Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Senin, 19 Oktober 2009

Kotbah Romo Andre Suhono, CSsR

Ekaristi Tgl 23 Agustus 2009
“ Awas Krisis Imam”
Injil Yohanes 6 : 60 - 69

Ibu – bapak, saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus, bacaan-bacaan yang dipilih hari ini disebut sebagai cerita mengenai pengalaman akan kasih Allah. Dalam perjanjian lama pengalaman kasih Allah terungkapkan dalam ujud perjanjian. Perjanjian antara Allah dengan Abaraham, perjanjian antara Allah dengan keturunan Abraham, sampai juga Allah dengan seluruh bangsa Israel. Kalau mereka mengadakan Evaulasi dari waktu ke waktu tampak menunjukkan bahwa Allah selalu setia akan janjinya sedangkan bangsa pilihan kurang setia atau ingkar janji. Oleh karena itu perlu ada pembaharuan janji kembali sebagaimana dilakukan oleh Yesua dengan mengumpulkan perwakilan suku-suku Israel di Fikem sebagaimana kita dengar dalam bacaan yang pertama tadi. Dalam bacaan injil terutama injil Yohanes, Yesus mau menegaskan diri sebagai pernyataan kasih Allah. Sejak minggu biasa ke 17 yang lalu dimulai dengan peristiwa penggandaan roti, Yesus ingin menampilkan diri spesifikasi Allah yang memberi. Kasih Allah yang mencukupi kasih Allah yang memenuhi, kasih Allah yang melimpahi. Kemudian dilanjutkan ke minggu-minggu berikutnya sampai hari ini. Dengan menyinggung tentang mana? Pada jaman Musa sebagai makanan yang istimewa. Yesus menegaskan dirinya sebagai roti hidup yang turun dari surga, ia menempatkan diri bahkan tubuh dan darahNya sendiri sebagai yang lebih bermutu. Dan lebih bergisi dari mana waktu itu bagi perjuangan hidup manusia. Demikianlah dari waktu ke waktu yang kita renungkan sejak minggu ke 17 sebenarnya Yesus membawa ziarah batin kita, ziarah batin pendengarnya dari tanda-tanda yang kasat mata, atau yang bisa ditangkap dengan indera kita. Kemudian memasukkan para pendengarnya lebih dalam lagi kepada suatu misteri Ilahi, bagaikan kita dimasukkan dalam samudera yang luas. Terbentang tak terbatas.
Saudara-saudariku yang terkasih, perjanjian lama maupun perjanjian baru kasih Allah itu tetap menjadi suatu misteri. Suatu yang misteri yang tak cukup di tangkap atau dipahami dengan panca indera kita. Yang tak akan tergapai hanya dengan mengandalkan pikiran atau kehendak kita yang kuat saja. Oleh karena itu agar kita tidak jatuh dalam sikap bersungut-sungut seperti bangsa pilihan Allah tadi. Atau jatuh dalam situasi putus asa menolak bahkan melarikan diri dari Yesus sendiri seperti dalam bacaan injil hari ini, maka misteri kasih Allah hendaknya kita pahami kita tanggapi mestinya dengan mata hati dengan kepenuhan jiwa kita bahkan dalam kebodohan kita namun tetap percaya Yesus dalam kuasa rohNya memimpin kita. Ibu bapak, saudara-saudariku yang terkasih mengenai misteri Allah ini, terutama misteri Allah yang hadir di altar Tuhan dalam Ekaristi bagaimana cara menanggapinya. Saya punya pengalaman tentang ini. Suatu ketika dalam perayaan Ekaristi dan adorasi di mana saya boleh memimpinnya ada seorang peserta merasa mendapatkan semacam visien kemudian mensharingkan lewat sms yang dikirim ke HP saya. Cukup panjang visionnya itu, saya boleh bacakan beberapa penggal saja yang cocok untuk saya. Demikianlah yang muncul di HP saya “ Yesus bersabda romo Andre tidak mengerti Ekaristi ….. romo Andre tidak meninggal dalam penderitaan karena semasa hidupnya telah mewartakan Ekaristi . itu visionenya orang ini lepas dari benar tidaknya itu urusan orang itu dengan Tuhan bukan saya. Terhadap ini kemudian saya berkomentar demikian lewat sms juga, “Terimakasih ku yakin Ekaristi kehadiran keagungan dan kemuliaan kasih Allah yang tak terbatas. Begitu agung dan muliaanya Dia sang Ekaristi itu sehingga Ekaristi sendiri tetapi misteri bagiku dan mungkin bagimu. Demikian juga yang diajarkan oleh Santo Alfonsus guru dan saudaraku dalam Sang Penebus walaupun dia misteri namun peran dan daya gunanya dalam hidup kualami secara nyata. Kumerasa dipanggil untuk mewartakan misterinya sejauh pengertian yang dihasilkan dari olah keterbatasan dan kebodohanku. Kemudian saya sambung dalam sms dalam bentuk doa , “ Tuhan Yesus yang hadir dalam misteri kasih Sakramen Maha Kudus. Biarkan aku tetap merasa bodoh supaya aku tetap mencariMu biarkan Engkau tetap tersembunyi dalam misteriMu itu supaya aku tetap merindukan Engkau pakailah aku yang bodoh dan serba tak mengerti ini sebagai alatMu supaya Engkau tetap menjadi kekuatan pewartaanku dan aku tidak mewartakan diriku sendiri. Aku yakin dalam kebodohanku ini aku kasih penebusanNya semakin nampak berlimah-limpah. Kemudian saya tutup dengan kata amin tiga kali.
Saudara-saudariku yang terkasih apa pendapat dan doaku ini benar? Terserah anda itu yang bisa saya katakan dalam kebodohan dan ketidak mengertian tadi. Semoga dari kebodohanku ini juga sekarang ini tetap bodoh. Imanmu akan Yesus roti kehidupan diteguhkan. Semoga yang merasa bodoh-bodoh semacam saya tidak kemudian bersungut-sungut tidak kemudian putus asa tidak menolak kemudian meninggalkan Ekaristi melainkan justru dalam kebodohan kita menemukan kasih Allah dan tetap setiap di di dalamNya. Dalam kebodohan kita ini marilah kita menjadikan Ekaristi pusat hidupku, pusat hidup kita masing-masing, pusat hidup keluarga, pusat hidup komunitas-komunitas, pusat hidup seluruh kegiatan kita. Sehingga kita berani seperti St. Petrus “Tuhan kepada siapakah kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal . Semoga demikian, Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar