Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Sabtu, 10 Juli 2010

Kotbah Romo Bernhard Kieser, SJ

“ Ikut Yesus Dalam Perjuangan-Nya.”
Ekaristi Februari 2010
Injil Lukas 5 : 1 -11

Saudara-saudari bukan hanya Petrus, kita semua hidup dalam perahu yang sama bersama dengan Kristus. Orang banyak ingin mendengarkan Sabda Allah, dan dari mulut Yesus mereka tidak mendapat petunjuk dari surga. Dari Yesus yang duduk di perahu Simon Petrus itu, masing-masing dari antara mereka dijamah. Di wongke, apapun nasib hidupku dari kata-kata Yesus aku disapa, dianggap orang. Kemanapun jalan hidupku, kapanpun aku dipanggil Tuhan, sekarang ini pun Tuhan mengenal dan mengerti hatiku. Memang dari perahu Petrus itu Yesus mewartakan Allah yang adalah Tuhan, andalan dan kebanggaan hidupku, lalu setiap hari tambah banyak dari antara kalian setiap hari minggu datang untuk ikut merayakan ekaristi mendengarkan sabda Yesus, supaya sekedar merasa nyaman penuh pengharapan bersama Yesus. Koor Gereja bagai bahtera mengarungi jaman. Dan sekali waktu juga sekoci petrus itu digempur itu oleh ombak. Dan di gesar oleh angin, sama sekali tidak lagi nyaman tetapi duduk besama dengan Yesus, disegala jaman lalu ada orang juga dan atas sabda Yesus menjawab dengan tega dan berani, atas sabdaMu aku hari inipun menyebarkan jala.
Mulai dari jaman murid-murid pertama waktu Paulus masih keliling dari kota ke kota. Teman- temannya itu seperti mas Adwila dan ibu Priska membuka ruko mereka itu di kota Roma dan kota Korintus dan mungkin di kota Efesus entah di mana mereka mempunyai toko itu. Supaya teman-teman seiman bisa berkumpul.
Sampai jaman jepang itu dekat di Yogya, di Bantul, waktu semua imam itu disini itu di tahan di dalam kamps. Baptis dari bantul keliling dan mengumpulkan teman-teman setia. Dan tahun 2010 ini muda-mudi itu di Pande Sumbang dekat muntilan itu mencari tani- tani organik lintas desa. Dan dekat sini anak-anak asrama di jalan Supadi menebarkan tawa mereka dan mencari teman-teman mereka di tepi kali code untuk belajar bersama. Semua itu membuat apa yang dilukiskan itu pada halaman muka dari teks perayaan Ekaristi ini. Menjala manusia, artinya hidup-hidup menganyam manusia, kedalam persaudaraan untuk hidup. Menularkan rasa nyaman, bersama dengan Yesus dalam satu perahu itu. Habis Allah mau menjadi andalan untuk setiap orang. Lalu memang adalah tugas semua murid Yesus dari kalian semua untuk ikut serta dalam perjuangan Yesus, ikut menyebarkan rasa nyaman bersama Yesus. Dari syarat khusus dari bulan juni tahun 2009 sampai 2010 bulan juni itu waktunya dikhususkan oleh Paus Benediktus di seluruh dunia menjadi tahun pembaharuan hidup para Imam.
Pada Paus seluas dunia, pelayanan imam berada dalam Krisis, dan Gereja menderita karena sejumlah imam yang tidak setia pada panggilan Kristus. Ini diangkat itu oleh Bapa Uskup yang sudah pindah, supaya kami melakukan retret bersama-sama, supaya kita merenungkan kesetiaan Yesus, dan bagaimana kita setia menjawab kepada Dia. Cuma apapun krisis para orang imam, tetapi apakah ini betul? Dengan 224 juta penduduk terhitung 3650 imam yang melayani sebanyak tujuh juta orang Katolik.
Keuskupan Agung semarang dengan kurang dari 400.000 orang katolik terhitung 416 imam mereka membina Paroki, mereka itu mengajar di Universitas, memimpin kelompok doa, mereka bekerja sosial dan banyak itu yang mengajar calon-calon imam itu seperti saya, satu imam untuk 950 orang katolik, apakah ini kurang? Apa lagi itu bila dibandingkan dengan lain negara, dimana ada satu imam untuk 3000 orang lebih orang katolik. Itu seperti seumpamanya itu di keuskupan dimana dulu saya dibaptis. Ketika itu krisis imam, adalah krisis itu bahwa ada orang yang meninggalkan imamat. Dan tambah pula itu 5 teman dari Serikat Yesus teman saya yang tidak lagi menjabat imam dari salah satu dulu sebagai Pastor Paroki.
Apakah ini adalah krisis itu bahwa mereka tidak lagi misa itu dan pakai jubah. Kenyataannya itu lain sama sekali, setiap hari. Sebab diharapakan bahwa pagi hari jam setengah enam tepat waktunya imam merayakan Ekaristi yang dengan umat yang berkumpul disini, dan bahwa di cermat sore hari merayakan ekaristi di lingkungan dan kalau ada orang yang mati itu siap sedia pada siang hari. Adalah tugas imam untuk tidak menolak siapapun kalau dia diminta bantuan. Tugas imam itu adalah supaya perkawinan-perkawinan diparoki yang fair, dan supaya anak-anak itu dianimasi berkolompok, di kelompok putra altar atau muda katolik.
Adalah tugas imam itu supaya ruang paroki itu terhitung dan gedung gereja itu dan entah berapa tugas lagi yang rutin setiap hari. Bayangkanlah orang muda yang selama sepuluh tahun disimpan di seminari lebih lagi itu dari sepuluh tahun. Hanya karena Tahbisannya ditaruh di depan kalian semua, memimpin perayaan ekaristi di junjung tinggi itu sebagai paduka romo dan sekaligus pada waktu yang sama dirantai itu pada roda tugas, yang seperti mesin itu putar terus setiap hari tanpa ampun.
Adalah krisis imam apakah orang yang dijunjung tinggi itu dan di rantai pada tugas setiap hari pun masih mampu untuk menularkan rasa nyaman bersama dengan Tuhan kepada setiap orang yang dia jumpai dipastoran atau di gereja. Setiap orang yang dipanggil menjadi imam juga dapat menularkan rasa nyaman untuk Pastor dari Arrt. Seratus lima puluh tahun lebih di Perancis karena memang orang itu di datangi dari seluruh negeri karena orang merasakan orang itu menularkan rasa nyaman dalam Tuhan.
Tadi saya tanya apakah kalian yang duduk setiap hari minggu disini dan mengharapkan bahwa di sentuh sedikit merasa nyaman, apa yang dapat kalian buat. Supaya imam itu dibantu untuk menularkan rasa nyaman itu. Saya yakin tidak semua dan khususnya orang-orang di Kotabaru, mempunyai masih seorang lain yang mendoakan imam-imam itu di Keuskupan ini. Dan khususnya kami disini di Kotabaru, mengapa?
Pada tanggal 25 Mei 1947, di gereja ini bersama dengan tiga teman lainnya mas Iming. Anak pak lurah dari desa kliwonan godean ditahbiskan imam menjad romo Darmoyuwuno, di masa waktu kolonel Soeharto merebut kembali kota Yogyakarta. Romo Darmoyuwono yang baru ditahbiskan itu menjadi pastor di Ganjuran dan setelah itu dia Pastor di klaten, dan kemudian dia membangun gereja Purbowardayan di solo, dan waktu romo kanjeng Soegiyopranoto meninggal 1964 dia diangkat menjadi uskup Agung Semarang. Juga romo Darmoyuwono itu bukan romo kanjeng seperti Romo Soegiyopranoto.
Di tahun keUskupannya yang pertama ia masih ikut konsili megah itu di Roma, bayangkanlah 2500 uskup dari seluruh dunia itu berkumpul di gereja St. Petrus dan kisahnya di uskup agung dari semarang datang ke sana bukan dalam pakaian besar sebagai uskup tetapi dengan pakai baju batik. Dan di depan pintu gereja St. Petrus, ia mengganti pakaian, mengeluarkan baju kebesarannya itu dari tas kresek yang ia bawa. Dan dua hari setelah konsili selesai tanggal 10 Desember tahun 1965 dia kembali ke keuskupannya di negara kita yang di cabik itu oleh G 30 S. Dan keliling itu dari paroki ke paroki untuk mencari kembali umatnya, yang katolik dan yang mereka yang tertuang itu sebagai pastor. Sampai sentuhannya itu dirasakan sampai sekarang sebagai karya sosial Kardinal.
Orang merasa diri disentuh bukan hanya karena semboyan itu berarti aku percaya Engkaulaah Allah andalanku. Orang ini bisa menularkan dan menyentuh orang karena dia sendiri bisa disentuh. Sekarang ini beliau mendoakan kita, supaya semangat iman di kesukupannya dulu tida pudar. Dia mengajak kita, ayo supaya umat kita mengularkan rasa nyaman kepada Pastor dan Pastor kepada umat. Bukan dengan mengacung jempol dan mengatakan monggo romo itu sak kersanipun. Melainkan dengan mengulurkan tangan dan menyapa orang dari hati ke hati.
Beberapa hari yang lalu saya singgah di keluarga bu Fatimah, duduk di depan di kursi tamu, anak mereka yang kecil belum TK, keluar dari dapur belakang dan membawa dua biji rambutan. Ibunya itu tersenyum itu waktu anak itu langsung menuju saya dan mengulurkan tangannya itu dengan rambutan itu seperti mau mengahadiahkannya itu kepada saya, dan kami bertiga tertawa terbahak-bahak waktu dari mulutnya yang kecil itu keluar komandonya yang jelas, ” Om romo, you on time?
Ulurkanlah tanganmu dan bicaralah inilah yang menularkan rasa nyaman, bersama dengan Yesus. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar