Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Sabtu, 10 Juli 2010

Kotbah Romo Redemptus Hardo Putranto, SJ

"Dipanggil dan di utus untuk semua.”
Ekaristi Tgl 31 Januari 2010
Injil Lukas 4 : 21-30

Saudara-saudara yang terkasih, ada kisah kecil ini. Ada seorang saudagar Yahudi kaya raya berpergian naik kereta ke kota besar. Dalam berpergian keretanya sudah duduk seorang tua berpakaian hitam sangat sederhana orangnya berjenggot. Orang tua itu menyapa saudagar yang baru datang ini ingin menyalaminya. Tetapi saudagar itu menolak, ia pura-pura sibuk menaruh kopernya di tempat duduk. Dalam perjalanan lagi-lagi orang tua ini mencoba mengajak bicara saudagar kaya raya ini, tetapi saudagar ini dingin-dingin saja, dia tidak mau menanggapi apa-apa. Dalam perjalanan sampai akhir keduanya lalu hanya diam saja.
Ketika mereka tiba di kota besar kebetulan kebetulan keduanya menuju ke kota yang sama, saudagar itu melihat bahwa di stasiun itu dipenuhi oleh kerumunan banyak sekali orang mereka melambai-lambai sambil bersorak bergembira memasang sepanduknya, “Selamat datang rabi yang kami cintai. “ lalu ketika turun orang tua yang berjenggot ini mendahului saudagar itu dan saudagar ini disambut dengan meriah oleh kerumunan orang banyak. Tahulah dia bahwa orang yang duduk di sampingnya ini adalah seorang rabi yang sangat terkenal, dan dia tahu bahwa seorang Rabi yang termashur sebagai guru, arif saleh dari Eropa.
Saudagar ini begitu malu terkejut dan dia menyesal lalu dia merangkul rabi itu meminta maaf berkali-kali ingin menciumi tangannya pula.
Saudara terkasih kisah pendek ini mau berkata, bahwa kita itu cenderung untuk menilai orang hanya dari segi luarnya, dari penampilannya. Orang yang berpenampilan rapi, berpakaian mahal itu akan kita rasakan seperti orang penting yang harus dihormati. Tetapi sebaliknya orang yang berpakaian sederhana, seadaanya barangkali sudah tua lagi orang seperti itu nggak usah kita perhatikan pasti tidak ada hal yang penting yang dibawanya.
Nah sikap seperti itulah yang dipunyai orang-orang di Nasaret, di rumah ibadat Yahudi, di Sinagoga. Ketika Yesus menyampaikan kabar atau amanat memaklumkan bahwa tahun rahmat Tuhan sudah datang, orang lain Nasaret ini tadinya sangat heran kagum tapi kemudian ragu-ragu karena mereka tahu siapa Yesus, itu datang dari kampung kita saja dari Nasaret. Ia anak tukang kayu yaitu Yoseph dan Maria. Mereka tahu latar belakangnya. Mereka kenal Yesus. Sehingga mereka tergusur anak seperti itu mewartakan tahun rahmat Tuhan yang tidak lain adalah pemenuhan dari janji keselamatan kepada umat manusia.
Saudara-saudara terkasih, orang Nazaret sudah mendengar bahwa di Kaparnaum dan di kota-kota lain di Palestina, Yesus banyak membuat mukjizat. Menyembuhkan orang mengusir setan, dan mengajar dengan penuh wibawa. Mereka juga ingin bahwa Yesus melakukan hal yang sama di kotanya. Tapi karena mereka itu ragu-ragu Yesus tidak menanggapi keinginan dan harapan mereka. Yesus diharapkan oleh mereka untuk menunjukkan kuasaNya bahwa Dia sungguh-sungguh diutus oleh Allah sebagai nabi. Tapi Yesus tidak ingin pamer kuasa, Yesus bukan tukang sulap, mukjizat itu tanda kedatangan tahun rahmat Tuhan atau kerajaan Allah tapi juga berbahaya karena orang lalu hanya menggangap tahun rahmat Tuhan itu berarti datangnya banyak mukjizat dan Yesus menjadi tukang pembuat mukjizat. Maka Dia tidak melayani keinginan mereka. Karena itu mereka juga sangat kecewa dan mereka nolak Yesus. Menolak Yesus tidak mau mendengarkan Dia lagi. Yesus yang diharapkan Ia menurut pandangan mereka itu adalah seorang yang menjadi nabi yang besar akan membawa keuntungan – keuntungan dari korban keistimewaan bagi bangsa terpilih, bagi penduduk Nazaret. Tapi dia tidak berbuat apa-apa. Lalu Yesus diseret keluar kota.
Saudara terkasih mungkin kita itu berpikir bodoh betul orang Nazaret ini tidak mau melihat realita, tapi kalau kita berpikir demikian, “Orang Nazaret kita anggap picik dan bodoh karena menolak Yesus dan dengan itu warta keselamatan tidak diberikan bagi mereka.” Kita sendiri juga boleh bertanya, apakah kita juga membuka hati kita untuk menerima Yesus dan pewartaanNya. Boleh orang itu menolak orang lain, karena orang lain tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, kita harapkan dengan prasangka dan pendapat yang sudah kita punyai dengan ide-ide yang sudah ada pada kita seperti mereka orang Nazaret punya ide sendiri tentang Mesias pembawa kerajaan Allah. Pewarta tahun rahmat Tuhan. Tapi ini lain, ini orangnya sederhana. Demikian maka mereka menolak Yesus. Kitapun sering demikian kita sering menolak pewartaanNya, kalau Yesus tidak memenuhi harapan dan keinginan kita. Lihatlah kalau doa-doa kita tidak dikabulkan.
Saudara-saudari terkasih mungkin ada lagi Yesus tidak kita terima secara penuh oleh karena Dia itu kata-kataNya kalau kita baca dalam Injil sering kali mengatakan hal-hal atau tuntutan yang berat bagi kita untuk melaksanakannya. Kita ingat cerita pemuda kaya yang datang kepadaNya bagaimana dia akan menjadi sombong lalu Yesus berkata, “Juallah hartamu bagikanlah kepada kaum miskin.” Pemuda ini pemuda kaya, untutan Yesus ini terlalu berat, maka dia meninggalkan Yesus.
Kemudian seringkali Yesus itu begitu mengasihi orang-orang yang menderita, yang sakit, yang lapar, yang miskin. Yesus juga mencharge kita supaya kita peduli kepada mereka, memberi makan kepada yang lapar, memberi pakaian yang telanjang, memberi minum bagi yang haus, mengunjungi para tahanan, dan menguatkan mereka yang lemah dan sakit. Berat tuntutan Yesus kepada kita, sehingga kita itu menjauh tidak mau mendengar atau menutup diri pada Yesus. Kemudian masih ada lagi halangan yang sering kita punyai yaitu, kalau kita pikir-pikir Yesus ini suka mengusik kita, suka menantang kenyamanan dan kesenangan hidup kita, kemapanan kita. Dia berkata, “ Kalau kamu mencintai orang yang mencintai kamu atau menolong orang yang sudah menolong kamu apa istimewanya. Orang berdosapun demikian, pemungut cukaipun demikian. Bahkan saudara-saudara terkasih penjahat-penjahatpun pasti membalas budi orang berbaik kepadanya.
Atau kata-Nya lagi, berilah pipi kirimu bila orang menampar pipi kananmu. Dan lagi cintailah musuh-musuhmu doakanlah mereka yang menganiaya kamu. Bukankah ini kata-kata Yesus, amanat Dia, yang bagi kita itu membuat tidak mapan, tidak nyaman lagi.
Saudara-saudara terkasih kita semua sebetulnya ingin sungguh-sungguh menerima Tuhan kita. Kalau kita menerima Tuhan kita berarti kita juga harus mewartakan apa yang kita terima. Kasih Bapa yang mengampuni kita keimannya untuk membangun perdamaian dan persaudaraan dengan semua bangsa. Semua ini menjadi tugas kita menjadi bakti, tetapi betapa susahnya tuntutan ini kita dipanggil menjadi saksi tetapi mengakui dengan lidah saja di depan orang banyak di depan orang lain yang tidak seagama misalnya kita malu kita tidak berani kita menyembunyikan diri bahwa kita itu orang katolik.
Tapi saudara tahun rahmat diwartakan kepada kita. Artinya Tuhan itu kendati apapun yang kita punyai Ia membawa kepada kita pengampunanNya dan memberikan rahmat yang berlimpah-limpah untuk kita bagikan kepada orang lain. Kita bahkan dapat lebih menerima Dia secara penuh apabila kita membuka diri berkenan rendah hati mau mendengarkan Dia, berani melawan ego-ego kita yang sudah ada ataupun keinginan kita sendiri dan kita mau bekerja sama dengan rahmat Tuhan dalam hidup kita. Tuhan dimana-mana selalu ingin datang kepada kita. Dia ingin hadir tetapi secara tersamar tersembunyi pada orang-orang yang sederhana, yang mungkin diluar dugaan, prasangka ataupun keinginan kita. Mari kita mohon agar supaya hati kita terbuka untuk mendengar dan mengikutiNya dan pewartaanNya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar