Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Senin, 19 Oktober 2009

Kotbah Romo Joanes Haryatmoko, SJ

Ekaristi Tgl 9 Agustus 2009
“Magnificat Animamea Dominum”
Injil Lukas 1 : 39 - 56

Saudara-saudara yang terkasih, perjumpaan Maria dan Elisabeth menandai bahwa janji keselamatan mulai terwujud mengapa kita bisa mengatakan bahawa janji itu mulai terwujud karena di sini ada 3 peristiwa di dalam perjanjian lama yang menghubungkan akan terwujudnya Janji itu. Yang pertama adalah nama Elisabeth. Elisabeth itu artinya Tuhanku adalah janji. Yang bersama Elisabeth sejarah keselamatan diantar memasuki saat yang menentukan karena apa, karena Elisabeth mengandung Yohanes Pembaptis pendahulu Yesus.
Yang kedua Elisabet berdiam diri merenungkan rahmat Allah yang akan membebaskan bangsa Israel. Persis sama peristiwa di dalam kitab Kejadian ketika Rachel menunggu kelahiran Yusuf yang membebaskan saudara-saudaranya dari kelaparan dan mereka mengungsi ke Mesir. Dan disini Elisabeth melihat rasa akhir dari rasa malunya karena akhirnya janji Tuhan itu terlaksana, Elisabeth yang sudah tua mengandung Yohanes Pembaptis.
Peristiwa yang ketiga yaitu ketika Elisabeth menyambut kedatangan Maria dikatakan diberkatilah Engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Hal yang sama dikatakan oleh malaikat Gabriel waktu memberitakan kabar gembira kepada Maria dan hal yang sama dikatakan juga malaikat Gabriel kepada Daniel ketika Gabriel mengabarkan tentang akhir jaman di dalam kitab Daniel 8. Jadi kabar dari Gabriel sebagai akhir jaman kepada Daniel adalah awal keselamatan bagi kita.
Jadi sejarah keselamatan sudah dimulai dan akan mulai terpenuhi. Namun yang terpenting dari semua itu apa? Bahwa ya dari Maria adalah menjadi harapan dan keselamatan itu menjadi nyata. Dan disitulah sukacita Maria disampaikan di dalam Magnificat. Kalau kita melihat Magnificat itu sebetulnya apa? Magnificat adalah ungkapan perasaan syukur pengalaman pribadi perjumpaan dengan Tuhan, ungkapan syukur karena yang lemah ditinggikan, yang sering dicerca akhirnya dipuji. Mengapa Maria menyanyikan Magnificat ini. Karena biasanya sejak kecil anak-anak Yahudi hafal Magnificat. Magnificat ini adalah nyanyian yang dinyanyikan, dikidungkan oleh Hanna. Mengapa Hanna menyanyikan lagu Magnificat? Karena Hanna kalau anda cari nanti dalam kitab Samuel yang pertama bab II anda melihat karena Hanna direndahkan oleh madunya jadi Elkana mempunyai isteri dua. Penina dan Hanna. Penina mempunyai anak-anak, Hanna tidak mempunyai anak. Penina sering mengejek dan merendahkan Hanna karena tidak mempunyai anak. Hingga suatu ketika Hanna berdoa di bait Allah dan di situ Eli imam bait Allah itu melihatnya Hanna menangis lalu ditanya mengapa? dia mengatakan saya dihina, saya direndahkan karena tidak mempunyai anak. Maka saya berdoa supaya Tuhan memberikan itu. Dan bila memberikan anak akan saya persembahkan kepada Tuhan. Dan benar akhirnya lahirlah Samuel yang dipersembahkan oleh Hanna ke Bait Allah. Dan waktu mempersembahkan di Bait Allah itulah Hanna mengidungkan yang kemudian di modifikasi menjadi Magnificat di dalam Maria itu. Apa isi Magnificat itu? Isi Magnificat itu setidak-tidaknya ada empat. Yang pertama bahwa Tuhan mewahyukan menunjukkan belaskasihnya kepada semua orang, berkat siapa? Berkat kesediaan Maria. Dan yang kedua pujian itu tidak terfokus kepada Putera yang akan dilahirkan tetapi terfokus kepada belas kasih Allah kepada Maria dan Elisabeth dan terhadap seluruh umat manusia. Yang ketiga Maria menyanyikan pujian untuk mengangkat semua orang yang rendah hati. Semua orang yang direndahkan, nyanyian itu bukan untuk memuji dirinya sendiri. Dan yang keempat terakhir dalam Magnificat itu identitas Yesus menjadi nyata karena apa? Disampaikan dalam salam Maria, diungkapan rahmat Tuhan dikatakan “ Karena Allah Juru Selamatku. “
Lalu kita belajar apa dari Magnificat ini.
Saya mencatat setidak-tidaknya ada empat hal kita belajar dari Injil ini. Yang pertama bahwa apa yang namanya belas kasih Allah itu sungguh konkret nyata. Karena apa? Karena telah membebaskan Elisabeth dari rasa malu. Dengan melahirkan dengan mengandung Yohanes Pembaptis dia dibebaskan dari rasa malu, karena pada masa tuanya akhirnya dia bisa melahirkan dan belas kasih itu membuat Maria bersyukur, mengapa karena yang kecil yang direndahkan akhirnya diangkat. Dengan kata lain belas kasih Allah membebaskan, belas kasih Allah membawa sukacita. Lalu bicara apa dengan kita, artinya pertolongan harus diukur dari yang ditolong, bukan dari kepuasan penolongnya. Bukan dari niat baik penolongnya. Tetapi apakah yang saya tolong sungguh-sungguh terbantu. Maria menangkap kehendak Allah sehingga kita tertolong dan diselamatkan, dia menangkap semua itu.
Suatu hari ada seorang isteri yang berulang tahun ke 40. Pagi-pagi waktu bangun sedang sarapan cerita curhat sama suaminya.
“Pak tadi malam saya kok mimpi aneh ya”.
“Mimipi apa?”
“Saya mimpi di ulang tahun saya ini diberikan kalung Ivani.” Ya tentu saja mahal. Suaminya menjawab;
“Oh kamu nanti tahu apa makna mimpi itu kalau saya pulang dari kantor.”
Isterinya berbunga-bunga, merasa bahwa suaminya menangkap yang dia maksudkan. Maka hari itu sambil bekerja selalu bernyanyi. Sampai akhirnya menunggu jam kok lama sekali, sampai sore, akhirnya sampai jam empat, belum pulang, biasanya jam empat sudah sampai di rumah bukannya sedih tapi senang karena...apa? Wah ini pasti ke toko. Sampai jam lima belum pulang, akhirnya jam enam pulang.
Dan disambut dengan gembira dan tertawa, benar juga suaminya lalu mengeluarkan dari tasnya bungkusan. Dia senang menyambutnya. Dibuka isinya apa? Buku judulnya menafsirkan mimpi. ( gerr….)
Saudara-saudara kalau kita ingin menolong orang yang dipikir jangan diri kita sendiri jangan hanya kepuasan kita, jangan merasa kita tahu apa kebutuhan orang lain. Kalau ingin tahu tanyakan juga apa kebutuhan orang lain. Kita belajar menangkap apa sebetulnya yang menjadi harapan orang lain. Jangan hanya karena saya ingin tampil, saya ingin berjasa. Tetapi orang yang ditolong menjadi ukuran.
Yang kedua dalam Magnificat ini menjadi nyata bahwa keselamatan terlaksana memenuhi orang orang yang berperan dan orang itu tetapi rendah hati. Elisabeth, Maria adalah orang yang berjuang tanpa nama, tanpa mau tampil. Dan Magnificat ini bukan pujian bagi ibu Tuhan tetapi kita melihat untuk mengangkat yang rendah hati. Dan kita hanya bisa menjadi alat keselamatan Tuhan bila kita tidak mengutamakan kepentingan diri kita sendiri. Tapi kita mau belajar dan mau melatih diri “membaca” apa yang menjadi harapan orang lain. Apa yang sebetulnya yang bisa dibantu. Maka salah satu tanda kalau kita itu sebetulnya hanya menonjolkan diri sendiri apa? Biasanya persaingan, biasanya orang lain merasa menjadi mengancam, kita selalu merasa bersaing. Di situ kita bisa bertanya apakah kita sungguh-sungguh membantu.
Suatu hari ada dua orang ibu yang saling menyombongkan punya anjing yang hebat. Seorang ibu cerita pada temannya,
“Tau nggak anjing saya itu hebat, pintar sekali. Setiap pagi selalu di depan pintu menunggu tukang Koran. Begitu tukang koran datang, korannya diambil dibawa ke saya.”
Ibu yang satu tidak mau kalah, “ huh… saya tahu.”
“Tahu dari mana?”
“Anjing saya yang cerita.” ( gerr.. )
Saya hanya mau mengatakan apa? Hati-hati ketika kita itu dipicu oleh rasa persaingan, rasa terancam kita bisa melakukan hal-hal yang tidak masuk akal. Seperti ibu itu, mana mungkin anjing bisa cerita. Kita bisa melakukan hal-hal yang tidak masuk akal hanya karena persaingan, orang lain punya ini saya ingin padahal uang tidak cukup. Kebutuhan sering dipicu karena persaingan. Kalau kita ingin melihat bahwa keselamatan dalam arti konkret saya tidak terbawa pada arus persaingan, saya membuka diri, saya lebih menjadi rendah hati. Karena persaingan adalah datang dari kesombongan.
Yang ketiga kita bisa belajar dari Magnificat ini bahwa Tuhan selalu tepat janji. Tepat janji menumbuhkan kepercayaan dan harapan. Bahkan boleh dikatakan identitas seseorang diwarnai apakah dia tepat janji atau tidak. Dan tepat janji memberi rasa aman bagi orang lain. kita dipanggil oleh Tuhan seperti Maria membuka diri dan bersedia menjadi alat Tuhan, karena Tuhan tepat janji dan Maria juga menepati janji.
Tepat janji itu adalah latihan itu pendidikan bukan sesuatu yang datang tiba-tiba. Disinilah nyata kalau orang tepat janji orang akan memberikan rasa aman bagi orang lain, orang bisa dipercaya, orang bisa diandalkan. Janganlah kita menjadi orang yang mengancam orang lain, yang menakutkan bagi orang lain.
Pernah itu pemilik salon kalau ada pelanggannya yang datang itu bukannya malah dipuji-puji supaya senang datang ke situ tapi malah suka mencela pelanggannya. Suatu hari pelanggannya itu bercerita mobil Alfansa, e bukannya dipuji tapi malah bilang, “ eh mobil alvansa itu kalau untuk keluar kota nggak enak goncang”. Eee yang mau cerita nggak jadi.
Tadinya mau bangga nggak jadi bangga.
Suatu hari cerita lagi, “Saya baru saja belil rumah.”
“Ah tempat kamu beli rumah itu sering banjir, jauh dari pasar, jauh dari toko lagi.” E mau cerita mau bangga nggak jadi.
Jengkel dia ingin membalas, suatu hari karena ia mau keliling Eropa cerita sama yang punya salon. “ Saya mua keliling Eropa, saya mau ke Roma.”
“Ngapain ke Roma, di Roma mau melihat tumpukan batu –bata jaman kuno?”
“Enggak saya mau ketemu Paus,“
“ Ah nggak mungkin ketemu Paus paling hanya melihat. Saya berani taruhan seribu dolar kalau kamu pulang kalau kamu sampai bisa ketemu Paus.”
E benar sebulan kemudian ia datang,
“Saya ketemu Paus mana uang seribu dolar.”
“Ah nggak percaya. Coba kalau ketemu Paus, Paus bilang apa kepada kamu?”
“ Ah.. Paus cuma tanya saya, kamu potong rambutnya di mana kok jelek sekali.” (Ger…)
Saudara-saudara saya mau mengatakan apa, Panggilan untuk menjadi alat keselamatan Allah itu konkret. Jadilah pendengar yang baik, belajarlah menghargai orang lain, jangan mencela orang lain. Belajarlah bahwa kita bisa mendengarkan bahwa orang lain mempunyai sesuatu dan ingin di dengarkan. Tidak berat tetapi itu perlu latihan dan tidak semua orang bisa karena semua orang ingin bercerita tentang dirinya sendiri. Jadi nyata bagi kita apakah kita, saya mendengarkan, apakah yang disebut bisa tepat janji, kalau saya sungguh-sungguh mendengarkan dan rendah hati.
Yang keempat dan yang terakhir adalah belas kasih Allah itu disampaikan melalui tangan-tangan manusia. Melalui Maria, melalui kemurahan hati Maria, kesediaan Maria tapi juga kesediaan dan kemurahan hati kita untuk menolong orang lain membantu orang lain dan ini menjadi nyata.
Suatu hari ada seorang yang mau berkunjung ke desa bawa mobil dan di desa ternyata jalannya berlumpur sehingga terperosok tidak bisa keluar. Melihat ada petani yang membawa kuda orang itu lalu minta tolong supaya menarik dengan kudanya, menarik mobil keluar dari lumpur. Petani itu dengan banga menjawab, “ O .. bisa. “
Kuda saya ini sangat kuat maka saya beri nama goliat. Benar lalu dipasang di talikan kudanya di mobilnya. Lalu dia beteriak apa?,
“ Samson tarik,” ya tentu saja kudanya diam saja. “Sombi tarik, Hero tarik.” Kudanya diam saja akhirnya, dia bilang “ Goliat tarik,”
Dan kudanya menarik keluar yang punya mobil terheran- heran, “ Lho bapak kok tahu namanya goliat kok selalu bilang Samson, Sombi, Hero. “
“ Tahu nggak ha…. kuda saya itu buta, kalau tahu dia kerja sendiri tidak mau maka saya panggil yang lainnya.”
Saya hanya mau mengatakan apa saudara-saudari, kalau anda aktif, kalau anda melakukan sesuatu lalu melihat orang lain tidak bekerja, kita biasanya bilang ngapain kita kerja, yang lain toh senaknya, ya khan.. Disinilah arti panggilan itu bahwa Tuhan membantu orang lain dengan tangan kita berarti kita harus berani kesepian bekerja sendiri. Kadang-kadang yang lain seenaknya tapi panggilan kita adalah untuk serius, untuk sungguh-sungguh melakukan sesuatu dan kalau kita sungguh-sungguh dan membuka diri seperti Maria membuka diri kepada Tuhan Tuhan akan melipatgandakan kekuatan kita. Tuhan akan menemani kita, kita tidak merasa sendiri lagi, seperti Maria. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar