Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Selasa, 16 Februari 2010


Masukkan Code ini K1-BA4C5C-6
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Kotbah Romo Redemptus Hardoputranto, SJ

“Masyarakat kita ‘ Sakit ‘.”
Ekaristi Tgl 6 Desember 2009
Injil Lukas 3 : 1 - 6

Ibu-bapak, saudari-saudara, adven adalah masa harapan. Seperti kita baca dalam bacaan yang pertama dari Barukh dan bacaan Injil tadi.
Saudara-saudari terkasih saya akan memberi suatu ilustrasi dari suatu cerita Adven yang mungkin anda sudah pernah dengar, jadi ini sedikit di daurulang lagi. Ada seorang ibu muda yang sedang mengandung tetapi ia kedapatan terserang penyakit kanker yang serius. Beberapa kali ia menjalani operasi tetapi tetap tidak berhasil. Kondisinya dari hari ke hari berubah dari buruk menjadi lebih buruk lagi. Dokter-dokter mengangkat tangan dan berkata “Tak ada harapan. Anda takkan hidup lama lagi.”
Pada waktu itu ia dan suaminya itu berpikir-pikir, mengapa? Lalu mereka mengambil keputusan untuk mencari jalan alternatif. Pindah hidup di suatu tempat yang jauh dari dunia. Jauh dari mana-mana. Karena dunia sudah menvonis isterinya ini tidak akan hidup lama lagi, tidak ada harapan lagi.
Pasangan ini percaya bahwa pada setiap orang itu tersimpan sesuatu kekuatan untuk menyembuhkan diri dan daya kekuatan untuk hidup. Mereka mau mencoba membina daya kekuatan diri, menggunakan untuk penyembuhan sang isteri. Tetapi lebih dari itu mereka yakin sedalam-dalamnya bahwa Tuhan itu tetap maha baik. Penyelengaraannya tidak akan meninggalkan mereka. Di kehidupan mereka mengasingkan diri mereka hidup di sekitar tanah pertanian yang cukup luas. Mereka hanya berbicara saban hari mengenai lingkungan alam yang bersih, mengenai Allah yang baik, mengenai cinta kasih, mengenai pengampunan, dan mengenai kesehatan. Mereka berdoa dan tetap bekerja, setiap kali mengembangkan sikap positif satu terhadap yang lain, saling menyemangati dan membicarakan kebaikan-kebaikan yang mereka terima dalam hidup ini dari Tuhan. Begitu mereka jalankan siang dan malam. Hari demi hari minggu demi minggu, apa yang terjadi? Pada akhir bulan yang keempat sang isteri merasakan ada perbaikan dalam kesehatannya. Sesuatu yang aneh mulai dirasakan ia mulai sembuh, dan kesembuhannya ini sungguh bagi dia diluar dugaan mereka sendiri, menakjubkan. Disembuhkan dalam suatu kesadaran dan suatu dunia yang mereka buat bersama. Suatu dunia di mana sang isteri tidak lagi divonis untuk mati tetapi senantiasa diberi pengharapan.
Saudara-saudara yang terkasih kita semua mengetahui betapa dunia dan masyarakat kita ini juga menderita sakit. Banyak penyakit, orang diam, dia merasakan tipisnya harapan, bahwa masyarakat ini dan dunia kini akan bisa menjadi lebih baik. Orang meng-alami sistim yang meng-hasilkan tidak bisa lurus lagi. Berliku-liku harus ditempuh orang untuk bisa menghasilkan sesuatu. Standar atau patokan hidup juga tidak jelas, tidak menentu. Akibat perilaku, terutama perilaku dalam hidup bermasyarakat. Tatanan sosial dan hukum tidak jauh berbeda. Dan kita di negeri yang berkembang ini merasakan juga begitu banyak masalah. Yang satu belum selesai, belum diselesaikan yang lain sudah muncul lagi. Kadang orang menjadi pesimis apa bisa menjadi lebih baik. Mengeluh saja sudah tidak ada gunanya karena segala sesuatu yang baik sering kali diputar balikkan. Sehingga tidak ada harapan akan penyelesaian.
Tapi saudara-saudara terkasih seperti ibu dalam ilustrasi cerita tadi yang punya sakit kanker yang divonis tak tersembuhkan, kita dapat mengusahakan suatu kemungkinan lain, suatu kehidupan atau nasib yang lain, yang baru. Dalam injil tadi Yohanes pembaptis, menyiapkan suatu pesan, pesan yang radikal, “Kami tidak terbelenggu mati oleh duniamu sekarang ini.” Masih ada harapan masih ada kehidupan yang baru yang dapat kamu bangun. Ada daya kekuatan yang dapat membedakan kamu dari dunia. Yang membelenggumu sekarang ini.
Secara simbolik Yohanes Pemandi atau Yohanes Pembaptis menunjukkan cara hidup baru ini ketika dia meninggalkan lingkungan hidupnya yang mapan, yang nyaman. Ia pergi ke padang pasir, tempat tinggal, pakaian, dan makanannya, terik matahari di siang hari, dingin di malam hari, ancaman binatang buas menunjukkan radikalitas atau protes terhadap kehidupan masyarakat jaman itu. Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis, Allah akan menghampirimu siap-kanlah jalan bagi Tuhan.
Pewartaan dan seruannya menjadi lebih kuat lagi dan penuh wibawa karena didukung oleh cara hidupnya yang keras. Cara hidupnya dan pribadinya yang berani tidak takut kepada siapapun. Yohanes yang sungguh menggantungkan dimana namanya menjadi tenar tetapi dia selalu rendah hati.
Saudara-saudara terkasih, adven merupakan masa pertobatan seperti yang diserukan oleh Yohanes tadi. Adven memberi kesempatan baru bagi kita untuk mencoba kemungkinan lain yaitu merubah hidup dan memperbaharui hidup kita. Tetapi bagaimana caranya. Bertobat itu tidak hanya rasa sesal, rasa sedih, rasa getun, rasa tidak enak. Seperti yang saya dengar di kamar pengakuan. Saya tidak enak karena melukai hati temanku. Saya tidak enak karena janji tidak aku tepati dan sebagainya. Tetapi bertobat terutama adalah mengakui keadaan kita. Situasi kita terutama kedosaan kita, kerapuhan kita. Bertobat berarti berani membuka lembaran hidup yang baru. Mengambil haluan baru. Menuju kealam beralih dari segala yang membawa ketidak selamatan.
Kita manusia sudah dirusak oleh dosa. Kita menderita luka-luka. Menjadi rapuh, menjadi bobrok. Masyarakat kita juga, punya mata tidak bisa melihat. Punya telinga tidak bisa mendengar. Punya hati tidak mampu mencintai lagi. Dan masih banyak sekali orang yang selalu merasa prihatin. Gamang dan perihatin karena tidakpastian pekerjaan. Karena hidup sendiri. Karena tak mampu bergaul. Tak bisa menopang keluarga. Cemas kalau melihat masa depannya. Karena masyarakatnya sering tidak perduli, bahkan tidak jarang itu meninggalkan kita.
Saudara-saudara terkasih Adven adalah masa untuk berubah. Dan untuk memperbaharui hidup kita sendiri maupun bersama-sama. Karena setiap hidup kita pribadi selalu mempunyai dimensi atau segi sosialnya. Keterkaitan dan saling bergantung pada orang lain, pada masyarakat dan pada dunia kita. Kita ingat akan anjuran sidang agung Gereja Katolik Indonesia di tahun 2005 tentang Habitus baru yang harus kita bangun dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Kita tahu bahwa kita lebih baik mulai dari kita sendiri keluarga kita dan umat dalam gereja kita. Kita mesti berubah mempunyai pola dan cara pikir yang baru. Merasakan secara baru tetapi lebih-lebih kebiasaan yang berperilaku yang baik. Meninggalkan perilaku yang lama terutama sikap-sikap yang lama. Habitus baru harus terus menerus diperjuangkan tentu tidak hanya dalam lingkungan kita sendiri tetapi harus bersama-sama orang-orang lain di masyarkat kita. Kita sudah mulai mencanangkan perubahan ini empat tahun lamanya. Dan sudahkah kita mencapai hasil akhir itu, apa hasilnya sudah memuaskan? Saya kira kita harus mengakui bahwa sama sekali belum. Maka dengan masa adven ini gerakan menciptakan Habitus baru ini kita doakan untuk mendapat dorongan yang baru lagi.
Saudara terkasih dalam seruanya dipadang gurun Yohanes pemandi mengakhiri seruan, suara yang berseru-seru dipadang gurun ini dengan ucapan yang memberi harapan semua orang akan melihat keselamatan yang datang dari Tuhan. Waktunya sudah genap Allah datang mengerjakan keselamatan, agar Allah memberi ketetapan baru pada waktu Yohanes dahulu. Tetapi terutama juga pada jaman kita sekarang ini secara baru.
Saudara terkasih Allah dalam PuteraNya Yesus Kristus tidak hanya 2000 tahun yang lalu, tetapi sekarang pun pada setiap waktu, pada berbagai peristiwa dalam diri orang-orang lain Dia selalu ingin memperbaharui hidup kita. Marilah kita mohonkan ini semua dalam doa-doa kita. Amin.

Kotbah Romo RM Wisnumurti, SJ

“ Yesus Membawa Hidup Baru. “
Ekaristi Tgl 1 Januari 2010
Injil Lukas 21 : 25-28.34-36

Ibu-bapak, saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan. Setelah kita merayakan Natal kita menyambut Tahun baru. Bagi umat beriman seperti kita, merayakan Tahun baru hanya mempunyai makna kalau dihubungkan dengan Misteri Natal. Misteri Natal membawa pembaharuan yang mendalam mengenai hidup dan makna hidup kita. Seperti tema yang dipilih di gereja St. Antonius “ Yesus membawa hidup baru.” Maka berdasarkan Natal kita sungguh dapat bersyukur bukan hanya karena tahunnya yang baru tetapi kita sebagai manusia diperbaharui oleh Yesus Kristus. Hidup kita dibaharui karena kelahiran dan penebusanNya. Pembaharuan oleh Yesus dan di dalam Yesus merupakan pembaharuan yang sejati yang sungguh memiliki arti yang begitu mendalam tak ternilai. Karena kita manusia yang telah dirusak sebagai citra Allah karena dosa dipulihkan oleh Yesus Kristus. Dosa kita ditebus dan dalam kesatuan dengan Yesus yang bangkit kita dikaruniai hidup sebagai anak-anak Allah. Itulah pembaharuan yang sempurna dari Allah. Pembaharuan ini menjangkau kita semua bila kita menanggapi dengan iman. Saat kita dibaptis kita menyatakan ya, kita menyambut tawaran keselamatan itu, kita memberikan komitment kita untuk bertobat menjauhkan diri dari dosa. Karena itu merayakan Tahun baru sesudah Natal sungguh mempunyai makna dan merayakan Tahun baru akan bermakna kalau kita mewujudkan dalam sikat tobat kita.
Daya pembaharuan Ilahi ini adalah Bunda Maria. Sejak dikandungan Bunda Maria tanpa noda dosa karena dia terpilih menjadi bunda Allah. Dan itu biasanya kita merayakan pestanya setiap tanggal 8 Desember. Sedangkan hari ini kita merayakan Santa Perawan Maria sebagai Bunda Allah. Pembaharuan ini juga membuat Bunda Maria menjadi sungguh baru karena itu Gereja memandang Bunda Maria adalah teladan kita semua. Bunda Maria menjadi ibu kita. Ibu para keluarga, menjadi contoh dan teladan sebagaimana mengikuti bimbingan Allah dan melaksanakan sabda-Nya. Maka selain kita mengucapkan Selamat Tahun Baru, oleh Gereja kita diajak merenungkan pokok iman kita. Kita diajak untuk meletakkan harapan-harapan kita rencana dan seluruh usaha kita di tahun yang akan kita mulai jalani hari ini. Dalam rangka iman itu Allah menyelenggarkan hidup kita. Maka kalau anda memperhatikan dengan cukup baik, bacaan pertama yang diambil dari kitab Ulangan tadi dapat menjadi ungkapan yang dimaksudkan oleh Gereja mengawali tahun ini. Beginilah kamu harus memberkati orang Israel, itu diungkapkan kepada Musa, “ Katakanlah kepada mereka Tuhan memberkati dan melindungi engkau. Tuhan mengenali engkau dengan wajahnya dan memberi engkau kasih karuniaNya. Tuhan menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera. Demikianlah mereka harus meletakkan NamaKu atas orang Israel. Maka Aku akan memberkati mereka. Ungkapan itu sungguh menjadi harapan, harapan yang terarah untuk kebahagiaan manusia yang utuh yang lengkap, yang berkelimpahan dalam bahasa kitab Suci sering kali dirumuskan dengan kata-kata yang singkat yaitu “Syalom.”. mungkin banyak juga yang sering kali memakai, Syalom yang kalau diterjemahkan harifiah saja ‘salam’. Tetapi Syalom itu sendiri, mencakup damai sejahtera menyeluruh bukan hanya sekedar saling memberi salam damai, tetapi damai seluruhnya. Damai yang meliputi seluruh kehidupan. Damai antar manusia dengan Allah. Damai antara manusia dengan sesama. Damai antara manusia dengan alam.
Maka juga pada Tahun yang baru ini sesudah selang beberapa tahun.. di tetapkan juga sebagai hari perdamaian sedunia. Karena itu lagi saya mengajak anda menarik perhatian anda, kalau anda masih menyimpan teks Ekaristi minggu yang lalu yaitu Pesta Keluarga Kudus di sana ada pesan yang mungkin sudah sedikit diringkas, pesan dari Bapa Suci dalam peringatan hari sedunia tahun 2010 yang diberi judul “Melindungi ciptaan merupakan kunci bagi perdamaian dunia.”
Dikatakan oleh Bapa Suci, jika manusia sebagai keluarga tidak mampu menghadapi tantangan-tantangan baru yang ada melalui membaharui rasa keadilan sosial dan perasaan solidaritas Internasional kita akan menanggung resiko dari menanam bisnis kekerasan di antara orang-orang dan di antara generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Sekaligus mengajak kita bukan hanya untuk bertenggang rasa tetapi lebih-lebih untuk bersama-sama berjuang mewujudkan perdamaian. Perdamian bukan hanya antara manusia. Tetapi juga perdamaian dengan alam semesta. Oleh karena itu dikatakan melindungi ciptaan sebagai kunci perdamaian dunia. Saya kira dapat kita jumpai berbagai catatan berbagai komentar yang berkaitan dengan kerusakan alam yang membawa bencana bagi manusia dengan demikian juga bagi perdamian. Oleh karena itu kendati menghadapi berbagai peristiwa dan juga pertanyaan-pertanyaan yang muncul berkaitan dengan salam, salam yang berdasarkan kebahagiaan, apakah harapan itu sungguh menjadi kenyataan ditahun yang akan datang yang menurut catatan di sana-sini, bukan merupakan tahun yang akan mudah kita jalani. Apakah ada jaminan yang kurang lebih kepastian dari sekedar memberikan salam , salam yang merupakan ungkapan dari berkat Tuhan, mungkin karena pengalaman yang lewat, kita merasa ragu apakah kita mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang kita hadapi.
Kemarin sebelum tahun baru sudah terjadi peristiwa kebakaran karena mercon. Bukankah itu menjadi salah satu yang membuat orang bertanya, mungkinkah kita mampu mengatasi kesulitan-kesulitan semacam itu, apakah kita bisa mampu mengatasi kekurangan. Apakah perselisihan kita akan juga mengatasi atau juga perpecahan rasa takut akan bermacam-macam hal yang mungkin muncul dalam benak dan pikiran kita , namun kita tidak perlu kecil hati, kita tidak perlu merasa was-was kendati bukan berarti bahwa semuanya akan serba lancar, ringan gampang dan semunya serba beres. Tetapi bersama dengan Dia yang kelahiranNya menunjukkan kesediaanNya untuk ikut berbagi ikut mengalami, ikut merasakan dan juga ikut berjuang bersama kita di dalam kesulitan-kesulitan yang kita alami. Maka kita juga mendapat teman yang meneguhkan, kita juga mendapat teman yang menyertai. Kalau dia mau turun berarti juga mengharapkan, kitapun juga mau turun berbagi dengan sesama kita, bila itu yang kita upayakan bersama, maka harapan-harapan tadi bukan sekedar harapan kosong yang memberikan penghiburan sesaat. Tetapi juga harapan yang menumbuhkan keyakinan penyertaanNya akan membantu kita, penyertaanNya akan men-dampingi kita, penyer-taanNya akan meneguhkan kita mengarungi menjalani tahun yang baru ini. Semoga harapan ini juga dapat kita perjuangkan bersama dan kita wujudkan sehingga kita pun akan memperoleh hasil sebagaimana kita harapkan bersama. Selamat menjalani tahun yang baru ini dengan penuh harapan dan optimisme karena yakin akan penyertaan Tuhan. Amin.

Kotbah Romo RM. Wisnumurti, SJ

Perayaan Natal 2009
Ekaristi Tgl 25 Desember 2009
Injil Lukas 2 : 15 – 20

Ibu-bapak, saudari-saudara yang berbahagia, yang berpesta menyambut kelahiran Yesus Kristus penyelamat kita.
Bila menghadapi kelahiran manusia baru, kalau anda ditanya mengapa seorang bayi ketika lahir menangis? Mungkin jarang yang menanyakan itu, hanya setahu saya kalau bayinya tidak menangis malah dibuat supaya menangis. Memang mungkin pertanyaan aneh tetapi dapat menjadi permenungan kita di malam Natal pada hari kelahiran Yesus Kristus juru selamat kita.
Kalau mendengar pertanyaan seperti tadi barang kali kalau seorang bidan atau orang yang bekerja di ling-kungan kesehatan mem-punyai jawaban tersen-diri. Setelah kelahi-ranNya tangis bayi masih akan terdengar terus, kalau dia lapar, menangis. Kalau ia takut, menangis. Kalau ia haus, menangis. Kalau ia merasa kedinginan, membutuhkan kehangatan ia menangis. Tangis bayi memang menjadi bahasa yang penuh makna. Yang kadang-kadang juga tidak selalu mudah untuk ditangkap dan ditafsirkan. Tetapi tangis bayi itu mempunyai arti, salah satunya adalah memperlihatkan bahwa manusia itu lemah, manusia itu ringkih. Apalagi seorang bayi tidak dapat hidup tanpa pertolongan atau kasih sayang orang tuanya. Atau sanak saudaranya yang lain. Dan ia masih membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi dewasa. Proses pendewasaan itu juga tidak akan berjalan dengan baik kalau dia tidak berada di lingkungan yang baik pula.
Karena itu kelahiran Yesus sebagai bayi, disatu pihak menyadarkan kita manusia akan kelemahan, keringkihan, kerentanan kita. Tapi dilain pihak juga menyadarkan kita, akan kemampuan untuk memberikan kasih serta kesempatan kepada manusia untuk bisa berkembang dan menjadi dewasa secara utuh.
Keadaan ringkih dan lemah manusia dengan sangat bagus diungkapkan dalam Kitab Yesaya dalam bacaan pertama tadi dengan menggambarkan bangsa yang berjalan di dalam kegelapan, yang diam di negeri kekelaman. Kuk yang menekannya dan gandar diatas bahunya. Itu menggambarkan situasi ditempat kege-lapan, tempat tidak ada kehidupan. Dan memang Galilea menjadi daerah gelap. Ketika penduduknya di angkut dibuang ke Asiria dimana ketempat itu dimasukkan macam-macam orang lain yang tidak menyembah Allah yang dikenal oleh orang Israel. Hidup umat terpilih lalu menjadi kelam ketika mereka tidak lagi bisa menunaikan kewajiban ibadah mereka kepada Allah. Namun keadaan yang lemah, yang ringkih semacam itu bukanlah situasi yang tanpa harapan. Tuhan semesta Allam akan mengubah keadaan dan mengubah umatnya diliputi sukacita, dan damai sejahtera sejati yang berlandaskan pada keadilan dan kebenaran. Itu yang tadi juga kita dengar dalam nubuat Yesaya dalam bacaan pertama tadi.
Dalam kitab nabi Yesaya yang juga dikenal sebagai nabi penghiburan karena dalam keadaan yang gelap tadi Yesaya selalu menyebutkan bahwa Tuhan memperhatikan umatNya. Maka dalam kitab Yesaya digambarkan sukacita dan damai sejahtera yang akan diwujudkan oleh seorang anak, anak kecil bahkan disebut penasehat ajaib, Allah yang berkat, Allah yang perkasa. Bapa yang kekal Raja damai yang mempunyai kekuasaan besar, itu nubuat yang disampaikan oleh Yesaya dalam bacaan pertama tadi. Kendati yang mau digambarkan kebesaran Allah yang menyelamatkan umatnya, namun itu hadir dalam kelemahan manusia, dalam bayi kecil.
Oleh Lukas yang menulis Injil yang kita dengar hari ini apa yang dinubuatkan itu, dipahami sebagai janji, janji yang semuanya akan terjadi lewat warta yang dibawa oleh malaekat kepada para gembala dengan kelahiran Yesus Kristus. Maka para malekat menyatakan kepada para gembala itu. Hari ini telah lahir bagimu juru selamat yaitu Kristus Tuhan di Kota Daud, di Betlehem. Ternyata Sang Juru Selamat datang untuk mengangkat manusia dari naungan kegelapan dan kekelaman hidupnya yang digambarkan dalam nubuat Yesaya tadi untuk bisa diselamatkan. Memang kelahiran penyelamat Yesus Kristus yang dinubuatkan berabad-abad sebelumnya. Yang dinantikan oleh banyak orang yang ditunggu-tunggu oleh penulis injil Lukas tadi. Digambarkan dengan sangat singkat dan sangat sederhana bahwa Ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya ke palungan karena tidak ada tempat baginya di rumah penginapan.
Itulah gambaran kelahiran Juru selamat yang ditunggu, yang dinanti, yang dinubatkan berabad-abad, tetapi ketika Dia datang tidak ada yang mengenal. Ketika dia lahir tidak ada yang bertamu kecuali orang-orang kecil. Orang yang biasanya terpinggirkan. Juru Selamat sendiri lalu menjadi bayi kecil, yang ringkih, yang lemah Santo Paulus dalam salah satu suratnya pernah menulis Ia yang kaya, mau menjadi miskin demi umatnya supaya kamu menjadi kaya oleh kemiskinannya.
Dengan kata lain apa yang dibuat, oleh sang Juru Selamat merendahkan diri menjadi bayi kecil yang lemah dan mungil itu mau menunjukkan bahwa Dia sungguh mau menjadi sesama bagi kita. Menjadi salah satu, salah seorang dari kita. Supaya lalu dengan menjadi manusia, manusia bisa memahami apa yang menjadi kehendak Allah. Dengan menjadi manusia sama bagi kita Dia solider, mau mengalami nasib seperti yang dialami oleh semua manusia, yang ringkih, yang lemah, yang terbatas. Ia ingin mengajak manusia dari kegelapannya. Bukan dari luar melainkan dari dalam, maka Dia menjadi manusia. Menjadi salah satu dari antara kita. Dan jalan itu ditempuh terus dengan konsekwen. Dan kelak akan membawa Dia ke kayu Salib tempat dimana Dia menunjukkan puncak kesetiakawanannya, solidaritas dengan manusia dan sekaligus kesetiaannya kepada Allah yang berkehendak untuk memberikan keselamatan dan damai sejahtera kepada manusia.
Perubahan dari keadaan gelap kelam menuju sukacita dan sejahtera dikatakan dengan cara yang sederhana oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada Titus, dalam bacaan kedua tadi. Dengan bentuk ajakan. Ajakan untuk hidup selaras dengan karunia, rahmat yang telah diterima itu. Ajakan untuk mengembangkan sikap-sikap yang konkret yang bisa dijalani oleh manusia. Melalui rahmat manusia di didik supaya meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi, supaya hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini. Dengan melakukan penggenapan-pengenapan kita yang penuh bahagia dan kenyataan kemuliaan Allah yang mahabesar dan juru selamat kita Yesus Kristus yang telah menyerahkan dirinya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan. Itulah yang digambarkan dari Rasul Paulus sekaligus menjadi kerangka bagaimana semestinya, kita menanggapi menyambut kelahiranNya dengan berusaha hidup baik. Berusaha untuk menjauhi hal-hal yang berlawanan dengan semangat Dia yang mau menjadi penyelamat kita ini.
Ibu-bapak saudari-saudara yang terkasih dalam Tuhan, karena itu hari raya Natal kelahiran Yesus Kristus bagi kita semua menjadi hari pengharapan, karena kepada manusia kita yang lemah dan ringkih ini diwartakan sukacita dan damai sejahtera serta hidup yang sejati. Natal juga merupakan hari kegembiraan karena Allah berkenan menyatakan kasih karuniaNya dalam diri Yesus yang mau solider, mau bersetiakawan dengan kita.
Natal sekaligus juga berupa perutusan kepada kita agar membuat rahmat kasih karunia dari Allah yang nampak yang sudah dialami itu menjadi semakin dirasakan oleh semua orang sehingga banyak orang bukan hanya ikut bersuka cita tetapi sungguh dapat merasakan keselamatan yang dibawaNya. Karena itu kalau itu semua dirangkumkan berarti kelahiranNya menjadi anugerah hidup baru bagi kita dalam doa, dihadapan kanak-kanak Yesus tadi sebetulnya sudah dirangkumkan harapan-harapan kita semua. Terutama juga harapan yang selama ini diarahkan oleh Keuskupan Agung Semarang terutama membangun Habitus baru, habitus baru berdasarkan kesadaran akan anugerah hidup baru yang diberikan oleh Tuhan yang harus kita kembangkan. Harus kita bagikan, harus kita teruskan bagi sesama kita. Karena itu bila kita sungguh menerima menyambut anugerah hidup baru itu semestinya juga lalu membaharui hidup kita mendorong kita menerima tugas perutusan untuk membantu menjadi pewarta damai sukacita, kegembiraan, kesejahteraan kepada sesama, karena memang itulah yang dibawa oleh Dia yang mau Solider dengan kita. Selamat menyambut kelahiranNya, selamat merayakan Natal, selamat berbahagia. Amin.

Kotbah Romo RM. Wisnumurti, SJ

“Perhatian pada masayarakat yang kecil”
Ekaristi Tgl 20 Desember 2009
Injil Lukas 1 : 39 - 45

Ibu-bapak, saudari-saudara terkasih dalam Tuhan. Tanpa terasa rupa-rupanya perjalanan kita mempersiapkan kedatangan penyelamat sudah semakin mendekati saatnya. Sekurangnya nampak dari apa yang kita lihat didepan keempat lilin, pada korona Adven sudah dinyalakan. Korona Adven dengan lilin yang melambangkan perjalanan kita mempersiapkan kedatangan penyelamat kalau pada minggu pertama lilin yang dinyalakan berwarna ungu tua, yang melambangkan juga mungkin karena masih jauh dan kita belum mempersiapkan apa-apa, hati kita yang masih diliputi susana kegelapan suram, yang semakin lama, menjadi semakin terang warnanya dan lilin ke empat warnanya putih, melambangkan kebersihan yang memang diharapkan juga menggambarkan kebersihan kita menyambut kelahiran Juru Selamat dan itu juga memperlihatkan semakin pantas untuk menerima kelahiranNya di dalam hati kita.
Maka semakin dekat dengan hari yang kita siapkan kiranya juga persiapan kita semestinya menjadi semakin intensif. Persiapan yang bukan hanya lahirah misalnya menyiapkan nanti pestanya apa? Atau waktu kecil saya ingat kalau mau Natal selalu harus dibuatkan baju baru. Seperti kalau orang mau lebaran. Maka untuk anak-anak juga senang merayakan Natal. Lalu bacaan-bacaan yang di tawarkan kepada kita ada beberapa renungan yang bisa kita lihat sebagai refleksi apakah kita selama perjalanan ini sungguh menyiapkan diri agar perayaan itu dapat kita rayakan dengan sebaik-baiknya.
Dalam bacaan pertama yang kita baca, kita dengar hari ini, dikutip dari kitab Nabi Mika. Mungkin nama Nabi itu tidak terlalu familier, jarang hanya dalam beberapa kesempatan tertentu disebut namanya dan ditampilkan. Memang nabi Mika itu tergolong nabi kecil. Lain seperti misalnya, Nabi Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, nabi-nabi besar dalam perjanjian lama. Yang karena tulisannya yang banyak juga sering kali dikutip di banyak kesempatan. Tetapi sebetulnya nabi Mika ini hidup sejaman dengan nabi Yesaya. Nabi yang memperhatikan kehidupan orang-orang kecil, orang sederhana, orang yang tinggal di tempat-tempat yang kecil. Mungkin juga bisa disebut nabi pedesaan. Nabi ndesa.
Tapi apa yang diungkapkan sebetulnya mengajak kita untuk merenung dan merefleksikan perjalanan hidup kita. Seperti yang disampaikan, inilah firman Tuhan, ‘Hai Betlehem, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari pada akan bangkit seorang yang akan memerintah Israel.’ Kata-kata itu mengingatkan kepada kita bahwa tidak selalu yang kecil itu tidak berarti.
Betlehem kalau disebut memang barang kali bagi orang pada jaman itu menyiratkan sesuatu, walaupun tempatnya kecil, walaupun barangkali kalau mau dicari di peta tidak ketemu. Tetapi Betlehem adalah tempat asal-usul raja besar bangsa Israel yaitu raja Daud. Maka Betlehem mempunyai tempat khusus kendati kecil tetapi mempuyai nilai, mempunyai arti. Lebih-lebih lagi apa yang dikatakan, “ dari padamu akan bangkit bagiku seorang yang akan memerintah Israel. Yang disebut-sebut sebagai keturunan Daud. Itulah Dia Mesias, yang terhitung berasal dari keturunan Daud. Berasal dari kawasan Betlehem. Maka apa yang disampaikan oleh nabi mengingatkan kita bahwa mutu seseorang tidak ditentukan hanya dengan penampilan. lain seperti yang sekarang sering kita alami. Iklan-iklan selalu menawarkan sesuatu supaya seorang nampak wah. Kalau pakai baju bermerek, maka orang melihat wah hebat. Wah mengikuti mode. Kalau aseksoris yang dipakai, perlengkapan hidupnya juga seperti yang selalu ditawarkan oleh iklan-iklan, kalau anda mau disebut hidup modern pakailah produk ini. Kalau anda mau disebut mengikuti jaman kenakanlah produk yang itu.
Bukan itu yang menentukan mutu hidup seseorang. Tetapi bagaimana perjuangannya bagi orang lain. Dan itu ditampilkan oleh Daud. Daud yang ketika dipilih sebetulnya juga tidak mempunyai penampilan yang Istimewa. Bahkan dibandingkan dengan saudara-saudaranya dia kalah. Namun yang kecil, yang sederhana itu dikagumi dan dihargai kemudian.
Kebesaran dan kekuasaan baik yang kemudian dirasakan oleh seluruh bangsa bukan dari asal-usulnya karena dia berasal dari orang biasa juga. Melainkan itu semua dari anugerah Allah. Dan anugerah itu kemudian dimanfaatkan oleh Daud, didayagunakannya untuk kehidupan bersama, untuk membangun bangsanya. Maka kendati kecil mempunyai arti, kendati kecil bermakna, karena itu perjalan kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan Juru Selamat, dapat juga kira refleksikan dengan menanyakan bagaimana kita mengisi hidup kita, apakah yang kita tampilkan sekedar mencari penghargaan dari orang lain? Apakah kita selalu bertahan pada gengsi supaya orang lain melihat kita? Atau kita sungguh-sungguh berusaha juga untuk memberi perhatian yang selama sekurang-kurangnya empat tahun terahkir ini berulang kali disebut dalam fokus perhatian Arah Dasar Keuskupan Agung Sema-rang, yang disingkat MLT mereka yang kecil, yang miskin, yang lemah, yang tersingkir, atau juga yang cacat apakah juga hidup kita memberi sumbangan yang berarti untuk mereka. Kalau itu yang diupayakan maka kita melangkah maju menjadi semakin dekat dengan Tuhan yang hadir.
Bacaan kedua ini juga menawarkan permenungan menjelang akhir masa Adven ini yang ditampilkan adalah Yesus Kristus sebagai imam besar yang sempurna. Namun kebesaranNya itu terutama nampak dari bagaimana dia melaksanakan kehendak Allah sepenuhnya. Seperti yang dikatakan Aku datang untuk melaksanakan kehendak Allah. Dan berkat pelaksanaan kehendak Allah oleh Yesus Kristus keselamatan umat manusia, keselamatan kita semua terjamin. Bagaimana Yesus Kristus melaksanakan menjelmakan kehendak Allah itu dilaksanakan dengan setia, dilaksanakan dengan taat. Maka dalam ketaatan dan kesetiaan itulah jalan keselamatan bagi manusia mendapatkan jaminan, mendapatkan dasar. Sehingga kita boleh menikmati keselamatan karena ketaatan dan kesetiaan Yesus Kristus.
Karena itu juga bisa menjadi bahan refleksi bagi kita sejauh mana kita mencoba setia pada jalan pelaksanaan kehendak Allah di dalam hidup keseharian kita. Atau kita sekedar mengikuti arus yang ada, atau beranikah kita juga menampilkan apa yang sungguh menjadi kehendak Allah, kendati mungkin tidak mudah. Kendati barang kali ada banyak tawaran, banyak godaan yang muncul lebih menyenangkan kalau kita berani bersama dengan Yesus juga setia taat melaksanakan apa yang menjadi kehendak Allah. Walaupun ada yang merasa tidak enak, walaupun ada yang merasa menghadapi banyak tantangan. Kiranya itu juga akan membawa keselamatan bagi orang lain. Lalu permenungan ketiga dalam bacaan injil kalau kita perhatikan sebetulnya persitiwa sehari-hari yang biasa yang dapat kita alami. Dua orang yang berhubungan famili yang saling memberitakan suka cita dan kegembiraan yang mereka alami. Seperti yang tadi kita dengar dalam bacaan Injil, “Sesudah mendengar berita dari malaekat Gabriel bergegaslah Maria menuju kepegunungan kerumah Zakaria. Lalu memberi salam keapada Elisabeth. Maria setelah mendengar berita yang memberi tugas kepada dia untuk menjadi Bunda Penyelamat, maka dia ingin juga melihat, merasakan dan mengalami bahwa Tuhan sungguh hadir, Tuhan sungguh membawa keselamatan. Lebih-lebih kalau mengingat Elisabeth yang sudah tua, yang dikatakan mandul ternyata bisa mengadung dan akan melahirkan seorang anak, saya kira ini bukan sekedar mukjizat, bukan sekedar berita yang menggembirakan tetapi sungguh-sungguh menandakan Allah hadir.
Allah campur tangan di dalam kehidupan manusia. Allah membawa berkatNya.
Maka Maria mencoba menengok karena mengingat usianya yang sudah tua, tentu kalau mengalami kehamilan dan nanti melahirkan akan kerepotan. Walaupun barangkali ada berpikir juga apakah Maria mau membuktikan apa yang dikatakan oleh utusan Allah, malaekat Gabriel itu sungguh benar. Bukankah Maria baru saja mendengar bahwa sanakmu Elisabeth juga sedang mengandung pada bulannya yang keenam. Maka Maria lalu ingin menyaksikan disana. Tetapi saya kira kalau hanya sekedar membuktikan dia harus berjalan kurang lebih 150 Km jauhnya, bukan perjalan yang ringan. Maka itu menjadi tanda bahwa kegembiraan dan suka cita yang dirasakan juga ingin dibagikan kepada saudaranya itu, perjumpaan dua perempuan yang membawa kegembiraan karena merasa perhatian dan juga kepedulian Allah yang membawa berkat, dan kehadrian Maria di rumah Elisabeth sungguh-sungguh terasakan sebagai sukacita kegembiraan karena kehadiran Allah. Yang membawa keselamatan. Membawa kegembiraan yang istimewa digambarkan ketika salammu sampai ketelingaku si anak dalam rahimku melonjak kegirangan. Anaknya Elisabeth nggoronjal dalam perut. Karena suka cita. Sukacita merasakan berkat, sukacita merasakan Allah yang begitu hadir. Maka Elisabeth juga mengatakan seperti yang dapat kita lihat pada sampul teks Ekaristi kita berbahagialah ia yang telah percaya sebab firman Tuhan yang dikatakan kepadanya dan terlaksana.
Perjumpaan iman antara dua wanita yang diliputi kegembiraan karena merasakan rahmat Tuhan juga membawa dan menciptakan kegembiraan dan keyakinan. Bahwa Alah akan melaksanakan karya penyelamatan Nya melalui kelahiran Yesus Kristus, dan bagi orang kristen kelahiranNya itu sungguh membawa kegembiraan dan sukacita maka menyongosng kelahiranNya itu sebagai persiapan kita juga dapat bertanya berefleksi pada diri kita masing-masing apakah kehadiran kita itu juga membawa sukacita, kegembiraan bagi orang lain? Atau malahan seringkali menggangu? Apakah kegembiraan yang kita wartakan juga menjalar dan menumbuhkan suka cita bagi orang lain. Dan itu juga menjadi tanda hadirnya keselamatan di tengah-tengah kita.
Bila kita merasa bahwa persiapan-persiapan yang kita lakukan, mengarah kesana perhatian kepada orang yang membutuhkan bukan hanya supaya orang itu sekedar merasa senang tapi sungguh dikembangkan hidupnya. Kalau juga dalam kesetiaan dalam ketaatan kita berusaha untuk selalu melaksanakan kehendak Allah kalau kehadiran kita membawa kegembiraan dan suka cita maka itu tanda bahwa keselamatan kehadiran Allah semakin dekat dan semakin kita rasakan. Karena itu pantas kalau hari-hari terakhir menjelang perayaan yang kita siapkan kita senantiasa berdoa semoga kita sungguh dapat menyiapkan kedatangan Tuhan dengan sebaik-baiknya dilandasi dengan sukacita dan kegembiraan yang kita bagikan kita wartakan kepada sesama kita agar semakin banyak orang juga dapat merasakan kegembiraan dan sukacita karena beroleh keselamatan. Amin.