Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Senin, 06 Juli 2009

Kotbah Romo YB Mardikartana, SJ

”Kamulah SahbatKu.”
Ekaristi Tgl 17 Mei 2009
Injil Yoh 15: 9 – 17

Bapak-ibu dan saudara-saudara yang terkasih selamat malam, terimakasih. Bapak ibu dan saudara-saudari nama saya bukan romo Subanar, tapi romo Mardi Kartono, karena tadi keliru pada awal misa tadi. Injil yang baru saja kita dengarkan tadi memuat wejangan Yesus. Atau ajaran Yesus kepada para murid. Wejangan atau ajaran itu sangat khusus diberikan kepada murid ketika Yesus mau meninggalkan mereka. Bagian awal dari wejangan tadi berbunyi demikan, “Seperti Bapa telah mengasih Aku demikian juga Aku mengasihi kamu. Tinggallah di dalam kasihKu itu.” Inilah wejangan tentang kasih. Disitu dikatakan bahwa kasih itu hendaknya dipahami bahwa kasih itu pertama-tama adalah kasih Allah Bapa kepada Yesus dan dari kasih itu mengalir. Dan Yesus kepada para muridnya. Inilah kasih Ilahi, inilah kasih Kristus. Kemudian pada akhir bacaan injil tadi dikatakan juga inilah perintahku kepadamu, kasihlah seorang akan yang lain.
Bapak-ibu dan saudara-saudari yang terkasih jelas dalam wejangan tentang kasih itu Yesus meminta para muridNya dan kiranya juga kepada kita semua agar kita saling mengasihi sumber kasih itu adalah kasih Allah yang mengasihi Yesus, dan kemudian kasih Yesus yang mengasih para murid sendiri. Jadi dengan demikian kita diajak untuk saling mengasihi dimana kasih itu digerakkan oleh kasih Ilahi, atau kasih Kristus atau Karitas kristi.
Bapak ibu dan saudara-saudari yang terkasih saya ingin berbagi pengalaman sejenak. 24 tahun yang lalu saya berempat ditahbiskan di gereja St. Antonius Kotabaru ini. Pada waktu itu sebelum tahbisan kami oleh panitia diminta untuk membuat tema atau moto Tahbisan kami. Seringkali untuk membuat suatu tema tidaklah mudah. Apalagi kami berempat mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Mempunyai pandangan yang juga tidak sama. Maka setelah berkali-kali berbicara, berbagi pengalaman atau sharing merenungkan mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang sudah, dan berdoa akhirnya kami sepakat. Untuk merumuskan sebuah tema atau motto tahbisan pada waktu itu ialah, Caritas Christi urgetnosh artinya ialah cinta kasih Kristus menggerakkan kami. Kami akhirnya sepakat dan mem-punyai pengalaman dasar yang sama bahwa telah bertahun-tahun belajar, mem-persiapkan diri untuk menanggapi panggilan Tuhan yang membuat kami kuat, yang membuat kami bertahan dan tetap bersemangat, serta gembira dan bahagia tidak lain dan tidak bukan karena kasih Kristus yang amat kuat.
Bapak ibu dan saudara-saudari, merasakan kasih Allah kasih Kristus yang begitu kuat bagi saya mendorong mengerakkan saya untuk tetap melayani umat sebagai seorang imam.
Bapak ibu dan saudara-saudari yang terkasih itulah pengalaman saya dimana Karitas Kristi, kasih Ilahi, kasih Kristus, menggerakkan hidup kami. Saya yakin bahwa banyak diantara kita, banyak diantara Bapak-ibu, saudara-saudari juga mempunyai pengalaman dasar yang serupa. Pengalaman kasih akan Allah lebih-lebih kesadaran bahwa kita dikasih Allah, mampu menggerakan dan mendorong kita bahkan mengobarkan kita untuk berbuat sesuatu kepada Tuhan dan sesama. Itulah yang sering menyebabkan munculnya tarekat-tarekat atau kehidupan bersama seperti para Bruder, para suster Karitas, bahkan ada LSM Karitas. Kiranya mereka ini dikobarkan akan kesadaran kasih Allah yang besar , sehingga mereka mau meninggalkan sesuatu meninggalkan hidupnya dan melayani sesama demi kemuliaan Tuhan.
Kembali pada Injil St. Yohanes yang kita dengarkan tadi pertanyaa kita adalah mengapa? Mengapa Yesus minta kepada murid saling mengasih, mengapa kita sering ingin saling mengasihi, mencintai sesama seperti diri kita sendiri. Para murid diminta untuk saling mengasihi. Karena agar mereka dapat membangun kehidupan bersama. Atau kebersamaan dalam hidup karena sebentar lagi Yesus mau meninggalkan mereka dan mereka harus melanjutkan tugas perutusan Yesus. Padahal banyak kesulitan banyak masalah dan ancaman.
Bapak-ibu dan saudara-saudari terkasih marilah kita membangun kebersamaan hidup seperti para murid itu sebab kebersamaan hidup yang digerakkan oleh Karitas Kristi akan menjadi kekuatan yang mempersatukan dan menggerakkan kita. Kita sadar bahwa kehidupan jaman sekarang ini kita seringkali mudah terpecah-pecah karena kita mempunyai kepentingan pribadi, karena kita mempunyai kepentingan golongan yang lebih kuat dari pada kepentingan bersama atau kesejahteraan umum.
Pada akhir-akhir ini kalau kita menyaksikan bagaimana partai-partai ingin berkualisi, maka hiruk pikuk ramai, dan membingungkan, karena apa, karena mereka lebih mengutamakan kepentingan pribadi, hanya mereka mementingkan golongannya dari pada masa depan bangsa. Oleh karena itu bapak ibu saudara-saudari marilah membangun kehidupan bersama ini dengan kasih, kasih yang masih bergema. Kasih yang terasa relevan kalau kasih itu kita wujudkan dalam hidup yang saling menopang dan bersahabat. Inilah sabda Tuhan yang menegaskan pentingnya persahabatan. Inilah perintahku yaitu supaya kamu saling mengasihi seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Tidak ada kasih yang lebih besar seperti kasih yang diberikan oleh seseorang dengan memberikan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya. Kamulah SahabatKu.
Bapak ibu dan saudara-saudari siapakah sahabat kita ini bagi saya seorang sahabat itu melebihi seorang saudara. Seorang sahabat menjadi saudara tapi tidak selalu seorang saudara menjadi sahabat. Saudara saya ada sepuluh. Lima perempuan, lima laki-laki. Saya sebagi seorang Imam membutuhkan persahabatan dari mereka. Hanya satu yang sungguh saya rasakan sebagai sahabat. Yang lainnya baik-baik saja tapi tidak bisa menjadi sahabat bagi saya. Hubungan persahabatan semacam itu saya rasakan bila terjadi saling mendukung, saling menopang saya dapat berbagi rasa, saya dapat mengutarakan suka-duka saya sebagai seorang imam. Lalu didengarkan dan saling menaruh percaya. Berbicara sangat terbuka tanpa rahasia. Dan itu dapat terjadi dimana-aman kapan saja, entah dengan cara apapun. Pada waktu saya makan bersama, pada waktu jalan-jalan atau minum secangkir kopi. Terjadilah hubungan sebagai seorang sahabat dengan sahabat yang meneguhi sebagai seorang saudara kamulah sahabatKu, kata Yesus ini menjadikan kita sahabat, dan bukan hamba karena Yesus menyatakan semuanya memberikan semuanya, menyerahkan hidupnya agar kita bebas dari dosa-dosa dan kuasa-kuasa kegelapan kamulah sahabatKu, ia menjadikan kita sahabatNya, supaya kita mau dan mendapatkan kekuatan untuk ikut ambil bagian dalam karya keselamatanNya. Bapak ibu dan saudara-saudari saya tertarik akan gambar dari buku misa, kamulah sahabatKu disana bisa kita hitung, wajah-wajah itu ada tiga belas dan tiga belas wajah ini dirangkul, saya membayangkan menggambarkan Yesus merangkul wajah-wajah yang gembira, yang tertawa dan tersenyum itu menjadi sahabatNya. Marilah bapak Ibu kita sambut ajakan Yesus agar kita menjadi sahabatNya. Agar kita saling mendukung, saling menopang dalam kehidupan ini. Berdasarkan kasih Allah kepadaNya dan kasihNya kepada kita semua. Semoga itu terjadi kepada kita mulai saat ini Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar