Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Senin, 19 Oktober 2009

Kotbah Romo RM. Wisnumurti, SJ

Ekaristi 5 Juli 2009
“Ketika Aku lemah, Aku dikuatkanNya.”
Injil Mrk 6 : 1 - 6

Ibu- bapak saudara-saudari terkasih, selamat malam. Kalau anda mengingat dan memperhatikan selama dua minggu berturut bacaan injil yang juga menjadi renungan dan bagian dari tema-tema perayaan Ekaristi kita mengarah atau ditekankan pada soal kepercayaan, soal iman. Dua minggu yang lalu setelah meredakan tofan atau angin ribut di Danau, lalu Yesus menegur para murid, “Mengapa kamu takut? Mengapa kamu tidak percaya? Dalam tanda kurung yang tidak ditulis dalam injil itu mungkin mau dikatakan, Yesus mau menyebutkan, “Ada kau di sini.”
Lalu minggu lalu injil yang kita baca dan kita cermati bersama cerita tentang penyembuhan dan kebangkitan seorang anak. Yang disembuhkan seorang perempuan yang sudah 12 tahun lamanya mengalami pendarahan lalu yang dihidupkan anak Yairus kepala Sinagoga. Semula anak itu sakit tapi kemudian meninggal. Lalu orang-orang dari rumah memberitahu kepada Yairus, ‘Sudah nggak usah repot-repot lagi menggangu guru karena anaknya sudah meninggal. Pikirnya ya sudah meninggal selesai. Tapi yang dikatakan oleh Yesus kepada Yairus, “Jangan takut percaya saja.” Dalam setiap peristiwa dalam kehidupan Yesus diperlukan bahkan dituntut adanya kepercayaan dari para pengikut kepadaNya. Karena tanpa kepercayaan lalu juga tidak akan terjadi sesuatupun, tidak akan ada perubahan bahkan yang dicatat dalam injil hari ini Yesus tidak mengadakan satu mukjizatpun di sana selain menyembuhkan beberapa orang sakit. Yesus heran bahwa orang-orang dikampungnya di tempat Dia di pernah dibesarkan tidak sampai percaya. Mereka rupa-rupanya mengharapkan menuntut Yesus membuat mukjizat yang lebih dari tempat-tempat lain, kenapa, ini kan kampungNya? Supaya tujuannya kampungnya jadi terkenal. Orang-orang disekitarnyapun tentu juga akan kecipratan jadi terkenal. Saya kira tidak sulit mencari banyak contoh salah satunya anda pasti ingat, “Ponari dengan batu geledeknya, keluarganya tetap mengharapkan praktek menyembuhkan karena lalu memang mendapatkan income, pemasukan dari sana.
Saudari-saudara yang terkasih dalam Tuhan. Bahwa orang-orang disekitar tempat tinggal Yesus, tempat Dia dibesarkan tidak percaya mungkin disebabkan karena mereka merasa mengenal sehingga apa yang diwartakan oleh Yesus kabar keselamatan yang dibawa, bahkan yang sudah mereka dengar di tempat-tempat lain penyembahan-penyembuhan yang di-adakan tidak membuat mereka lalu juga mau beriman mau percaya memang mereka heran dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia. Ketika Dia mengajar meng-uraikan tentang Kitab Suci orang memang terkagum-kagum, sehingga mereka bertanya-tanya darimana di perolehnya semuanya itu? Hikmat apa pula yang diberikan kepadaNya? Dan mukjizat-mukjizat yang demikian, bagaimana dapat diadakan oleh tanganNya? Mereka heran kagum, tapi stop karena merasa kenal, merasa tahu. Bukankah sikap semacam itu seringkali juga mewarnai kita dalam pergaulan berkomunikasi, bermasyarakat. Seringkali kita juga memberi kabar tertentu, lalu merasa bahwa cap itu terus terbawa sampai kapanpun sehingga orang juga kurang menghargai sesamanya yang merasa dikenal. Memang mengherankan bahwa Yesus yang mewartakan kabar keselamatan bahkan dia sendirilah Sang Sabda yang menjadi keselamatan itu sendiri tidak diterima. Memang sebelum-belumnya para nabi mengalami hal yang serupa. Nabi adalah utusan Allah, nabi adalah orang yang menjadi penyambung lidah Allah. Nabi adalah corong pengeras suara yang menyampaikan sabda Allah. Kalau mereka tidak di dengar mungkin masih bisa dimaklumi apalagi yang biasanya diwartakan para nabi berupa peringatan, teguran mengajak supaya orang bertobat. Menyadari kesalahannya. Maka lalu memang seringkali yang diwartakan para nabi membuat orang bisa jadi sakit hati, tersinggung karena mereka harus mengubah perilakunya yang tidak benar, namun bila sabda Allah itu sendiri yang ditolak maka sungguh-sungguh mengherankan dan karena tidak ada kepercayaan Yesuspun juga membuat mukjizat itu.
Saudari-saudara yang terkasih kalau tadi saya mengatakan bahwa dalam hidup kita bersama orang lain, dalam masyarakatpun sering kali kita dikuasai oleh sikap seperti itu, tidak sulit juga mencari contoh ketika tahu bahwa dia itu ex tapol, ketika tahu di baru keluar dari lembaga pema-syarakatan, maka orang disekitar juga sudah mulai membentengi jangan nanti akan repot, nanti akan ada ini dan itu, nanti ada urusannya. Seakan-akan pandangan seperti itu terus terbawa tidak mungkin ada perubahan, tidak mungkin ada pertobatan, tidak mungkin dia membaharui diri. Sikap semacam itu membuat orang tertutup. Orang yang dicap juga tidak mendapatkan kemungkinan untuk berubah, berkembang menjadi lebih baik. Orang yang memberi cap pun juga menunjukkan ketertutupannya dia juga tidak bisa berubah. Dia tidak mempunyai harapan padahal seperti yang diwartakan oleh Yesus dengan mewartakan keselamatan dan mewartakan pertobatan dan menyerukan orang untuk memperbaiki hidup berarti menumbuhkan harapan, berarti Allah telah memberi kesempatan untuk berubah. Sikap yang ditunjukkan oleh orang-orang yang merasa kenal Yesus, barangkali karena mereka merasa tahu semua seringkali kita pun juga berhadapan dengan orang yang mungkin sudah lama berpisah padahal dulu teman waktu kecil. Maka ketika dia menampilkan sesuatu yang luar biasa orang bertanya, ‘Ah saya tahu waktu kecilnya saja kok, sekarang macam-macam. begitu juga ketika Yesus mengajarkan sesuatu yang tidak umum tetapi itu tidak dibuat di tempat asalnya. Lalu mereka merasa mbok sudah nggak usah macam-macam sehingga suatu saat misalnya ketika keluarganya mendengar apa yang dibuat diajarkan oleh Yesus mencoba untuk mengambil Yesus. Maka mereka merasa bahwa Yesus perlu diselamatkan karena dipandang sudah gila. Karena itu saudara-saudara sekalian sikap semacam itu yang perlu diubah supaya kita berani membuka diri, berani untuk berubah, berani untuk menerima kemungkinan untuk bertobat.
Pernah ada SMS yang beredar, yang sebetulnya setengah bergurau, mungkin sikap seperti itu yang dimiliki oleh orang-orang sekampung Yesus tadi.
Ada dikatakan lima kelemahan Yesus, “Satu memori buruk”, gampang melupakan dosa orang. Nanti coba anda baca bolak-balik injil lukas bab lima belas atau bab tujuh yang bercerita tentang dosamu sudah diampuni lalu seakan-akan sudah selesai mungkin sikap seperti itu yang tidak bisa diterima oleh sebagian orang yang merasa ini kok pengajarannya tidak umum, kok berbuat sesuatu disini, di tempatnya antar lain disebutkan lagi juga.
“Matematikanya payah.” Masak yang satu dianggap sama dengan yang sembilan puluh sembilan. Nanti juga baca injil Lukas cerita, atau juga injil yang lainpun menceritakan , domba yang hilang. Satu domba dicari kemana-mana, yang sembilan puluh sembilan dibiarkan seakan-akan kok sama saja yang satu dengan 99. atau ada yang menyebut lagi satu kelemahan lain. “Buta logika”, kan nggak logis masak mengadakan pesta hanya karena satu sen yang hilang ketemu, kan tidak umum yang seperti itu. Mungkin sikap-sikap seperti itu yang dipandang tidak sesuai dengan harapan mereka membuat mereka lalu jadi tertutup.
Maka kalau Yesus sendiri yang adalah sabda Allah yang mewartakan keselamatan, yang mengajak untuk bergabung bersama Dia. Mengusahakan, memperjuangkan keselamatan itu ditolak maka sebetulnya andai kata kita juga tidak diterima, kita juga ditolak tidak perlu merasa gagal. Bukankah menurut ukuran manusia Yesus pun juga mengalami hal itu. Ketika Dia harus menderita sengsara mungkin dan puncaknya ketika Dia disalib. Bukankah itu dari sudut pandang manusia merupakan kegagalan. Namun ternyata melalui semua itu justru Yesus menampakkan kekuasan Allah Bapa yang mengutusnya Dia dibangkitan dan membawa keselamatan. Karena itu maka Paulus pun juga tidak menonjolkan kehebatannya dalam bacaan pertama surat kepada jemaat di Korintus tadi Paulus justru menampilkan kelemahannya, penderitaanNya, “Aku senang dan rela didalam kelemahan, dalam penyiksaan, didalam kesukaran, didalam penganiayaan sebab jika aku lemah maka aku kuat. Sebab itu aku lebih suka bermegah dalam kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Itulah rupa-rupanya nasib orang-orang yang diutus untuk mewartakan kebaikan, untuk mewartakan sesuatu yang membawa keselamatan kepada orang lain.
Ibu dan bapak sekalian dengan merenungkan kembali bacaan-bacaan tadi kita juga diajak ditantang, beranikah kita bertobat, beranikah kita membuka diri, beranikah kita berubah, supaya lalu juga selalu ada harapan karena yakin akan janji Kristus, aku akan menyertai kamu senantiasa sampai pada akhir jaman. Dan itu berarti kendati kita mengalami kesulitan dan tantang Dia akan menyertai kita membantu kita dengan mengakui menyadari keterbatasan, kelemahan kita, kita dapat menjadi alatnya untuk mewartakan keselamatan.
Maka dalam kaitan dengan ini kalau anda nanti selanjutnya memperhatikan ada sesuatu yang tidak biasa pada perayaan Ekaristi kita minggu-minggu yang lewat sudah doa umat itu ada doa yang cukup panjang doa tahun imam untuk para imam. keterangannya dilengkapi dengan kutipan yang diambil dari surat edaran tahun Imam dari konggregasi untuk klerus halaman 27 dari teks
Ekartisti hari ini dan selanjutnya. Berkenaan dengan seratus lima puluh tahun kematian Pastor Ars mungkin ada yang masih ingat atau mengenal cerita pastor Ars yang bernama Yohanes Maria Vianey dulu gereja menetapkan dia sebagai pelindung para pastor paroki dikenal sebagi orang yang sederhana orang yang saleh seorang imam desa kecil tetapi menjadi terkenal. Gereja tidak lagi hanya mengangkat dia menjadi pelindung para pastor paroki tetapi semua imam bernaung dibawah lindungan imam yang sederhana ini maka Bapa Suci pada peringatan 150 tahun wafat nya pada perayaan Hati Kudus Yesus tgl 19 juni yang lalu menjelang mengakhiri tahun Paulus, menetapkan sebagai Tahun Imam hari itu juga menjadi hari doa sedunia demi kesucian hidup para Imam para Imam itu juga dipanggil diutus seperti rasul Paulus seperti juga para nabi untuk mewartakan kabar keselamatan melanjutkan karya Kristus memberi kesaksian. Maka Bapa Suci mengajak kita semua bukan hanya untuk menghargai, menghormati, mendengarkan tetapi lebih-lebih juga ,mendoakan. Mendoakan para imam supaya lalu dapat melaksanakan pelayanannya dengan lebih baik. Memang ada yang mengatakan Imam kan juga manusia. Artinya seperti yang diakui Rasul Paulus, punya kekurangan memiliki kelemahan perlu didukung juga dengan doa. Karena itu ajakan Bapa Suci akan kita tanggapi bersama sekurang-kurangnya setiap kali kita berkumpul dalam perayaan Ekaristi kita akan bersama berdoa sebagaimana dianjurkan, tetapi selain itu juga ada berbagai kegiatan lain sebagai dukungan bagi terhadap sakramen imamat yang dianugerahkan Tuhan terhadap panggilan hidup imamat, terhadap theologi imamat orang katolik dan itu juga bisa diwujudkan dan dengan berbagai cara salah satunya tadi pagi dalam perayaan Ekaristi pukul 8.30 Romo dari KWI menyampaikan harapannya untuk mengajak umat ikut terlibat dalam persiapan para calon imam kesediaan untuk membantu mereka membiayai mereka maka ada tawaran siapa yang mau terlibat dalam kegiatan ini lebih-lebih selama tahun imam ini untuk mewujudkan dukungan tadi maka tawaran itu pantas juga untuk menjadi pemikiran kita, semoga tahun ini sungguh juga menjadi kesempatan untuk mengembangkan persekutuan dan persaudaraan di antara para imam dan umat saling mendukung saling meneguhkan. Sehingga pelayanan yang mereka terpanggil di dalam kelemahannya juga dikuatkan karena didukung oleh seluruh umat. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar