Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Senin, 19 Oktober 2009

Kotbah Romo Martin Suhartono, SJ

Ekaristi Tgl 16 Agustus 2009
“Bertindak sebagai orang Merdeka.”
Injil Matius 22 : 15 – 22

Saudari-saudara terkasih selamat sore, “Merdeka!” disahut, “Merdeka.” Uih lebih seru dari saya, hebat sekali. Saudara-saudari terkasih saya pernah kotbah tentang bilangan sempurna menurut tradisi Yahudi. Masih ingat berapa itu? Tujuh betul. Pinter sekali. Kalau menurut tradisi Tiong Hoa, angka berapa? Sembilan, kita tentu masih ingat, Qiu, qiu. Ya main kartu. Nah kalau tradisi Jawa angka berapa? Angka delapan. Wolu, maka kita punya… teh wolu.
Saudari-saudara terkasih mengapa ulang tahun yang ke delapan itu kita sebut tumbuk warsa? Karena justru pada hari ulang tahun ke delapan itu hari weton menurut kalender Jawa itu tumbukan dengan hari kelahiran menurut kalender internasional. Tumbuk warsa, ulang tahun ke delapan. Dan kalau delapan kali delapan sempurna kali itu yaitu ulang tahun ke 64 disebut apa? Tumbuk ageng, lho anda yang jawab masih kalah dengan saya yang Tiong Hoa, ya toh. Tumbuk Ageng namanya. Yaitu bertumbukan secara besar, secara agung yaitu delapan kali delapan. Saudara-saudari terkasih maka usia ke 64 negara Indonesia ini sungguh menujukkan suatu usia kesempurnaan 64 tahun. Tapi kita bertanya apakah benar dalam usia yang sempurna itu negara kita sudah mencapai kesempurna-an, mencapai cita-cita Indonesia Merdeka. sebagaimana diungkap-kan dalam Mukadimah UUD 1945 yang sudah kita hafalkan dari SD. Sudahkah, kalau anda mengamati dengan mata pengalaman kita sendiri. Anda baca hari-hari ini di koran para pengamat sosila politik akan mengatakan keadaan negara kita ini jauh belum mencapai apa yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa kita itu.
Kita memang sudah bebas merdeka dari penjajah asing, tapi kita masih belum bebas lepas dari kejahatan di dalam diri kita, maupun diluar diri kita. Lebih lagi kita masih belum bebas.. dari segala macam ketakutan. Takut ditolak, takut gagal, takut hidup susah, takut putus cinta, takut tidak mendapat pekerjaan dan berbagai macam ketakutan. Paling belakang adalah takut teror. Takut bom saya kemarin ada teror bom di Stece… sehingga sekolah dipulangkan. Mungkin ada yang cowok iseng, atau cintanya tidak dibalas anak Stece, jadi iseng itu yha.
Kalau anda baca Kompas hari ini ada kartun Om Pasikom juga mengatakan bahwa menu sepesial restoran di Indonesia ini adalah teror, teror pindang, teror dadar, teror ceplok mata sapi atau bakwan, ada martabak teror, ada tahu teror, ada kerak teror, minumannya-pun STMJ, Susu teror madu jahe.
Saudari-saudara terkasih teror begitu menakutkan kita. Di Indonesia tidak terasa tapi kalau anda hidup di luar negeri, ketika berbagai kerusuhan terutama penjarahan dan pemerkosan Mei 1998 ditayangkan di media-media luar negeri, orang Indonesia malu menjadi bangsa Indonesia. Kalau ketahuan mereka purak-purak, Oh saya tidak tahu di mana negera itu. Malu menjadi Negara Indonesia.
Saudari-saudara terkasih beredar di-antara kita juga, hu-mor-humor yang mere-ndahkan bangsa kita sendiri. Misalnya suatu hari ada pertemuan Super Hero Inter-nasional berbagai negara di-kumpulkan, mengadakan musyawarah diatas panggung berdatangan para super hero itu. Wakil dari Amerika, terbang melayang-layang breg mendarat dengan gagahnya diatas panggung, dan berkata sambil menepuk dada “Iam Super Man.” Ada datang lagi sambil merayap tembok “ I am Spiderman.” Datang wakil dari Inggris, mak jegagik, lompat di atas panggung menujukkan panahnya, “ I am Robin hood.” Datang macam-macam pahlawan berbagai negara. Sampai giliran Indonesia. Wakil dari indonesia , datang pakai seragam Gatotkaca, datang tingak tinguk, mundak-munduk ya, tangan ngapu rancang ya, dua tangan di depan kemaluan begitu, lalu berkata, “ I am, I am…sory.” Itulah bangsa ditampilkan dalam bangsa yang minder. Tidak punya Idealisme. Punya prinsip lebih baik satu burung di tangan dari pada seribu burung di udara. Maka ngapu rancang saudara-saudari terkasih.
Saudara itulah gambaran kita. Tentang Iam sory ini ada juga kejadian dalam arti itu. Kalau orang Amerika itu buang angin, mereka bialang, “Pardon me.” Orang inggris buang angin dia bilang apa? “Excuse me.” dengan gentleman. Kalau orang jepang, “ Pashi me.” Saudara-saudara kalau orang Indonesia, ngopi, ngopi, ngopi. Kenapa karena Indonesia takut mengaku salah. Sering lebih menyalahkan orang lain. Maka saudara-saudari terkasih pada hari ulang tahun RI tumbuk ageng ini marilah jangan menuding, menunjuk kesalahan orang lain. Jangan menyalahkan orang lain. Jangan kita menyalahkan pemerintah, jangan menyalahkan militer, jangan menyalahkan teroris. Mari kita mawas diri, sebagai umat katolik betanya-tanya sendiri. Apa yang sudah kita lakukan sebagai bangsa dan negara kita. Dan apakah yang akan kita lakukan sebagai bangsa dan negara kita. Kita umat Katolik sering kali di tunjuk atau kita sendiri punya prinsip, oh hidup saya ini sebagai orang katolik ini sudah harus benar, sungguh-sungguh seratus persen tapi hidup pengabdian kepada masyarakat kepada negara itu tidak masuk dalam hitungan kita. Antara hidup iman kita ini berdiri sendiri terpisah dari kehidupan bermasyarakat. Lebih-lebih kita seringkali menyitir ucapan Yesus tadi, “Berikan kepada kaisar yang menjadi hak kaisar. Berikan kepada Allah yang menjadi hak Allah. Seakan-akan ada wilayah kiazar ini, wilayah kaisar, wilayah pemerintah, wilayah negara dan ini wilayah Tuhan, wilayah agama. Dan kita beranggapan wilayah itu terpisah. Maka kita bisa hidup soleh sebagai umat beragama tetapi ketika di dalam masyarakat kita melupakan segala prinsip-prinsip keagamaan kita. Dan yakin dalam berbagai kejahatan. Apakah benar pemisahan seperti itu, sebagaimana dimaksudkan oleh Yesus. Kalau anda kembali kepada Injil kita lihat, jaman Israel dulu masih diperintah oleh penjajah Romawi. Dan biasa dalam penjajahan ada golongan yang pro penjajah, dan ada golongan yang anti penjajah. Orang Farisi anti penjajah, mereka tidak suka bayar pajak menuruti hukum kaisar. Sebaliknya kelompok Herodian pengikut raja Herodes mereka pro pemerintahan Romawi. Maka Yesus ingin di coba dijebak. Boleh nggak bayar pajak ke pada kaisar? Kalau dijawab ya, orang Farisi akan marah. Bangsa Yahudi akan marah. Kalau dibilang tidak perlu bayar pajak. Kaum Herodian akan marah, para pemerintah Romawi juga akan menganggap Dia menghasut pembrontak. Sebab salah jawab ya salah, jawab tidak salah. Tapi Yesus mengetahui kebusukan hati mereka. Dan malah menunjukkan kemunafikan mereka.
Yesus bertanya, coba tunjukan mata uang pajak tadi. Rupa-nya Yesus tidak punya dikantong mata uang pajak itu. Ayo tunjukkan dan ternyata kedua golongan itu punya mata uang itu. Itu berarti apa? Mereka sendiri mema-kai uang di dalam daga-ngan. Mereka meng-ambil keuntungan dari sistem perdagangan romawi. Maka Yesus berkata, “ Kalian itu munafik, Cuma mau enaknya mengambil untung dari sistem perdagangan Romawi tapi bayar pajak kok tidak mau. Anda memakai mata uang kaisar maka berarti mengakui otoritas dan kekuasaan kaisar. Maka sebetulnya membayar pajak itu urusan sepele sekali. Konsekuensi dari pilihan anda, tetapi ada yang lebih penting lagi, dengan kata lain kalau orang Yahudi di tanya ini gambar siapa mata uang ini? Gambar kaisar. Pertanyaan lebih lanjut, Yesus bertanya menunjuk kepada Allah. Kalau kalian ini gambar siapakah?dalam hati mereka akan mengatakan, “Kami semua ini gambar citra Allah sendiri. Bahkan kaisar pun adalah manusia gambar citra Allah. Kaisar bukan Allah bukan Tuhan maka sebenarnya semuanya itu adalah di bawah kekuasaan Allah. Tidak ada wilayah kaisar yang lepas dari kekuasaan Allah. Sebagaimana ada baca dalam kitab Sirakh tadi. Tuhan-lah yang memerintah atas seluruh dunia. Dia yang mengangkat para penguasa pada waktunya. Kaisar tidak punya kuasa selain yang diberikan Allah sendiri. Maka sebenarnya iman kepada kita dan pengabadian di dalam masyarakat, pengabdian kepada bangsa dan negara, bukan dua hal yang terpisah melainkan pengabdian dalam masyarakat, pengabdian kepada bangsa dan negara sebenarnya ungkapan perwujudan konkret iman kita sebagai orang Kristiani. Maka Santo Petrus berkata dalam bacaan kedua “Demi Yesus hendaknya kalian taat pada semua orang yang memegang kuasa, hendaklah takwa kepada Allah dan hormatilah kepala negara. Tentu ada pengandaian bahwa mereka semua tidak bertindak sewenang-wenang dengan menentang hukum Allah dengan berbuat dosa dan menindas rakyatnya.
Saudari-saudara terkasih pada perayaan Tumbuk Ageng bagi negara kita ini marilah kita mengiatkan kembali semangat kita untuk mengungkapkan iman Kristiani kita dengan mengabdi bangsa dan negara kita membangun bersama semua golongan tanpa lepas tanpa memandang Agama, Ras, Aliran politik dan bermacam-macam kesukan kita sama-sama membangun negara kita. Semoga semangat dan roh kebangkita Kristus menguatkan kita juga untuk membangkitkan bangsa dan negara kita, Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar