Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Sabtu, 10 Juli 2010

Kotbah Romo Bambang Alfred Sipayung, SJ

”Jadilah Saksi Kasih Allah.”
Ekaristi Tgl 18 April 2010
Injil Yohanes 21 : 1 - 19

Saudara-saudara sekalian, selamat sore. orang-orang yang disebut Twiter atau mereka yang menggunakan situs pertemanan jaringan sosial Twiter tentu juga masih ingat, atau mungkin sudah ada yang lupa apa yang disebut tranding topic. Tranding topic adalah topic-topic yang lagi ngetrent di situs-situs pertemanan itu.
Sekitar bulan Januari sampai Februari 2010. ada tranding topic dari indonesia, dua orang gadis SMA yang bernama Rana dan Msya. mereka mendadak terkenal di situs itu karena memposting dua pendapat yang lalu mancing rekasi.
Salah satu menuliskan bahwa mereka yang menggunakan Black Berry itu kampungan. Yang lain pelajar SMA swasta di Jakarta menuduh bahwa mereka yang sekolah di SMA negeri dan SMA Internasional juga kampungan. Maka segeralah kedua nama itu yang paling dicari. Lalu kemudian beramai-ramai dikeroyok oleh banyak orang. Sebabnya terutama ketika memberi contoh itu juga menggunakan kata-kata seperti, mangkel aku, lalu kemudian asem tenan.
Kata-kata yang dipilih seperti yang kita dengar, ataupun yang dipakai oleh kedua pelajar tadi sering disebut dengan makian, penghinaan, umpatan, atau lebih kita kenal juga sebagai pisuhan. Misuh-misuh entah di dunia maya, ataupun juga dalam percakapan sehari-hari merupakan suatu hal yang terjadi. Ternyata secara psikologis kata-kata yang dipilih seperti itu kata-kata makian mempunyai kecenderungan pertama untuk melukai perasaan orang lain. Yang kedua juga mau mencederai hati, ataupun jiwa seseorang. Sebabnya ialah ada emosi negatif dalam diri seseorang, entah terhadap situasi terhadap kondisi ataupun terhadap orang tertentu yang ingin di expresikan. Maka dipilihlah kata-kata seperti itu. Biasanya sering merajuk entah itu pada pohon asem, ataupun jenis binatang termasuk binatang piaraan.
Selain bermaksud mencederai perasaan dalam konteks dan budaya lain kata-kata seperti itu juga dipakai untuk mengingatkan, efeknya tentu saja suasana akrab dan humor sehingga bermaksud bukan mencederai perasaan tetapi menguatkan perasaan orang lain sehingga tidak begitu saja mudah terluka. Pertanyaannya lalu, kalau romo Tom Jacobs waktu beliau berkotbah menggunakan kata-kata asem tenan, maksudnya mencederai perasaan, misuh-misuh atau apa?
Empat belas April hari Rabu 2010 saya kira anda sekalian masih jelas mengingat ada perkelaihaian dan keributan di Jakarta. Satpol PP berhadapan dengan warga yang kemudian menghasilkan pertumpahan darah. Dimulai dengan keinginan untuk mentertibkan rumah-rumah di sekitar makam Mbah Priok, kemudian hasilnya dalah 3 orang meninggal dan banyak yang terluka parah. Ketika kata-kata berwujud hingga tinda-kan fisik maka ia bukan hanya mencederai pera-saan tetapi juga mence-derai secara fisik, bahkan menghilangkan nyawa orang.
Tindakan seperti lalu kemudian merusak ikatan antara kelompok, merusak ikatan sosial. Rumitnya inilah kenyataan hidup kita sehari-hari. Entah di dunia maya, entah dalam realitas hidup setiap hari.
Dalam bacaan pertama kita dihadapkan pada kerumitan yang dihadapi oleh para rasul. Mereka ingin memberi kesaksian tentang Yesus yang bangkit tetapi imam-imam kepala melarang menangkap, mengadili bahkan juga memusuhi mereka. Pesannya hanya satu jangan berbicara tentang Yesus yang bangkit titik. Dia sudah mati jangan meneruskannya. Tetapi Petrus mewakili para rasul mengatakan lebih baik kami menaati perintah Allah dari pada kuasa manusia.
Petrus dan para rasul yakin bahwa mereka bisa mengahadapi situasi yang rumit seperti ini tanpa harus terjebak kepada cara-cara imam kepala, cara-cara yang menggunakan kekerasaan, cara-cara yang mencedari perasaan.
Bacan injil kiranya memberi kita inspirasi bagaimana keyakinan itu muncul. Ada dua bagian besar yakni bisa kita lihat dalam bacaan Injil. Pertama adalah para rasul yang kembali kepada kehidupan mereka yang sehari-hari, yaitu memancing ikan. Aku pergi memancing, lalu yang lain menjawab, kami ikut. Meskipun para rasul sudah melihat Yesus yang sudah bangkit yang sudah makan bersama-sama dengan dia. Bahkan Thomas sudah memegang bekas luka di kaki dan tangan Yesus. Namun kiranya masih ada kebingungan yang mereka hadapi. Apa yang mereka harus perbuat sekarang. Siapa yang harus memimpin kelompok ini. Apa yang terjadi dengan orang-orang yang kemudian mengikuti Yesus. Yang datang kemudian. Bagaimana mereka harus memberi kesaksian bahwa Yesus bangkit bahwa dia pernah ada. Apakah Yesus yang bangkit juga akan kembali dan memimpin mereka.
Maka Petrus ber-pendapat dari pada pusing-pusing lebih baik saya memancing ikan. Dan justru pada saat itulah mereka melihat bahwa Yesus yang bang-kit. Yohanes mengatakan di dalam Injil murid yang dikasihi Tuhan mengatakan kepada Petrus, itu Tuhan, dia mengerti ketika melihat tanda, bahwa mereka menangkap ikan yang jumlahnya banyak. Petrus lalu terjun mendekati Yesus, dan yang lain mengikuti dari belakang. Tidak ada lagi yang bertanya, tidak ada lagi yang sangsi bahwa itulah Yesus.
Ada ikatan antara mereka yang membuat kedua mereka paham dan tahu inilah Tuhan. Ikatan pintu ialah ikatan sebagai kelompok yang disatukan untuk mengikuti Yesus dalam cinta kasih. Inilah bagian kedua dari Injil. Yesus bertanya tiga kali kepada Petrus, ”Apakah engkau mencintai Aku. Petrus menjawab ya, lalu Yesus memberikan tugas kepadanya menggembalakan domba-domba. Mengapa sampai tiga kali, dan mengapa Petrus sedih hatinya, seperti yang dikatakan Yohanes. Angka 3 adalah angka keramat. Mau mengatakan pentingnya tugas yang diminta oleh Yesus kepada Petrus.
Sebagian rasul lainnya mengatakan angka tiga mau mengingatkan akan penyangkalan Petrus. Tiga kali Petrus menyangkal Yesus. Maka kemudian ia ingat akan masa lalunya sehingga sedihlah hatinya.
Bayangkanlah bagian adegan bagian kedua. Petrus dan Yesus, penghianat dan yang dihianati. Yang dilakukan oleh Yesus tidak misuh-misuh. Tidak mengeluarkan kata-kata tajam, bahkan tidak juga memarahi Petrus. Dia bertanya apakah engkau mencintai Aku. Pertanyaannya itu menyentuh diri terdalam dari Petrus. Hatinya yang paling dalam merasa tersentuh lalu kemudian dia ingat masa lalunya dan ia merasa sedih.
Saudara-saudari sekalian Yesus yang bangkit disadari kehadirannya karena relasi kasih antara Yesus dengan murid-muridNya. Yohanes mengatakan murid yang dikasihi Tuhan melihat dan sadar bahwa itulah Tuhan. Petrus tergerak hatinya dan mau menerima tugas dari Yesus karena pertanyaan Yesus apakah Engkau mencintai Aku.
Semua itu terjadi dalam relitas sehari-hari para rasul dan semua itu terjadi, masih terjadi dan mungkin terus terjadi juga dalam realitas hidup kita sehari-hari. Bagi para rasul mereka menawarkan kemungkinan lain dari pada mencidera perasaan. Mereka mau mengikuti jalan yang ditentukan oleh Yesus sendiri. Menurut mereka, keyakinan mereka mengatakan dunia seperti itu mungkin diwujudkan. Kitapun mau mengikuti Yesus menjadi saksi cinta kasih, mewujudkan dunia yang lain. Apakah romo Tom Jacobs itu mengumpat, misuh-misuh ketika dia mengatakan asem tenan, entahlah mungkin pertanyaannya bisa kita titipkan pada mereka yang akan nyekar romo Tom di Girisonta. Tapi andaikan beliau nanti bertanya kepada saya, lalu mulai mengatakan ”Kenapa kamu mengutik-utik nama saya”. Maka saya akan menjawab, ”Apakah romo mencintai saya.” Lalu mungkin dia akan menjawab ”Ah.. asem tenan.”
Saudara-saudara terkasih marilah kita menampilkan dunia yang lain dunia dimana cinta kasih menjadi dasar utama dan kita adalah saksi-saksiNya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar