Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Senin, 15 Desember 2008

Minggu, Tgl 26 Oktober 2008 Kotbah Romo YB Heru Prakosa, SJ

Tema ” Mencintai Allah dalam wujud menyayangi sesama.”
Bacaan Injil Yoh 3 : 13 - 37
Ekaristi Tgl 26 Oktober 2008

Ibu-bapak dan saudari-saudara yang terkasih. Seorang pemimpin dari India, Mahatma Gandhi pernah berkata demikian,”Jika semua orang Kristiani hidup sesuai dengan ajaran Kristus, maka tidak akan ada orang yang tidak menjadi pengikut Yesus di India. Pernyataan Gandhi ini menjadi tantangan bagi setiap pengikut Kristus, tidak hanya yang ada di India, tetapi juga yang ada di tempat lain. Hari ini kita mendengar ajaran Kristus yang utama yaitu: cinta kasih. Dan kita barang kali sudah begitu hapal, begitu akrab dengan ajaran itu. Ajaran itu sendiri di bahas dalam keempat injil, Matius, Markus, Luas dan Yohanes meskipun ada perbedaan sedikit dalam bentuk bagaimana itu dijelaskan. Apa yang kita dengar pada sore hari ini adalah rumusan singkat menurut Injil Matius. Kita dengar Yesus berkata, “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua yang sama dengan itu adalah, ”Kasihilah sesamamu manusia, seperti diri sendiri.”
Kita dituntut untuk mengasihi sesama kita. Karena Allah sendiri telah mengasihi kita. Allah telah terlebih dahulu, mengasihi kita. Kalau kita membalik Injil Lukas. Kita akan menjumpai pesan yang sama. Tetapi dengan penjelasan lebih lanjut tentang siapakah yang dimaksud dengan sesama itu. Dan dalam hal ini Injil Lukas menampilkan kisah tentang orang samaria yang baik hati. Kita tahu bagaimana orang itu Samaria dan orang Yahudi tidak bersahabat. Orang Samaria dianggap tidak hanya sebagai musuh politik, tetapi dianggap sebagai manusia yang kelas dua. Mereka yang bahkan di katakan najis. Mereka sebenarnya sama-sama mengukti tradisi musa, tetapi kita tahu orang Yahudi berdoa di Yerusalem. Dan orang Samaria berdoa di Di gunung Kheresim di tempat yang berbeda. Yesus sendiri pernah tuduh sebagai orang Samaria yang kerasukan setan dan barang kali kita masih ingat bagaimana dua murid Yesus, Yohanes dan Yakubus pernah mengusulkan kepada Yesus, agar mengirim api untuk membinasakan desa orang Samaria. Samaria di identikan dengan sesuatu yang negatif, tetapi apa yang menarik untuk kita catat adalah bahwa Lukas sering menampilkan orang-orang Samaria sebagai orang yang dijadikan teladan oleh Yesus. Kita ingat kisah tentang sepuluh orang yang disembuhkan oleh Yesus. Orang-orang kusta dan dari sepuluh itu hanya satu yang tahu berterimaksih. Dan itu adalah orang Samaria.
Juga dalam kisah orang Samaria yang baik hati, ada tiga orang yang menjumpai seorang korban perampokan, seorang Imam, seorang Lewi orang terhormat, dan orang Samaria. Dan dari ke tiga orang ini, hanya orang samaria yang tahu bagaimana harus menolong dan membantuk korban perampokan itu. Lukas bukan orang Yahudi, dan justru dari situ Lukas mau mengangkat mereka-mereka yang sering dianggap sebagai orang-orang dari masyarakat kelas dua mereka yang sering dianggap dengan sebelah mata, itu justru mampu memberikan sesuatu dan kita bisa belajar dari mereka. Sekali lagi dalam kisah orang Samaria yang baik hati Lukas menampilkan justru dari orang Samaria ini kita bisa belajar bagaimana mengasihi sesama, orang Samari itu bagaimana berkorban, orang Samaria itu memberikan waktunya, tenaganya juga biyayanya. Untuk membantu korban perampokan ini. Dia memberikan dan mengalahkan kepentingan diri. Demi kebaikan pihak lain.
Ibu-ibu bapak-bapak dan sau-dara-saudari yang ter-kasih. Saya percaya ibu bapak mendengar kisah tentang dua orang bersaudara, yang sulung ber-keluarga dan yang bungsu memilih hidup sendiri. Dua orang ini, diakhir musim panen memutuskan untuk berbagi hasil panen dengan sama rata. Tetapi disadari setelah pembagian itu, si sulung berkata dalam hatinya begini, ”Adikku itu hidup sendiri, bagaimana dia bisa menjamin hari tuanya. Jumlah hasil panennya sama tetapi tentu saya lebih untung, sementara adikku akan mengalami kesulitan. Maka ia mempunyai niat mau menyumbang setiap malam sekarung beras untuk adiknya.
Sementara adik yang hidup membujang ini, bertanya dalam dirinya, ’Aku hidup sendiri, tidak ada tanggungan, kakakku mempunyai keluarga pasti kebutuhannya lebih banyak, maka tidak adil kalau saya menerima sama dengan kakaku dan dia juga mempunyai niat mau memberi sekarung beras setiap malam pada kakanya itu. Dan demikianlah setiap hari kedua orang bersaudara ini saling menyumbang, satu karung beras tanpa diketahui satu sama lain karena waktu mereka ketika menyumbang itu tidak bersamaan. Tetapi pada suatu hari mereka persis bertemu muka karena jatuh pada saat yang bersamaan. Mereka baru menyadari bahwa ternyata dua-duanya memiliki niat yang sama niat yang luhur. Akhirnya mereka saling berpelukan terharu satu sama lain.
Ibu – bapak dan saudara-saudara yang terkisah, tentang orang Samaria dan kisah tentang dua bersaudara ini mengingatkan kita kepada Kristus sendiri, Kristus yang bernai berkorban, Kristus yang berani mengalahkan kepentingan diri untuk kita semua manusia yang sebenarnya tidak layak menerima semua itu karena dosa-dosa kita. Dan Kristus mengajak kita, untuk juga ikut mau berbagi, mau mengalahkan kepentingan diri, bagi sesama ktia. Yesus mengajak kita untuk mengembankan kasih kita kepada sesama sampai tingkat yang paling tinggi serupa dengan kasih Allah sendiri yang menerbitkan Matahari dan menurunkan hujan baik untuk orang-orang benar maupun untuk orang-orang yang jahat. Dan kita dengar dari bacaan pertama tadi, bagaimana kasih kepada sesama itu dapat diwujudkan secara konkret. Kitab keluaran mengajak kita untuk memberi perhatian pada kaum janda dan orang-orang yatim. Kita juga diajak untuk melindungi orang-orang asing. Kita dilarang untuk mengambil bunga riba untuk kepentingan diri sendiri. Dan kita juga dilarang untuk mengambil milik orang lain. Secara sewenang-wenang. Kita menyadari bagaiman pesan itu tetapi relevan untuk kita jaman sekaran ini. Tentu sesuatu yang sangat berharga kalau kita mampu mewujudnyatakannya dalam hidup sehari-hari kita. Ditengah lingkungan dimana kita hidup dan berkarya.
Ibu-bapak, dan saudara-saudari yang terkasih. Beberapa waktu yang lalu saya sepulang dari berpergian kembali ke Pastoran saya, naik bus Trans Yogya jalur dua B. Saat itu Bus Penuh dan saya tidak mendapat tempat duduk, harus berdiri dan tempat di mana saya berdiri tidak jauh dari tempat duduk di mana seorang ibu yang kelihatan sederhana dan sepuh ada di situ. Di dalam perjalanan Ibu ini dengan simpatik mengajak berbicara, dan dia juga menyampaikan ke mana dia akan pergi. Saya tidak ingat tetapi jurusannya lebih jauh dari apa yang saya tuju.
Di sekitar gejayan itu ada seorang pemuda yang naik Bus dan dia adalah seorang yang difabel, bentuk kakinya tidak tumbuh sebagaimana mestinya. Dan si pemuda ini juga harus berdiri dan karena tidak ada tempat duduk. Apa yang menarik perhatian saya itu adalah ketika sampai di Halte depan UNY itu tiba-tiba si ibu itu keluar dari Bus. Saya tahu persis bahwa tujuan ibu itu belum sampai dan masih jauh saya mencoba menahan tepi ibu itu seperti tidak menggubris dan tetapi keluar. Akhirnya aya mengikuti ibu itu dengan sok pahlawan tetap memanggil tetapi ibu itu tetap tidak mau tahu, baru setelah bus lewat, ibu itu menoleh berhenti dan berkata kepada saya, ”Mas saya tahu bawha tujuan saya masih jauh tetapi Mas tadi lihat si pemuda itu dia harsu berdiri dan para penumpang yang mendapat tempat duduk itu seperti tidak mau tahu. Saya sebenarnya mau menawarkan tempat duduk saya tapi barangkali si Pemuda itu tidak akan menerimanya, dan mungkin malah dia akan merasa malu, merasa dipermalukan. Maka di tempat ini saya turun saja semoga di bisa mengambil tempat duduk saya, toh saya tidak tergesa-gesa, akan ada bus lain. Dan kalaupun nanti saya membayar lagi harganya juga tida seberapa.
Bagi saya kata-kata ibu ini membuat saya malu pada diri saya sendiri dan saya kagum bagaimaa ibu ini mampu mengalahkan kepentingan dirinya berbuat kebaikan bagi pihak lain secara konkret dalma kontesk semacam itu. Maka marilah kita mohon rahmat Tuhan agar kita juga mampu membuat tindakan-tindakan konkret sebagai wujud kasih kita kepada sesama di sekitar kita di lingkungan di mana kita hidup dan berkarya Amin.

Minggu Tgl. 5 Oktober 2008 Kotbah Romo R.M. Wisnumurti, SJ

Kotbah Romo R.M Wisnumurti, SJ
Tema ” Dipercaya untuk berkarya dan berbuah.”
Bacaan Injil Mat 21: 33 - 43
Ekaristi Tgl 5 Oktober 2008
Ibu-ibu bapak-bapak, saudari-saudara terkasih dalam Tuhan. Kalau anda memperhatikan bacaan-bacaan Injil selama tiga minggu berturut-turut ini, anda akan melihat bahwa dalam ke tiga bacaan Injil dikemukakan contoh perumpamaan yang menyangkut kebun anggur. Dua minggu yang lalu, tuan kebun anggur mencari pekerja untuk kebun anggurnya mau di gambarkan kemurahan hati Allah yang sering kali ditangkap keliru oleh manusia yang melihat dari segi yang lain. Minggu lalu juga disebutkan walaupun secara lebih singkat kebun anggur berkaitan dengan dua orang anak yang disuruh oleh ayahnya untuk bekerja di kebun anggur tetapi anak-anak itu mempunyai jawaban masing-masing yang satu mengatakan ya tetapi tidak pergi. Yang kedua ketika diminta untuk pergi ke kebun anggur menjawab tidak, tetapi kemudian berubah pikiran setelah menyadari dia mau pergi bekerja di sana. Keduanya itu mau menggambarkan bahwa kalau seorang mengatakan yha menjawab kepada Allah bersedia juga harus dilaksanakan, jangan seperti yang pertama yang mengatakan ya, tetapi tidak pergi, hanya ”nggah-nggéh mboten kepanggih.”
Yang kedua kendati mungkin semula melawan tidak mau,tetapi setelah sadar mau bertobat. Maka lalu ditampilkan kesediaan untuk bertobat menjadi jalan untuk memperoleh rahmat, memperoleh berkat dan keselamatan. Hari ini lagi ditampilkan tentang kebun anggur bahkan yang lebih panjang. Rupa-rupanya memang masalah kebun anggur menjadi salah satu contoh yang cukup familiar dengan bangsa Israel, karena menurut catatan yang dapat di lihat dalam kitab suci mulai dari kitab kejadian sudah diceritakan mereka mengusahakan kebun anggur sesudah jaman Nuh.
Kalau dalam kisah-kisah lain kadang-kadang di gambarkan hubungan Allah dengan umatnya seperti seorang gembala dengan kawanannya, maka dilingkup perkebunan mau dilambangkan bahwa tuan pemilik kebun yang menggarap kebun itu, sedangkan umatnya bangsa Israel adalah kebun anggur itu sendiri. Dalam perjanjian lama di dalam kitab nabi Yesaya ada gambaran yang sangat bagus yang diceritakan tentang kebun anggur yang sudah disiapkan, di olah dengan baik diberi pupuk tetapi tidak membawa hasil sebagaimana diharapkan. Tuan kebun anggur gambaran Allah yang sudah melakukan segala suatu yang perlu tetapi kecewa karena tidak membawa hasil seperti yang diharapkan.
Bacaan injil hari ini pun juga menampilkan hal yang serupa namun perbedaannya kalau dalam bacaan hari ini digambarkan Tuhan kecewa terhadap para penggarap yang dipercaya untuk menyewa mengerjakan kebun anggurnya. Padahal juga kebun yang sudah disiapkan dengan baik. ’Ada seorang tuan tanah membuka kebun anggur menanm pagar seklilingnya menyiapkan supaya kebun itu tidak diganggu dari luar. Ia menggali lubang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Apa yang diperlukan sudah disiapkan tapi ternyata yang diharapkan akan membawa hasil ternyata juga tidak seperti yang diharapkan. kiranya gambaran ini mengingatkan kepada kita kalau yang diceritakan, dalam perjanjian lama, kitab Yesaya kemudian Tuhan yang kecewa membiarkan bangsa Israel hancur berantakan dibuang sampai dua kali. Sedangkan dalam bacaan ini kekecewaan karena para penggarap yang diharapkan memberikan hasil justru melawan, justru membunuh para utusan, justru tidak mau menerima bahkan ketika PuteraNya sendiri. Gambaran Yesus Kristus diutus Dia justru dibunuh.
Kebaikan Tuhan kepada manusia tidak menghasilkan apa-apa selain kejahatan dan permusuhan terhadap Tuhan. Lalu apa akibatnya apakah kejahatan manusia sudah sebegitu para sehingga tawaran kebaikan dari Tuhan yang begitu murah hati, yang bahkan sering kali tidak masuk di akal. Tuhan yang sudah dimusuhi manusia dengan berbuat dosa tetap masih menawarkan ke-baikan.
Apakah mungkin seperti yang digambarkan dalam salah satu cerita kebetulan saya membaca, ada liflet Ranting Embun yang mengutip cerita di Bernas, sekitar perayaan kemerdekaan 17 Agustus yang lalu. disana dikutipkan cerita demikian seorang Bupati mendapatkan SMS dari temannya di jakarta lalu dalam acar peringatan Tujuh Belasan itu dibacakan demikian bunyinya.
”Suatu hari perwakilan iblis mengahadap kepada Allah dan berkata, ya Allah kami mohon ampun, kami mohon diberikan pensiun dini sekarang ini juga, karena tugas kami iblis atau setan-setan itu adalah menggoda manusia agar tersesat hidupnya, agar menjauhkan diri dari Tuhan. Namun saat ini manusia sudah lebih sesat dari kami para iblis, para tokoh agama banyak yang memutar balikkan ayat suci, para penegak hukum banyak yang menjadi pemeras, sehingga kami para iblis ini tersisih karena itu ya Allah kami mohon pensiun jadi iblis karena kami tergoda oleh manusia, kami kalah oleh kejahatan manusia. Ketika dibacakan SMS itu para hadirin yang mendengarkan ada yang tertawa, terpingkal-pingkal, tetapi ada juga yang tersenyum kecut. Kemudian bupati itu menambahkan mengingatkan agar para tokoh masyarakat yang masih di pedesaan senantiasa menjaga kerukunan sesama menjunjung tinggi sifat kesatria kejujuran dan melestarikan nilai luhur budaya lokal.
Mungkin gambaran itu memang bercanda mungkin maksudnya melucu, tetapi mungkin juga bisa menjadi bahan permenungan apakah memang kejahatan manusia sudah sedemikan parah sehingga setanpun dikalahkan kejahatannya oleh manusia. Kalau demikian kira-kira apa lalu akibatnya? Kalau manusia memusuhi Tuhan dengan kejahatannya itu, apakah seperti yang dialami bangsa Israel mereka lalu dibiarkan hancur kebun itu merana rusak dan menjadi tempat yang sama sekali tidak bisa ditanami lagi. Atau mungkin seperti para penggarap yang digambarkan yang lalu mendapat hukuman. Bukankah juga banyak kali dapat kita baca, kita dengar cerita-cerita mereka yang semestinya membayar apa yang menjadi kewajiban karena punya utang justru melawan mereka yang berhak untuk menagih. atau mereka yang meminjamkan, atau mereka yang menyewakan, sama seperti yang diceritakan apakah sedemikian parah kejahatan yang sudah ditimbulkan. Untuk itu pantas kalau kita merenungkan sebagaimana juga disampaikan dalam tema hari ini bahwa kita dipercaya untuk berkarya dan berbuah. Buah-buah apa yang sudah kita hasilkan supaya sesuai dengan harapan Tuhan, harapan yang mana?
Dalam bacaan hari ini kutipan dari surat paulus kepada jemaat di Filipi salah satu nasehat-nasehat terakhir Paulus menjelang merkea mengakhiri kerasulannya karena ketangkap dan menjelang kematiannya. Di dalam nasehat itu Paulus menegaskan apa yang menjadi harapan Tuhan yang semestinya juga diupyakan oleh setiap orang kristiani yang memang pantas untuk menjadi renungan yang kita camkan sungguhkah harapan dari Tuhan itu dapat kita wujudkan.
Pada ayat 8 tadi dikatakan jadi akhirnya saudara-saudara semua yang benar orang-orang yang menyebut diri kristen semestinya mencintai kebenaran tidak berbohong atau menipu apakah memang kita juga mengusahakan, memperjuangkan kebenaran itu untuk kita wartakan dalam hidup kita atau kita malahan ikut arus seperti para penggarap tadi yang melawan. Semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci. Itu semua menampilkan agar orang-orang yang menyebut diri sebagai murid-murid Kristus mengusahakan hal itu dalam hidupnya sehingga dalam membawakan diri mampu bersikap pada yang lain. Semua yang adil mau mengatakan, mau menghormati orang lain. Kalau para penggarap itu jelas tidak menghormati hak yang dimiliki Tuhan, apakah kita juga sungguh memberikan apa yang menjadi hak Tuhan yang semestinya kita persembahkan kepadaNya atau kita juga ikut merampas hak dari Tuhan itu, melalui segala yang kita lakukan. Barangkali contoh kecil tetapi yang sekarang ini saya kira sangat dapat kita rasakan kita lihat bukankah Tuhan juga berhak meminta dari kita untuk meluangkan waktu beribadah tetapi waktu ibadah yang paling-paling berapa lama satu jam setiap minggu satu setengah jam itupun sudah seringkali dipotong. Apa yang semestinya selama satu jam itu kita persembahkan kepada Tuhan dari 24 jam sehari masih setiap kali dipotong.
Oleh apa? ”SMS, telpon’ bukankah dalam keasikan untuk berdoa di gereja pun orang seringkali mengalahkan Tuhan dengan hal-hal seperti itu. Lalu juga semua yang sedap didengar semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji pikirkanlah semuanya itu. Memang kalau kita menyadari dan merenungkan semua kebaikan, semua kebajikan, mungkin lalu kita berpikir betapa kita belum menghasilkan apa-apa? Betapa kepercayaan dari Tuhan belum kita kembalikan kepadaNya dalam wujud tindakan yang nyata. Lalu sebagian mungkin merasa ya memang kita manusia tidak mempunyai kepantasan sama sekali dihadapan Tuhan. Lalu menjadikan orang kecil hati dan tidak mau berusaha untuk mengubah diri. Namun justru dalam bacaan injil hari ini juga dikatakan, belum pernahkan kamu baca batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan akan menjadi batu penjuru. Suatu perbuatan ajaib di mata kita karena itu Tuhan tetap akan memberi kesempatan bila kita juga mau berusaha, mau setiap kali memohon pertolongan dan bantuannya untuk mewujudkan sikap-sikap itu sebagai upaya kita memberikan kepada Tuhan yang menjadi hak-Nya dengan demikian kita akan beroleh keselamatan yang memang disediakan bagi kita bila kita mau menyambutnya Amin.

Kotbah Romo P. Sunu Hardiyanta, SJ

Tema ” Mendengar, menghayati, dan melaksanakan Sabda!”
Bacaan Injil Mat 21: 28 - 32
Ekaristi Tgl 28 September 2008
Bapak - ibu, adik-adik dan teman-teman yang terkasih minggu yang lalu kita mendapat perumpamamaan tentang pemilik kebun anggur yang mengundang siapa saja yang di jalan untuk bekerja. Ada yang datang pagi hari, ada yang datang agak siang, tengah hari dan sore hari. Dan ada yang datang ketika mata hari menjelang terbenam dan mereka semua mendapat upah yang sama.
Hari ini kita mendapat perumpamaan yang lain, seorang bapak minta kedua anaknya untuk pergi ke kebun anggur dan bekerja di sana. Anak yang pertama mengatakan ya bapa, tetapi tidak pergi, anak yang kedua mengatakan nggak mau tetapi akhirnya pergi.
Bapak – ibu, adik- adik dan teman-teman sekalian. Saya ingin bertanya selama ini, kalau yang sudah beristri menurut anda, istri anda itu lebih sering menjadi anak pertama atau anak kedua. Bagi yang sudah bersuami, juga melihat saja sebentar sebenarnya suamiku itu lebih sering menjadi anak pertama, atau kedua? Bagi yang sudah pacaran, bagi yang sore hari ini bersama-sama kegereja dengan pacarnya. Coba melihat sejenak pacarku itu lebih sering menjadi anak pertama, atau anak yang kedua? Bagi suster dan romo nggak usah mikir lain-lain dan bruder juga biasanya suster, romo, romo Paroki, itu lebih sering menjadi anak pertama, atau anak kedua.
Teman-teman anak pertama mengatakan ya tapi tidak pergi. Atau dalam bahasa jawa nggéh, nggéh ning mboten kepanggéh. Anak yang kedua, mengatakan tidak mau tetapi dia pergi. Ceritanya bagaimana? Kok bisa anak pertama bilang nggéh, tapi kok nggak pergi. Dan anak kedua bilang, ”Tidak mau.” jawabnya ada di bacaan hari ini.
Yesus mengatakan “Aku berkata kepadamu sesungguhnya pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk dalam kerajaan Allah. Mengapa?
Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu dan kamu tidak percaya kepadanya tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan sundal percaya kepadanya.
Saya diajari oleh Romo Gianto itu ahlinya Kitab Suci yang sore hari ini sedang di Deresan sana, Ngudari kitab Suci itu kalau anda ke Deresan sekarang akan bertemu beliau, beliau mengatakan begini.
”Untuk memahami bacaan sore hari ini kita perlu melihat latar belakangnya”. Latarbelakangnya itu ada dalam ayat-ayat sebelum bacaan hari ini yaitu dari Matius ayat 23 sampai 27 waktu itu Yesus di tanyai oleh tua-tua bangsa yahudi dan imam kepala. Mereka bertanya begini, pasti anda hapal semua.
”Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu.” Karena Yesus melakukan banyak mukjizat. ”Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepadaMu.”
Jawab Yesus kepada mereka, ”Aku juga akan mengajukan suatu pertanyaan kepadamu dan jikalau kalau kamu memberi jawabnya kepadaKu, Aku mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”
Ingat to perikop ini. ” Yesus ditanya dari mana kuasa itu, Yesus balik bertanya, ”Coba katakan, dari manakah baptisan Yohanes, dari sorga atau dari manusia?” Maka tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala memperbincangkan diantara mereka dan berkata. Jikalau kita katakan dari sorga Dia akan berkata kepada kita, “kalau begitu mengapa kamu tidak percaya kepadanya? Jadi kalau orang-orang menjawab, Baptisan Yohanes dari sorga, Yesus akan mengatakan, ’Kenapa kamu nggak percaya bahwa yang sekarang berdiri Yesus itu adalah anak Allah.’ Tetapi jikalau kita katakan dari manusia, ini jawabnya, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes itu nabi.
Teman-teman anak pertama mengatakan ya tetapi tidak pergi. Anak kedua mengatakan tidak mau, karena apa? Takut. Anak pertama takut kalau tidak menyenangkan bapaknya, anak kedua takut juga, takut apa? Kerja.
Bekerja itu engak nggak to? Ibu-ibu ini perlu saya tanya? Ibu-ibu itu kalau bangun pagi itu jam lima khan.
Untuk apa ibu-ibu bangun setengah lima, atau jam lima. Bangun pagi itu enak apa enggak? Tadi ada yang menjawab enak, ada yang menjawab tidak.
Enak apa nggak bu? Tidak tahu…
Bangun pagi itu tidak enak, tapi kalau ibu tidak bangun pagi berarti apa yang terjadi tidak ada sarapan. Kalau anak-anak tidak sarapan mereka akan pergi ke sekolah bisa jadi apa? Sampai di sekolahan, baru sampai pelajaran kedua sudah pingsan.
Lalu ditanya ini anaké sopo to iki? Sekolah waé kok semaput. Lalu apa? tidak enak. Apalagi kalau anaknya harus masuk rumah sakit Panti Rapih. Enak apa tidak?
Satu mbayarnya tidak enak. Kedua menunggui anak sakit itu sama sekali tidak enak. Oleh karena itu lebih baik apa? Bangun pagi supaya apa? Supaya semuanya menjadi enak.
Teman-teman, saya punya teman namanya Bruder Triono. Ini orangnya baik sekali. Dia pernah bertugas menjadi kepala sekolah di SMP Kanisius Jakarta, dia suka memberi motifasi kepada anak-anak supaya rajin sekolah dan rajin belajar.
Suatu hari Bruder ini masuk kelas lalu bilang pada anak-anak. ”Anak-anak saya saat ini pingin mengundang anda untuk diam sejenak. Menimbang-nimbang sejenak sebenarnya apakah kamu itu pingin sekolah atau tidak?”
Jadi ditanya sebenarnya kamu itu pingin sekolah atau tidak? Setelah diam beberapa saat ada satu anak angkat tangan. ”Gimana”.
“Saya tidak pingin sekolah Bruder.” Ternyata jawabannya mengejutkan yaitu apa? Tidak pingin sekolah. Nah anak itu mengatakan tidak pingin sekolah.
Lalu Bruder mengejar, ”Kalau tidak pingin sekolah, mengapa sekolah?
Anak itu menjawab, ”Begini bruder, kalau saya tidak sekolah, saya tidak mendapat uang saku.” Jelas kan tidak sekolah tidak mendapat uang saku.”
Oke, tidak mendapat uang saku. ”Kalau tidak mendapat uang saku, lalu apa?”
”Kalau tidak mendapat uang saku Bruder, saya tidak bisa main-main di Mall, atau saya tidak bisa membeli mainan kesukaan saya.”
”Kalau tidak bisa jalan-jalan di Mal, atau tidak bisa membeli mainan kesukaan lalu kenapa?”
”Tidak enak bruder.” Kalau tidak bisa main-main kan nggak enak.
”Nah sekarang jadi daripada tidak enak lebih baik apa?”
”Yha lebih baik sekolah.” Daripada tidak enak lebih apa? Sekolah.”
Lalu anak itu bilang, begini. ”Memang kalau berdebat dengan orang tua itu kita selalu kalah.”
Baik teman-teman sumber daripada anak pertama yang mengatakan mau, tetapi tidak pergi, itu adalah takut. Sumber dari anak kedua yang mengatakan tidak mau itu juga takut. Takut sakit, takut tidak enak.
Saya Sunu rupa-rupanya sering juga menjadi anak pertama dan pernah menjadi anak kedua. Baik teman-teman saya punya cerita.
”Delapan tahun yang lalu, tahun 2000 saya baru saja, baru mendapat liburan dari belajar teologi di Melbern pulang lalu pergi ke Kolsani belakang gereja ini. Baru turun masuk Kolsani, ketemu dengan teman saya yang namanya Romo Edi Mulyono. Dari kejauhan dia sudah melambai-lambaikan tangan.
”Sun”, karena nama saya Rm Sunu dipanggilnya “ Sun.
”Sun, kamu pergi ke timor-timor.” Jadi timur-timur habis perang. Romo Edy itu berteriak dengan lantang, ”Kamu pergi ke timor-timor.”
”Lho ada apa.”
”Saya sakit, jadi kamu harus menggantikan saya.”
”Baik. Kalau begitu gampang Ed, kamu telpon provinsial, kalau provinsial menyuruh saya, mengutus saya ke timor-timor. Saya langsung berangkat.”
”Dia langsung pegang telpon puter nomer semarang menghubungi provinsial romo Wiryono, di omong Sebentar lalu di bilang apa?
”Nu.. sudah saya telpon provinsial setuju kamu pergi ke timor-timor.”
” Edan ini,” baru pulang mau liburan di suruh ke Timor-Timor.”
Teman-teman, saya lalu bilang kepada adik saya. Siwi namanya, ”Wi, aku mau berangkat ke Timor-Timor minggu depan.”
Rupa-rupanya dia cerita kepada bapak. Maka ketika saya pulang di rumah sampai di rumah belum sampai apa-apa bapak sudah bilang begini. “Arep neng timor-timor golek apa?” Jadi bapak saya bilang kepada saya ke timor-timor mau cari apa.
Saya tau bapak saya takut. Kalau anaknya yang satu ini, yang anak laki-laki ini mati di Timor-Timor, maka di bilang “Ning timor-timor arep golèk apa?”
Teman-teman apa yang dikatakan bapak. Itu adalah apa yang sesungguhnya ada di dalam hati saya. Saya pun diam-diam bertanya, mau buat apa di Timor-Timor.
Lalu saya menjawab ”Pak kalau saya tidak berangkat, yang berangkat siapa?” ”nèk aku ora mangkat, nèk Sunu ora mangkat, sing arep mangkat sapa?”
Bapak diam sebentar lalu mengatakan ”Oo. Yo wis nèk ngono mangkato.”
Teman-teman jawaban bapak saya sesungguhnya adalah sesuatu yang ada di dalam diri saya. Saya mencoba dengan kepala menjawab, ”Kalau bukan saya, lalu siapa yang harus berangkat ke timor-timor.” Lalu bapak mengatakan ”Kalau begitu berangkat.” Teman-teman ini adalah suatu contoh kecil dari pergumulan saya menjadi anak pertama dan juga menjadi anak kedua.
Saya berangkat ke Timor-Timor menarik sekali, ketemu Fretelin di jaga oleh mereka semalam dan tidak dicelakai.
Teman-teman sebelum saya melanjutkan, saya pingin mengajak anda melihat teks misa kita
Melihat halaman covernya, di dalam cover itu ada tulisan ”Mendengar menghayati dan melaksanakan sabda.” Biasanya itu kan kita mendengar. Lalu apa melaksanakan dulu, lalu apa? Baru menghayati pelan-pelan baik nanti direnungkan saja di rumah sebagai PR, sebenarnya sabda itu diapakan, dilaksanakan lalu dihayati. dihayati dulu setelah setahun gitu baru dilaksanakan?
Tetapi saya lebih tertarik bukan dengan kata-katanya, dengan gambarnya itu lho ini gambarnya romo Drajdat, atau Rm Wisnu, jelas bukan to.. atau Rm Heru, ada kacamatanya tetapi kacamata Rm Heru tidak seperti ini atau gambarnya rm Martin, yang gundul itu. Tampaknya juga bukan karena masih ada rambutnya dua. Rm Martin tidak ada rambutnya lagi. Atau kalau ada rambutnya nggak dua.
Teman-teman yang jelas ini menggambarkan seseorang yang berangkali ada di penjara. Saya punya kisah mengenai Nelson Mandela.
Teman-teman tentu masih ingat Nelson Mandela seorang pejuang kemerdekaan Negro Afrika Selatan. Pada tahun 84 Nelson Mandela yang sedang dipenjara menuliskan sebuah surat dari penjara dialamatkan kepada uskup Stifen Nido yang ada di Afrika Selatan.
Dalam suratnya ia mengungkapkan rasa terimakasihnya atas kunjungan seorang imam katolik di penjara.
Pada waktu itu orang Afrika Selatan tidak boleh memasang gambar Nelson Mandela. Bahkan kalau ada orang menyimpan gambarnya atau menyimpan tulisannya dan ketahuan mereka bisa di jebloskan ke dalam penjara juga. Ketika di bebaskan pada tahun 94 Nelson Mandela diundang untuk mengikuti misa akbar di Captown. Misa seperti ini dan umatnya jauh lebih banyak, dan dalam kesempatan misa itu Nelson Mandela membacakan suratnya. Dia mengatakan begini. Gereja sangat penting di dalam kehidupan kita sehari-hari. Tetapi kalian perlu berada di penjara Afrika selatan untuk dapat merasakan dan menghargai peran krusial Gereja dalam usahanya meringankan penderitaan yang di sebabkan oleh kesemena-menaan dan kegelapan regim pemerintahan nasional, yaitu permerintahan Apartehit. Nelson Mandela merasa bersyukur, karena apa? karena selama dia dipenjara ada seorang imam yang berani mengunjungi dia.
Teman-teman pertemuan Nelson Mandela dengan imam yang mengunjunginya itu adalah pertemuan anak nomer dua.
Kalau ditanya apakah Nelson Mandela dipenjara itu tidak mau. Tentu tidak mau. ”Kenapa dia mau dipenjara, karena dia mau membawa kemerdekaan bagi sesama. Kalau di tanya romo yang mengunjungi tadi, mau mengunjungi?, seandainya ditanya, dia pasti tidak mau tetapi tetap mengunjungi.
Teman-teman kita pun dipanggil untuk menjadi seperti Mandela. Untuk menjadi seperti imam itu melakukan hal-hal kecil, yang sesungguhnya membawa kemerdekaan bagi keluarga kita. Bagi teman-teman di tempat kerja kita. Oleh karena itu kita mohon rahmat supaya kita boleh mulai hari ini membawa kemerdekaan di rumah kita. Membawa kegembiraan di rumah kita. Membawa kerja yang sejati, kerendahan hati yang sejati di keluarga kita dan di tempat kita bekerja Amin.

Minggu, 12 Oktober 2008: Kotbah Romo Martin Suhartono, SJ

Kotbah Romo Martin Suhartono, SJ
Tema ” Sudah layak dan pantaskah aku ”
Bacaan Injil Mat 22: 1-14
Ekaristi Tgl 12 Oktober 2008

Saudara-saudara terkasih, apakah anda pernah membaca iklan dikoran, atau pengumuman, pemberitahuan tentang pernikahan, Si A menikah dengan Si B lengkap dengan tanggal jam dan tempat resepsi perjamuan nikah itu diadakan. Lalu dibawah ditulis hendaknya iklan ini dianggap sebagai undangan. Pernah?
Sekarang tidak terlalu sering, tapi 30 tahun yang lalu ketika saya masih menjadi anak kost di bandung, waa… iklan semacam ini yang kami tunggu-tunggu. Saya dan teman-teman lalu segera datang ke pesta itu. Perduli amat kenal apa tidak dengan pengantinnya kapan lagi kami anak kost dapat makan gratis.
Masuk tanpa ragu-ragu. Comot makanan sana, comot makanan sini, modal senyum kiri-kanan, ketika menyalami pengantin kami pun dengan berani maju menyalami. Untunglah pengantin pria mengira kami teman wanita, pengantin wanita mengira kami teman pengantin pria. Maka tidak konangan.
Saya lihat anda banyak yang tersenyum pasti di berpikit dalam hati, Aku yho kerep ngono kok. ( Gerr..)
Rupanya kebiasaan seperti itu ada dalam arti kita semua itu akan senang sekali kalau bisa ikut perjamuan, perjamuan nikah apalagi. Dan bukan hanya itu kerap kali kita juga kalau ada teman, kenalan, saudara yang mengadakan perjamuan dan kita tidak diundang kita akan merasa tersinggung, keloro-loro sakit hati bahkan marah. Dan kalau ada orang terpandang entah itu presiden, atau sultan mengadakan hajat, entah itu hajat kecil atau hajat besar kitapun merasa terhormat sekali kalau sampai mendapatkan undangan. Inilah sikap kita pada umumnya senang diundang keresepsi. Sikap itu ternyata bukan Cuma ada sekarang ini. Tapi jaman dulu ketika Tuhan kita Yesus Kristus hidup di Palestina, orang Palistina juga bersikap begitu. Maka kalau mereka saat itu orang mendengar Yesus mengutarakan perumpamaan seperti tadi mereka akan protes, wah... itu kisah tidak masuk akal, lha wong kita itu seneng di undang ke perjamuan makan pesat pora apalagi gratis, lha ini kok diundang oleh raja untuk pernikahan putra mahkotanya orang tidak mau datang, tidak masuk akal. Tetapi memang saudara-saudari terkasih Tuhan kita Yesus Kristus kerap kali mengajar dengan kisah-kisah yang memang tidak lumrah yang tidak masuk akal untuk mengejutkan pendengarnya untuk memberikan syok terapi. Maksud perumpaan tadi pada umumnya mau dikatakan demikian.
He.. hati-hati anda ingin sekali di undang dan mau datang keresepsi manusia biasa. Tetapi kok diundang olah Allah tidak mau datang. Aneh tetapi nyata. Raja dalam perumpamaan tadi adalah ’Allah Bapa sendiri, dan anaknya yang dinikahkan adalah Kristus Yesus Tuhan kita. Dan hamba-hamba yang diutus sepanjang sejarah adalah para kudus, para nabi, para Rasul yang senantiasa diutus oleh Allah untuk mengundang umat manusia. Tetapi para nabi itu bukannya dihormati malah dibunuh dan orang tidak mau datang kepada Tuhan.
Maksud perumpamaan jelas hati-hati lah kalian begitu terpesona oleh undangan manusia, keresepsi tetapi anda tidak mau datang dan malah mengabaikan undangan dari Allah sendiri.
Perjamua nikah, perjamuan makan biasa di pakai dalam kitab Suci untuk menggambarkan hidup bersatu dengan Allah sendiri. Hidup persatuan dengan Allah digambarkan sebagai makan – minum dengan percuma. Nanti kerajaan surga juga dibayangkan sebagai perjamuan besar dimana orang dari utara dan selatan timur dan barat, dari mana-mana duduk bersama dalam satu meja perjamuan Allah.
Saudara-saudara terkasih dalam kisah saya tadi ketika chrasing Party istilah inggrisnya anda tentu pernah menonton di mana film di mana orang menyelonong ke pesta tanpa undangan maksudnya di film itu bukan makan gratis saja, tapi untuk menggaet cewek-cewek cantik. Mereka njomblo lalu mencari pasangan. Dengan datang tanpa diundang ke pesta-pesta nikah. Tentu bukan maksud kami dulu dibandung.
Saudara-saudari terkasih apa modalnya masuk tanpa diundang, cuma satu, yaitu pakaian yang pantas. Jaman itu saya cukup memakai modalnya beli baju batik lengan panjang. Cukup itu, masuk sudah terhormat. Kalau sekarang mungkin lain, lebih mahal lagi, bikin jas dan dasi. Karena apa, kalau pakai kemeja lengan panjang malah dikira waiters atau malah tukang parkir.
Suadara-saudara terkasih, itulah modalnya, anda tanya bawa kado ndak? Wa.. bawa amplop saja tulisi saja termakasih sudah diundang makan gratis.
Saudara-saudara terkasih itulah pakaian yang kita kenakan. Sebagai orang yang diundang untuk hidup bersatu dengan Allah. pakaian apakah yang layak kita pakai. Paulus memberi jawaban kepada umat di Roma Efesus dan Kolose, di mengatakan ”Saudara-saudari, kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang. Ditempat lain dia akan mengatakan marilah kita kenakan manusia baru. Kenakanlah belaskasihan kemura-han, kerendahan hati, kelemah lembutan dan kesabaran. Inilah pakaian kita yaitu kristus Yesus Tuhan kita. Maka kalau mau dikatakan disini dalam lembaran misa sudah layak dan pantaskah aku, jawabannya cuma satu tidak, belum dan tidak akan layak dan pantas, kecuali kalau kita mengenakan Yesus Kristus Tuhan kita. Kalau kita sungguh mau hidup seturut ajaran-Nya, hidup sungguh menerapkan Kristus dalam hidup kita masing- masing dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan Kristus itu mengajarkan kepada kita lewat perumpamaan tadi, gambaran tentang Allah Bapa kita itu Allah Bapa yang bagaimana? Gambaran pertama kita lihat dalam diri orang-orang golongan pertama yang diundang tadi.
Saudara-saudari kita semua kalau mengundang orang, itu biasanya kita undang orang yang menurut istilah kerennya satu level, selevel dengan kita, ia tidak? Selevel syukur-syukur levelnya lebih tinggi itu yang kita undang.
Teman saya ketika mau menikah mengadakan perjamuan menghitung-hitung sudah, nanti untuk resepsi keluar berapa juta, terus nanti siapa-siapa yang perlu diundang sehingga diharapkan bisa menutup biaya resepsi, untung syukur-syukur tidak perlu tombok utang sana-sini. Maka kerap kali diundangan dituliskan, tanpa mengurangi rasa hormat hendaknya tanda kasih tidak berupa barang, cendra mata, atau karangan bunga. Intinya njaluk mentahane wae.
Saudara-saudara terkasih kita kalau mengundang memang orang yang selevel dengan kita atau lebih tinggi levelnya. Tetapi Allah dalam gambaran tadi dia raja, tidak mengundang raja lain, pangeran-pangeran, bangsawan-bangsawan, tapi digambarkan tadi orang yang menolak pergi itu malah, apa? Ada yang pergi keladangnya, jadi petani-petani biasa. Ada yang pergi mengurus usahanya. Pedagang-pedagang biasa, bukan orang-orang besar, di situ kita bisa melihat bahwa gambaran Allah yang mau disajikan disitu adalah Allah yang mengasihi kita tanpa syarat.
Kita tidak perlu menjadi pintar menjadi kaya, menjadi terhormat, menjadi sukses, untuk meraih merebut cinta Tuhan.
Cinta kita ma-nusia, itu biasanya bersyarat, selama kamu masih cantik, aku mau dengan kamu. Tapi kamu sudah berkerut-kerut mukanya aku akan cari yang lain, kalau kamu sukses aku mau dengan kamu, kalau kamu pintar, rajin mama sayang kamu. Kalalu tidak awas. Cinta kita bersyarat, tapi cinta Allah kita adalah cinta yang tanpa syarat. Itu gambaran pertama.
Gambaran kedua adalah golongan orang kedua yang tadi diundang. Yang pertama menolak, diundang golongan yang kedua, yiatu orang dari prapatan-prapatan dari persimpangan-persimpangan jalan, dan biasanya yang kongko-kongko disana di Israel jaman. Itu adalah gelandangan, pengangguran, pencoleng, pekerja komersial seks dan macam-macamnya. Orang buangan, orang pinggiran. Digambarkan orang-orang jahat dan orang baik di undang. Inilah golongan yang kedua. Anda heran tidak di sana syok terapi sungguh bahwa raja kok bukannya menghukum orang-orang jahat itu tapi malah mengundang ke perjamuan nikah.
Gambaran Allah di sana adalah Allah yang mengampuni kita tanpa batas, Petrus diajak mengampuni yang bersalah kepadanya 70 kali 7 artinya tidak ada habisnya itu manusia apalagi Allah pastilah mengampuni kita tanpa batas. Betapapun besar dosa kita, betapapun kerap kita berdosa, Allah, kalau kita mau datang bertobat, Allah pasti menerima kita dengan penuh kasih.
Gambaran yang ketiga adalah ketika raja itu, akhirnya orang-orang buangan dan pinggiran kriminal, pencoleng itu datang, dia tidak menyembunyikan diri tapi raja itu keliling bertemu dengan tamunya satu persatu menyapa satu persatu inilah gambaran Allah dalam injil Matius bahwa Allah adalah Imanuel. Allah yang beserta kita. Allah yang senantiasa setiap saat menyertai kita, mendatangi kita, mengundang kita dan memani kita dalam segala perjuangan hidup kita.
Maka saudara-saudari terkasih untuk menghayati ajaran Kristus itu dengan lebih lagi, coba setiap kali anda bangun pagi sebelum ngapa-ngapain anda bertekuk lutut di dalam doa dan berkata. Ya Allahku, aku percaya Engkaulah Allah yang mengasihi aku tanpa syarat. Engkau Allah yang mengampuni aku tanpa batas dan Engkau Allah yang menyerai aku, setiap saat. Dan bila itu anda terapkan pastilah anda akan mengalami sebagaimana dialami oleh rasul Paulus dalam bacaan pertama dia mengatakan ”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” ayat ini cobalah pegang, ”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
Saudara-saudara terkasih, apa anda di antara yang senang tinju. Bukan bertinju sendiri atau berkelahai tapi senang menonton pertandingan tinju. Mungkin anda ingat tahun 96-97 kalau anda sudah lahir saat itu ada pertarungan tinju kelas berat dunia antara Hollyvield dan Mike Tyson. Yha... tahun 96 Hollyvield menang pada ronde ke 11 dengan Tko (Tehnical Knock Out). Kemudian Mike Tyson di beri kesempatan refance pada tahun 97 refance di adakan tapi terpaska dihentikan pada ronde ke 3 karena apa? Mike Tyson di disklafiser karena menggigit telinga kiri kemudian telinga kanan diberikan Hollyvield.
Bukan adu tinju tapi malah gigit kuping. Bukan itu yang ingin saya ulas, tapi kalau anda ingat saat itu Hollyfiled mengenakan mantol ungu dan dibelakangnya ada tulisan Filipiens for. Terhty. fil 4:13. artinya apa? Artinya merujuk pada ayat yang baru saya bacakan, ”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Maka tidak heran Hollyvield ditinju kiri-kanan oleh Mike Tyson tetap bertahan, di gigit kuping kirinya diberikan kuping kanannya. Anda juga akan bila bertahan dengan gambaran Allah yang mengasihi kita tanpa syarat, mengampuni kita tanpa batas, dan menyertai kita setiap saat tentulah juga anda akan seperti Paulus seperti Hollyfield, ”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Amin.