama kalian, masih bersama para murid. Tetapi para murid butuh waktu 40 hari, butuh waktu yang cukup untuk mengerti kitab suci, dan untuk mengerti bahwa Yesus memang masih berada dalam hidup mereka.
Gambaran pertama kita lihat misalnya para murid yang berjalan dari Emaus atau ke Emaus, saya lupa. Mereka diberi penjelasan oleh seseorang dan mereka tidak mengerti tidak dong sama sekali orang ini ngomong apa? Kita bicara sesuatau yang lain sama sekali, dan Dia berbicara mengenai sesuatu yang tidak masuk akal. Baru ketika memecah roti baru mereka sadar oh.. ternyata Yesus bersama kita. Dan sebelumnya para perempuan yang mengira Yesus sebagai tukang kebun, dan semacam itu. Dan selama 40 hari mereka diberi pertemanan yang baik oleh Yesus makan di tepi danau, bersama-sama. Mereka berdoa dan sampai akhirnya mereka mantap bahwa Yesus memang tetap tinggal bersama-sama mereka. Dan Dia yang telah mati bangkit bersama Kristus.
Bangkit adalah salah satu misdinar yang hari ini ada di depan kita, yang laki-laki tentu saja. Sumber iman saya kira tidak perlu dijelaskan, hanya kalau kita mengatakan saksi , saksi Kristus jelas, salib dan kebangkitan.
Nah setelah kenaikan, lalu mengapa Dia mesti pergi ? saya juga tidak tahu tetapi dalam Injil dikatakan lha kalau Aku tidak pergi, ya Aku tidak bisa mengutus Roh kudus. Syukurlah aku harus pergi kemudian Aku bisa mengutus Roh Kudus sehingga masa-masa itu setelah kepergian Yesus dan lalu nanti Pantekosta, maka itulah kita sebagai saksi, menjalankan kesaksian, dalam Injil dikatakan, dari Yerusalem datang ke sana, dari Yerusalem dan seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke ujung bumi. Artinya apa? Kita menjadi saksi mulai dari lingkungan yang menerima Yesus. Kelompok orang yang kurang lebih sudah pernah mendengar Yesus dan tahu apa yang diajarkan, dan apa yang terjadi di dalam hidupnya, dalam keluarga kita, dalam diri mereka yang sudah menerima baptisan. Kurang lebih orang ini mengerti. Kalau kita memberi saksi kurang lebih mereka tahu, simbol, simbol, isyarat-isyarat yang kita berikan. Sampai akhrinya, ke wilayah yang lebih luas, mereka yang kurang me-nerima Yesus, sa-mpai mereka yang jelas-jelas menolak Yesus.
Dan sekali lagi tidak mudah menjadi saksi. Sehingga orang memang cenderung merasa takut, merasa ogah-ogahan, merasa malas, saya tidak berani menegur orang ini karena saya akan menanggung resiko. Saya tidak berani membocorkan kebusukan-kebusukan dalam keluarga saya, karena nanti jangan-jangan saya dikucilkan oleh keluarga saya. Saya tidak berani dan seterusnya. Maka dari itu kita mohon, Roh penghibur yang memberikan kekuatan kepada kita, untuk terus menjadi saksi Kristus, untuk terus menunjukkan kepada sesama, bahwa itulah sikap-sikap sebagai orang Kristen, persis adalah salib dan kebangkitn. Dua kata itu yang menjadi pokok, iman kita kepada Allah Tritunggal. Karena kita mengikuti Kristus, menderita, salib dan bangkit. Marilah kita berdiri untuk meneguhkan iman kepercayaan kita. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar