Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Senin, 06 Juli 2009

Kotbah Romo Gregorius Budi Subanar, SJ

“Tinggallah dalam Aku.”
Ekaristi Tgl 10 Mei 2009
Injil Yoh 10 Mei 2009

Bapak ibu dan saudara-saudara sekalian. Kemarin saudara-saudara kita umat Budha merayakan hari raya Waisak. Satu-satunya hari raya dalam agama Budha. Dalam hari raya itu kelahiran, wafat saat pencerahan dan pengajaran yang pertama yang dilakukan oleh Sidharta Budha Gautama dirayakan bersama-sama.
Ada dua pemikir dari Jerman, yang memberi perhatian kepada Sidharta Budha Gautama, salah satunya dialah seorang sastrawan, ia menulis Novel Sidharta dan sebagai sastrawan pada tahun 1946 Ia menerima hadiah nobel. Dan yang satu adalah seorang Jesuit yang mengadakan penelitian apakah cara mengajar dari Yesus, yang menggunakan cerita dan perumpamaan itu dipengaruhi oleh cara mengajar Sidharta Budha Gautama, yang juga melakukan pengajaran dengan kisah cerita dan perumpamaan-perumpamaan. Ternyata dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa Yesus tidak dipengaruhi oleh cara pengajaran Budha. Dan di dalam usahanya tersebut, diyakinkan yang khas dari Yesus yakni pengalaman sengsara, wafat dan kebangkitanNya. Sidharta Budha Gautama dan Yesus adalah tokoh-tokoh orang beriman. Ia menjadi inspirasi sumber dan pegangan hidup bagi para pengikutnya tokoh-tokoh ini menarik untuk dipelajari dan juga dijadikan inspirasi hidup dan dengan demikian maka kehidupan keagamaan, kehidupan orang-orang beriman mewarnai sepanjang sejarah peradaban termasuk juga dimasa dimana kita hidup sekarang ini.
Kalau saya berdiri disini ditengah anda sekalian saya tidak bisa mendugai dari mana anda sekalian ini hadir. Sebagian besar tentu umat warga paroki Kotabaru. Tapi yang lain juga datang dari belahan timur, belahan utara, belahan selatan barat. Tetapi saya tidak bisa membayangkan dari mana kira-kira juga tidak bisa membayangkan menduga daerah-daerah asal. Tetapi kita kurang lebih mempunyai sebuah pengalaman yang sama tentang kota Yogyakarta. Kalau kita memasuki kota Yogyakarta memang ada beberapa kemungkinan kalau menggunakan pesawat maka lewat airport, kalau menggunakan kereta api lewat stasiun kalau menggunakan darat kita akan masuk Yogya dan menemui jalan lingkar kota. Sebelah timur Janti, di sebelah utara Jombor, di sebelah barat Gamping.
Diperempatan jalan lingkar kota ini kita akan menemukan petun-juk jalan. Kalau lurus ke kota, kalau belok kanan entah ke Magelang entah ke Solo entah kemana. Dan masing-masing petunjuk jalan itu akan mengarahkan kita tergantung kemana kita menuju. Bagi orang yang tidak terbiasa lalu akan mencari orientasi ketika sudah terus kita akan berhadapan dengan begitu banyak petunjuk jalan. Carrefoure dua kilometer, sudah lurus, Carrefoure 500 meter ketika sampai. Kita masuk dan disitu kita bisa mengalami kebingungan. Demikian juga kalau kita melingkar kota. Ada petunjuk rumah makan Pring sewu 5 km, terus begitu seterusnya demikian juga tempat-tempat yang lain. Bisa membingungkan bisa memberi arah. Bagi kita yang sudah tinggal di Yogya, tempat tinggal tidak menjadi masalah. Mungkin kita punya rumah, kita kontrak, kita kost. Orang yang mau bertempat tinggal di Yogya ada banyak tawaran. Ada yang namanya Griya Asri, Griya Indah, di situ juga ada macam-macam keterangan. Fasilitas yang diberikan, kolam renang dan segala macamnya. Tetapi kadang-kadang fasilitas itu yang ditawarkan justru yang esensial yang penting membuat kita krasan tidak dicantumkan. Padahal ini sesuatu yang penting. Kalau kita tidak betah dirumah, kalau kita tidak betah ditempat kost. Lalu tempat kost atau rumah itu sekedar tempat lewat saja. Interaksi dengan orang-orang disekitarnya juga menjadi tantangan. Dan kalau kita memperhatikan bacaan injil tadi. Sebenarnya justru inilah yang ditawarkan. Akulah pokok anggur kamulah ranting-rantingnya, ini juga sebuah petunjuk, ini juga sebuah tawaran. Kita mau menuju ke sana, oke kita menuju kesana. Ketika kita masuk, ketika kita mulai menjalin relasi di sana ada tawaran yang lebih jauh lagi. “Tinggalah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.” Ada tingkat-tingkatan ketika kita menanggapi tawaran petunjuk itu. Ini bukan perkara mudah. Ketika kita merasa banyak kesibukan, ketika kita merasa gelisah. Ketika kita merasa tidak mempunyai Orientasi dengan tawaran-tawaran ini, dengan petunjuk-petunjuk ini. Kita juga bisa kehilangan arah. Kita juga bisa tidak menjadi peka. Apalagi di dalam situasi sekarang dimana sarana-sarana komunikasi begitu banyak ditawarkan kepada kita. Sekolah, Universitas, rumah makan atau Kafe akan selalu dilengkapi dengan , dilengkapi dengan Hot spot. Kesempatan untuk berkomunikasi, kesempatan untuk berelasi dengan orang yang jauh ditawarkan di sana, tetapi kalau tidak hati-hati justru kita akan terjebak kedalam pengalaman maya ini. Rasanya kalau tidak membuka Face book, atau tidak membuka Internet, atau tidak Email, atau tidak chating ada sesuatu yang kurang, itu menjadi sarapan yang kedua. Sehingga justru orang-orang yang ada didekat kita komunikasinya, kontaknya menjadi terlewatkan. Lalu kita masuk di dalam sebuah pengalaman maya. Karena masuk tergantung pada dunia maya. Kalau begitu Lalu kita bisa mengatakan, kalau begitu pengalaman dengan Yesus itu kurang lebih sama halnyakan. Kita juga tidak mempunyai pengalaman manusiawi kok. Yesus juga tidak hidup pada jaman sekarang kok.
Disini kita perlu membedakan pengalaman dengan dunia maya dan pengalaman dalam dunia rohani. Ketika kita menjadi semakin rohani, kita menjadi semakin manusiawi. Atau ketika kita menghayati hidup manusiawi, kita perlu didukung, ditopang oleh kehidupan rohani. Maka kalau kita perhatikan dekorasi, hiasan bunga di gereja setiap kali berganti, karena apa? Karena mau mengajak kita mengalami sebuah pengalaman keindahan. Kok bunganya layu, kok bunganya nggak matching, sudah lalu ada sebuah pengalaman keindahan yang manusiawi ini akan memberi kritik. Tetapi pengalaman ini bukan hanya berhenti di situ pengalaman yang indah mengajak masuk ke sebuah pengalaman yang maha indah. Kalau kita tidak puas dengan koor dengan lagu, rasanya tidak terdukung usaha untuk berkomunikasi dengan yang maha luhur, ada relasi ada hubungan antara pengalaman yang manusiawi dengan pengalaman rohani. Disinilah tawaran tadi. Tinggallah di dalam Aku, dan Aku di dalam kamu.
Kita diajak pada satu sisi, diperkaya oleh pengalaman diperkaya oleh kekayaan rohani. Dan kita juga diajak untuk membawa pengalaman manusiawi kita di dalam satu pengolahan hidup rohani kita. Maka kita diajak bersama, dalam situasi modern kita, di dalam komunikasi yang interpersonal mendapat tantangan, mendapat kompetitor, komunikasi dengan dunia maya, di situ kita juga diajak, di tantang bagaimana memperkembangkan, menghidupi kekayaan dunia rohani kita. Maka tawaran tadi, Akulah pokok anggur, kamulah ranting-rantingnya, itu juga sebuah tawaran. Ketika kita masuk menanggapi tawaran itu kita diajak mengalami lebih dalam lagi. Tinggallah di dalam Aku, dan Aku di dalam kamu. Kehidupan manusiawi kita pengalaman manusiawi kita, akan diperkaya, akan diperkuat, akan diperkokoh oleh relasi hidup rohani kita dalam komunikasi kita dengan Yesus. Maka marilah kita menanggapi tawaran ini. Tinggallah di dalam Aku, dan Aku didalam kamu dan dengan demikian maka hidupmu akan semakin melimpah semoga kita semakin berkembang di dalam iman. Kita menanggapi untuk tinggal di dalam Dia, dan memberi kesempatan Dia tinggal di dalam kita. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar