Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Senin, 19 Oktober 2009

Kotbah Romo Ignatius Dradjat Soesilo, SJ

“Penyerahan Total kepada Yesus”
Ekaristi 29 Juni 2009
Injil Mrk 5 : 21- 43

Injil mengajak kita untuk membentuk pribadi yang punya cita, bu-Bapak saudara-saudari, adik-adik yang terkasih dalam Tuhan, Selamat sore, enam bulan yang lalu tepatnya satu Desember saya meninggalkan Paroki Kotabaru menuju tempat tugas perutusan di Paroki Isidorus Sukorejo. Saya bekerja di Paroki pedesaan dimana disana kami memiliki 23 Lingkungan dan satu Stasi besar yang mempunyai 9 Lingkungan. Disana juga kami memiliki Asrama Manik Harjo. Kebanyakan umat yang kami layani adalah para petani, dan buruh tani. Dalam asrama itu kami mencoba untuk mendidik mendampingi anak-anak para petani dan buruh tani supaya mereka bisa mendapatkan kesempatan untuk memperoleh Pendidikan yang baik.
Maka kalau ibu bapak perhatikan dari brosur yang kami bagikan disitu juga tertulis bahwa ada sekian anak yang sampai sekarang ini ada di dalam pendampingan kami. Tetapi di dalam brosur itu juga tertulis bahwa ada beberapa Kapel dari lingkungan-lingkungan yang ada di tempat kami yang memang kondisinya sungguh memperihatinkan. Umat yang ada di sana berharap agar mereka tetap bisa memiliki sarana berdoa yang layak untuk mereka pakai di dalam memuji dan memuliakan Allah. Maka maksud kedatangan kami, saya datang bersama dengan anak-anak Asrama Manikharjo ke sini yang dari kemarin hingga sore hari ini mereka koor dan mengisi dengan lagu-lagu selama Ekaristi tidak lain adalah yang pertama bahwa kami ingin mengetuk hati ibu dan Bapak untuk membantu persoalan yang kami alami. Itu adalah harapan yang ada pada setiap umat yang kami layani pertama mereka berharap agar mereka bisa mendapatkan tempat peribadatan yang baik.
Rumah ibadat yang mereka pakai kondisinya sungguh memprihatinkan. Tetapi mereka juga berharap bahwa anak-anak mereka itu nantinya bisa memperoleh Pendidikan yang baik. Pernah salah seorang orang tua dari anak-anak asrama mengatakan hal ini kepada saya,
“ Romo biarkan saya ini sebagi petani tetapi saya memiliki harapan dan cita-cita bahwa anak saya harus lebih baik dan harus bisa mendapatkan sekolah yang lebih baik daripada saya. Anak-anak yang kami dampingi ada yang sekarang ini sudah menjadi Pastor, dan ada mantan asrama yang sudah menjadi Suter, Guru atau TKW yang kerja di Negara lain. Dengan kata lain umat disana sungguh berharap agar situasi yang mereka alami setiap hari bisa berubah. Sama seperti yang tertulis dalam injil sore hari ini yang kita dengar saat ini, dimana kita melihat dua orang yang memiliki harapan yang kurang lebih sama.
Orang yang pertama itu bernama Yairus. Dia seorang pemimpin rumah ibadat. Dia memiliki seorang anak yang umurnya duabelas tahun dan sedang sakit keras dan hampir mati. Dan yang kedua seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pen-darahan. Dalam tradisi orang-orang Yahudi orang yang menderita pendarahan terus menerus itu dianggap orang yang najis. Artinya orang yang sakit seperti itu harus disingkirkan harus diasingkan dari hidup bersama. Maka harapan satu-satunya tidak lain adalah Yesus. Yairus maupun perempuan yang sakit pendarahan itu tentu mereka sudah mendengar kabar siapakah Yesus itu. Dan perempuan yang sakit pendarahan diceritakan sudah berupaya kesana-kemari untuk mencari kesembuhan ternyata tidak mendapatkan. Dan kita bisa menyelami bahwa perempuan tadi tentu putus asa. Tetapi masih memiliki harapan, kalau-kalau di datang kepada Yesus tentu ia akan memperoleh jawaban. Dan akhirnya baik Yairus maupun perempuan yang sudah duabelas tahun sakit datang dan menemui Yesus dan akhirnya diceritakan dalam Injil mereka memperoleh kesembuhan.
Ibu-bapak, saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan. Tema Ekaristi sore hari ini adalah iman penyerahan total. Kita sebagai orang-orang yang beriman kepada Yesus sudahkah kita ketika kita menghadapi berbagi macam persoalan hidup kita berani datang kepada Yesus. Dan memberikan seluruh persoalan yang kita hadapi ini kepada Yesus. Kita berani menyerahkan hidup kita kepada Dia yang kita imani. Ataukah ketika aku mengalami kesulitan, misalnya ketika daganganku tidak berhasil dan usahaku yang aku jalankan tidak mendapatkan buah aku apakah sungguh sudah berani hadir dan berjumpa dengan Yesus ataukah aku pergi ke gunung Kawi untuk cari pesugihan. Ketika aku menghadapi berbagai macam persoalan sudah-kah aku berani meluangkan waktu untuk berbagi dengan Dia yang ku imani atau-kah malah aku lari ke-minum-minuman keras, obat-obatan terlarang atau malah pergi ke dukun supaya aku mendapatkan hiburan yang semu dan palsu.
Melalui bacaan yang kita dengarkan sore hari ini, kita diajak untuk melihat kembali sikap iman kita. Apakah kita di dalam beriman kepada Yesus kita sungguh berani menyerahkan diri kita secara total kepada Yesus. Dan injil hari ini membawakan kabar gembira kepada kita semua, bahwa mereka yang menaruh harapannya kepada Yesus akan mendapatkan jawaban. Sebagaimana itu yang dilakukan oleh Yesus ketika menyembuhkan perempuan yang sudah 12 tahun lamanya menderita pendarahan dan membangkitkan anak Yairus yang sudah meninggal.
Ibu-bapak, saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan, penyerahan diri total itulah iman. Iman tidak hanya diungkapkan melalui doa-doa. Melalui rasa syukur, melalui rajin pergi ke gereja, melalui rajin menghadiri pertemuan lingkungan-lingkungan dan lain sebagainya. Iman juga perlu diwujudkan dengan sebuah tindakan yang nyata, tindakan mau berbagi kasih, mau berbagi perhatian mau berbagi waktu dengan saudara dan sesama yang membutuhkan perhatian dan waktuku itulah iman yang hidup. Itulah penyerahan diri yang total kepada Yesus yang kita imani.
Dalam bacaan yang pertama dari rasul Paulus kepada umat di Korintus di sana dikatakan maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu supaya ada keseimbangan. Seperti ada tertulis orang yang mengumpulkan banyak tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit tidak berkekurangan.
Umat yang saya layani memilik harapan yang sama seperti harapan yang kita dengarkan dari perempuan yang duabelas tahun menderita pendarahan. Dari Yairus yang anaknya sakit, mereka sungguh berharap bisa mendapatkan tempat peribadatan yang baik. Anak-anak mereka sungguh bisa mendapatkan pendidikan yang baik. Dan harapan itulah yang kemudian saya bagikan kepada ibu dan bapak.
Ibu dan bapak tadi ketika masuk ke gereja menerima amplop dan juga brosur tentang apa yang kami alami disana. Maka dengan rendah hati kami mohon ibu dan bapak sudi memberikan sesuatu yang ibu bapak punyai untuk umat yang ada di sana. Konkretnya amplop nanti supaya diisi terserah ibu dan bapak mau membantunya berapa?
Booklet yang saya bagikan, buku yang saya bagikan, lembaran yang saya bagikan supaya direnungkan dan di baca siapa tahu Allah nanti memberikan rejeki pada Ibu- dan bapak sehingga ibu dan bapak kelak kemudian hari bisa memberi perhatian pada anak-anak yang ada di Panti dan itulah penyerahan iman kita, dan iman yang hidup. Artinya kita beriman kepada Allah tidak cukup kita hanya berserah diri kepada Dia yang selalu memperhatikan kita. Penyerahan diri kita kepada Allah perlu secara nyata kita wujudkan melalui tindakan untuk memperhatikan saudara dan sesama yang lain.
Pada kesempatan ini saya ingin menghaturkan terimakasih kepada Romo Wisnu yang memberikan kesempatan kepada saya untuk ngamen di Kotabaru, semoga kebaikan dari umat lebih-lebih dari romo Paroki maupun Dewan Paroki yang ada disini sungguh bisa menjadi berkah bagi umat yang kami layani di Paroki Isidorus. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar