Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Sabtu, 10 Juli 2010

Frater Elyas Amburat Dukita, SJ

”Jadilah bagian dari Solusi.”
Ekaristi Tgl 17 Januari 2010
Injil Yohanes 2 : 1 – 11

Selamat sore bapak-ibu, saudari-saudara sekalian, adik-adik, kita berkumpul sore hari ini dalam misa kudus, dan dalam bacaan injil tadi kita telah membaca dan mendengar bahwa Maria ibu Yesus telah bertindak atau berbuat sesuatu karena dia mempunyai karunia yang diberikan oleh Allah. Karunia apa yang diberikan oleh Allah kepada Maria? Karunianya adalah Yesus Kristus sendiri.
Lalu kira-kira alasan apa yang ada di dalam benak Maria dalam melakukan tindakan tersebut, meminta apa kira-kira? Ibu Yesus, Maria paham akan situasi yang dihadapi oleh orang lain, yakni yang mempunyai pesta perkawinan itu. Apa yang dihadapi, kekurangan anggur. Dan Maria tahu apa yang harus dikerjakan dalam situasi tersebut.
Selain Maria paham akan situasi yang ada mengenai kekurangan dan dia harus berbuat sesuatu alasan apalagi yang dia punya. Mengapa dia berani meminta Yesus untuk berbuat sesuatu. Karena Maria sadar dan paham sekali bahwa dia mempunyai karunia yang tidak setiap orang punya. Yaitu Yesus Kristus sendiri. Dia yang sadar bahwa dia di anugerahi hal yang sungguh-sungguh besar dan dia mau mengambil resiko untuk berbagi anugerah yang diterimanya itu. Kira-kira resikonya apa, yang dipunyai oleh Maria? Resikonya ada tertulis juga disini. Di kitab Injil yaitu, “ Waktu dia meminta kepada Yesus dia tidak berkonsultasi dulu. Artinya apa, dia punya resiko bahwa dia bisa ditolak oleh Yesus sendiri. Dan memang itu yang terjadi Yesus mengatakan apa, “Waktuku belum tiba.”
Sekarang bapak-ibu sekalian, misalnya dalam situasi yang seperti ini apakah bapak ibu tidak merasa mangkel, atau misalnya kecewa. Misalnya bapak-ibu punya anak yang sudah bisa untuk disuruh-suruh. Saya ingat dulu waktu saya SMA saya punya teman ya panggil saja Dodik - lah. Dodik itu suatu saat disuruh ibunya untuk beli sesuatu di warung,
“Dod belikan telur”, Ibunya teriak begitu.
Lalu si Dodik juga menjawab, jawabannya persis yang dikatakan oleh Yesus, apa, “Waktuku belum tiba ibu.”
Ibunya kaget, apa yang dimaksud oleh Dodik waktuku belum tiba. Ya, sebetulnya Dodik itu males. Mengapa dia males karena masih tiduran. Kalau tiduran siapa yang mau disuruh-suruh seperti itu. Tapi artinya apa? Ibunya Dodik jadi mangkel karena jawaban sepeti itu. Dan kemungkinan Maria juga mempunyai perasaan seperti itu. Tetapi Maria percaya dan dia mempunyai iman kepada Yesus. Jika seandainya iman dari Maria kurang kuat mungkin dia akan berpikir, “Ya sudah aku ditolak oleh anakku sendiri aku harus mengurus masalah ini sendiri tanpa Yesus.” Justru bila Maria tidak mempunyai iman kepada Yesus. Tetapi akan imannya yang kuat Maria tetap sabar dalam permohonan dan ia meningglkan masalah ini dalam tangan Yesus sendiri. Yang penting Maria sudah tergerak hatinya dan berusaha membantu orang itu dengan meminta kepada Yesus. Sama juga seperti kita. Kalau kita mempunyai sebuah kebutuhan dan kita tidak tahu lagi bagaimana untuk menghidupi kebutuhan itu, kita pasrahkan kepada Tuhan kepada tangan Yesus sendiri.
Tema yang diangkat oleh Gereja pada minggu ini adalah: “Jadilah bagian dari solusi.” Tetapi kalau kita jujur dengan diri sendiri kita seringkali, kita itu malah menjadi bagian dari masalah atau malah menjadi biang dari permasalahan, jauh dari solusi. Dan saya secara pribadi mencoba untuk tidak menjadi bagian dari masalah. Contohnya apa? Tadi waktu menutup Injil saya tidak bernyanyi, artinya apa saya dari pada membuat masalah kepada bapak-ibu yang mendengarkan suara saya yang nggak enak lalu perutnya sakit, akhirnya nggak bisa ikut misa dengan tenang. Dari pada saya menimbulkan masalah mending saya nggak usah menyanyi.
Kita juga seringkali bukan bagian dari solusi tetapi menjadi masalah. Apa yang hidup di tengah masyarakat kita pada saat ini yang menjadi perhatian utama. Kita setiap hari di suguhkan sinetron Pansus Century. Padahal kalau kita lihat orang-orang yang terlibat dalam pansus atau menjadi saksi dalam kasus ini adalah orang-orang yang mempunyai talenta, mempunyai karunia yang besar. Seharusnya mereka bisa menjadi orang-orang yang membimbing negeri ini menjadi negeri yang lebih baik. Tetapi apa yang terjadi, dari sinetron ini dan dagelan ini orang-orang yang bertalenta besar ini hanya membuat kisruh. Lalu hubungan dengan kita disini apa, yang ikut misa pada sore hari ini di sini, paling tidak kalau tidak mau mengatakan umat kristen, umat katolik seluruhnya?
Lewat iman kita dibaptis dan dari situ pembaptisan itu mengalirlah karunia-karunia yang kita terima. Bermacam-macam karunia yang kita terima. Mengapa macam-macam karunia diberikan kepada macam-macam orang. Manusia, kita adalah bukan mahluk hidup yang bisa hidup sendiri. Tetapi mahluk yang bisa hidup bersama dengan mahluk lain, dengan manusia-manusia lain. Untuk inilah Allah mengaruniakan karunia yang berbeda-beda untuk setiap orang. Dan ini dikaruniakan untuk kepentingan kita bersama. Karunia yang diberikan Allah bagi kita, bisa dikatakan sebagai panggilan dari Allah untuk kita untuk mengisi hidup dan mengisi dunia yang kita hidupi ini. Seperti Maria yang menyadari akan karunia yang ada padanya dan tidak hanya sadar saja tetapi paham, harus berbuat apa dengan karunia yang ada pada dirinya, kita pun dipanggul untuk mewujudkan karunia yang kita punya.
Majalah tempo beberapa edisi yang lalu membawa sebuah edisi khusus mengenai edisi pengusaha kecil. Dan disitu ada contoh para bisnisman dari Yogya masih muda, sangat muda sekitar usia 25 tahun dan dia bukan dari latar belakang pengusaha, tetapi dari kebutuhan akan uang akhirnya dia membuat londry, pencucian baju. Dan setelah beberapa tahun belum sampai lima tahun dia sudah berhasil sampai masuk ke majalah Tempo artinya bukan main-main orang ini.
Terus juga ada yang lain. Mungkin bapak-ibu melihat di depan ini ada seperangkat alat, nanti untuk persiapan nanti EKM ekaristi kaum muda. Para misionaris Mertyoudan akan melayani misa EKM nanti. Apa yang bisa kita petik dari situ. Mereka berusaha mewujudkan karunia yang mereka terima bagi dunia di mana mereka hidup. Dan rasa syukur yang kita punya karena karunia yang dilimpahkan kepada kita apakah hanya untuk kita sendiri. Karunia yang ada pada Maria dibagikan untuk kebahagiaan orang yang mempunyai pernikahan di Kana. Saat kita mewujudkan karunia yang kita punya bukan hanya kita yang bertindak tetapi juga Sang PEMBERI, dalam huruf besar yang dengan tangan-tanganNya yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan mewujudkan apa yang hendak kita lakukan. Saat kita berinteraksi dengan orang lain dan juga mewujudkan apa yang menjadi karunia yang ada pada diri kita, kita sebetulnya juga berinteraksi dengan sang Pemberi, Allah sendiri.
Salah satu contoh lagi yang bisa saya angkat dari dua bacaan ini adalah: Saya beberapa hari yang lalu, menyiapkan kotbah ini atau homili ini saya mendengarkan lagu jika kami bersama judulnya. Yang menyanyikan itu Super-man is death sama Shagy dog. Ada bagian dari lagu itu yang sungguh menarik dan buat saya cocok. Untuk homili pada sore hari ini. Bapak ibu, dan saudara-saudari sekalian bisa mempunyai lagu-lagu yang lain. Tapi ini paling tidak dari saya yang bisa saya ungkapkan. Kami di sini akan terus bernyanyi, artinya apa, mempunyai karunia, untuk bernyanyi. Diberikan kepada siapa? Kepada semua orang yang mau mendengarkan. “Dan jika kami bersama nyalakan tanda bahayamu akan menghentak anda akan tersentak, jika bersama tidak sendiri. Aku dan dia, aku dia dan mereka, memang dia memang beda. Aku adalah kamu muda beda dan berbahaya.” Artinya apa, masing-masing mempunyai karunianya sendiri-sendiri. Untuk apa, untuk semua orang. Dan jika kita bersama, menyalakan karunia yang ada maka hidup kita, hidup kamu, dan hidup saya akan terhentak bahwa hidup ini tidaklah membosankan karena hidup ini tidaklah dijejali dengan rasa dan karunia yang sama. Coba bayangkan kalau kita semua mempunyai karunia yang sama, semua pinter semua. Nanti nggak ada yang olok-olok wah goblok lho, seperti itu. Banyak karunia. Orang goblok pun punya karunianya sendiri yang orang pinter juga belum tentu punya. Bunda Maria sudah memberi contoh, dengan bertindak, kita juga pasti bisa berbuat sesuatu berdasar karunia yang kita punyai. Karunia itu bagaikan api, tenaga yang menggerakkan hidup. Dan itu ada di diri saudari-saudara sekalian. Kenapa? Karena Yesus ada di dalam diri saudari-saudara sekalian. Dan itu adalah karunia, gali dan kenali arti itu yang menggerakkan termasuk kenali resiko yang membuat api itu kurang menjadi besar. Apa yang menghambat karunia itu untuk keluar, untuk diwujudkan dari diri saudari-saudara sekalian. Bakarlah dirimu dengan karunia itu. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar