Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Senin, 06 Juli 2009

Kotbah Romo Bismoko, Pr

“Aku cinta kamu khan?”
Ekaristi Tgl 27 Mei 2009
Injil Yoh 15: 9 – 17

Para muda yang terkasih, Bapak-bapak ibu-ibu, mbak-mbak, mas-mas, adik-adik eyang kakung, eyang putri, suster- bruder dan semuanya saja. Kira-kira tidak berlebihan kalau persahabatan atau semuanya saja bentuk-bentuk relasi antar manusia termasuk pertemanan termasuk juga koalisi presiden dan wakil presiden bisa diibaratkan seperti makanan. Seperti makanan kalau sedang fres di ofen maka aromanya akan menimbulkan selera. Akan menimbulkan nafsu makan, akan menimbulkan keinginan untuk menyantap tapi kalau sudah lama dan sudah basi maka akan membuat orang menjadi tidak berselera, akan membuat orang kehilangan nafsu makan dan akan membangkitkan HIV Hasrat Ingin “vaem”, hasrat ingin maem maksudnya. Kalau demikian kisah Via dan Tia, Via dan Tia mungkin bisa mewakili pengalaman normal kita semua, dan mungkin juga pengalaman beberapa orang yang diantara kita semua. Pengalaman bahwa ketika segala sesuatu itu masih Fresh semuanya akan oke, tetapi ketika sudah berjalan lama dan tidak awet sehingga menjadi basi maka yang ada adalah HIV, hasrat ingin vergi. Hasrat ingin pergi maksudnya. Nah jika demikian hidup kita hanya diwarnai oleh dua pengalaman yang pasti perjumpaan dan perpisahan dan yang namanya perpisahan selalu mempunyai dua kemungkinan; perpisahan yang meninggalkan firus AIDS, apa virus AIDS, virus aku ingin di ingat selalu. Jadi sebuah perpisahan itu kalau kesan awalnya baik dan sampai akhir baik maka ingin selalu diingat. Tetapi kalau yang terjadi adalah seperti Via dan Tia maka perpisahan akan meninggalkan virus TBC apa itu? Takut bagi-bagi cerita. Ya karena itu sekarang musimnya virus maka saya menampilkan yang mudah diingat. Ada AIDS, ada TBC. Kalau sesuatu itu menyenangkan maka ingin selalu diingat, tetapi kalau sesuatu itu tidak menyenangkan maka tidak ingin selalu diingat.
Sekarang demikian pertanyaan saya adalah; betulkah hidup kita hanya diisi oleh perjumpaan yang menyenangkan. Ketika awal adalah kesan-kesan yang menyenangkan, tapi lama kelamaan seperti makanan akhirnya kadaluarsa juga. Sehingga membuat orang tidak tertarik. Karena awalnya hubungan pribadi sepertinya begitu menggairahkan tetapi akhirnya tidak mengandung selera. Awalnya utuh tapi kemudian retak. Orang jawa mengatakan cuil. Atau ada yang mengatakan gempil, tahu ya gempil. Gempil itu ya cuil itu tadi.
Nah sekarang demikian, Siapa yang setuju bahwa hidup kita hanyalah diisi oleh sesuatu hal yang menyenangkan pada awalnya, dan berakhir dengan sesuatu yang tidak menyenangkan pada akhirnya. Siapa yang setuju demikian. Awal menyenangkan, akhir tidak menyenangkan. Siapa yang setuju?, kok tidak ada yang mengacung. Pertanyaan berikutnya kalau begitu, dengan demikian anda semua percaya bahwa sebuah hubungan antar manusia apapun bentuknya, entah persahabatan atau kualisi antar partai bisa berlangsung secara awet, siapa yang setuju? Hanya suster satu. Kalau begitu semuanya abstain, hanya dua, tiga ayo masih ditunggu, empat, lima. Dan tujuh belas. Padahal tadi yang datang berapa ada tiga ribuan yha. Coba kalau sekarang hanya 13 per tiga ribu berapa persennya? 0,0 sekian persen.
Oke bapak-ibu, saudara-saudari, terkasih mas-mas, mbak-mbak, adik-adik, eyang kakung, eyang putri, suster, bruder, frater, khususnya kaum muda yang terkasih. Lalu kita tidak yakin bahwa sebetulnya hubungan kita di dunia ini entah hubungan pribadi atau hubungan antara ke-lompok antar teman itu bisa menjadi awet. Berarti kita semua tidak yakin yha? Karena yang yakin hanya berapa tadi 18. kalau kita semua tidak yakin bahwa sebuah hubu-ngan personal khususnya, bisa menjadi yakin bisa menjadi awet dan langgeng lalu apa gunanya kita berkumpul ditempat ini. Apa gunanya teman-teman STCE ini berpikir keras membuat tema “Aku cinta kamu, khan?” baik sekarang saya ulangi siapa yang tidak setuju bahwa hubungan antar pribadi itu bisa langgeng? Tidak setuju kalau hubungan pribadi itu bisa langgeng, tidak setuju?..
Siapa yang setuju, ya sedikit membesarkan hati karena lebih banyak sekarang, setidaknya yang koor sudah mulai banyak. Mungkin dalam hati anda setuju tapi karena hawa begitu panas sehingga anda tidak pede untuk ngacung. Ger… ger Oke saya paham, saya paham,
Dapat di akses juga melalui Internet
Http : // MimbarMingguan.Blogspot.com
Http : // MimbarHarian.Blogspot.com
Oke bapak-ibu saudara-saudari, mas-mas, mbak-mbak, adik-adik eyang kakung, eyang putri, suster, bruder, frater. Khususnya kaum muda yang terkasih. Kalau kita membayangkan akhir dari kisah Via dan Tia. Ketika Via ditinggalkan oleh Tia. mungkin Tia merasa sepi lalu kemudian Ia berdoa masuk kamar lalu meratapi nasibnya dan bertanya kepada Yesus. “Tuhan Yesus kenapa sih aku tidak bisa merasakan persahabatan yang langgeng kenapa harus berhenti sampai disini. Lalu kita bayangkan Tuhan Yesus dengan tatapan yang lembut kemudian berkata kepada Tia tinggallan didalam kasihKu, Injil hari ini untung jawaban Yesus itu tidak seperti jawaban kita pada umumnya dalam hidup kita sehari-hari. Kalau ada teman kita seperti Tia tanya kenapa ya aku tidak bisa merasakan hubungan yang asyik, enjoy persahabatan yang langgeng. Lalu Mungkin Sebagian dari kita akan menjawab, “Ya Vi itu khan masalah elo memang gue pikirin, itu khan derita lo, nggak ada sangkut pautnya dengan gue. Tidak ada sangkut pautnya dengan saya. Hubunganmu, hubunganmu. Hubunganku, hubunganku. Untungnya Tuhan Yesus hari ini mengingatkan kepada kita. Tinggallah di dalam kasihKu. kasihKu, bukan kasih kita. Karena apa, karena kasih kita selalu terbatas. Sedangkan kasih Tuhan tidak terbatas. Kita senantiasa cenderung untuk membatasi kasih-kasih kita. Umpama kita hanya menerima mencintai orang-orang yang seminat dengan kita, sehobi dengan kita, sepandangan dengan kita. Sealiran dengan kita, seideologi dengan kita. Maka kita tidak pernah merasakan kasih yang utuh. Seperti halnya demikian, ada sebuah rombongan mau tamasya di dalam mobil semuanya enjoy. Kita mau jalan-jalan, di tengah jalan sang sopir yang membawa mobil kemudian melihat teman yang lain, yang kebetulan teman ini tidak disukai oleh beberapa teman yang naik mobil, tetapi toh teman itu diajak oleh sang Sopir pembawa mobil lalu mengajak masuk. Ayo kita masuk, orang-orang yang ada dimobil yang merasa tidak suka dengan teman yang baru saja diajak tentu tetap ikut acara rekreasi ini. Akan tetap menikmati acara rekreasi ini, rekreasi tetap berjalan tetapi rasanya ada sesuatu yang mengganjal, maka suka cita tidak menjadi penuh.
bapak-ibu dan saudara-saudari, terkasih mas-mas, mbak-mbak, adik-adik, eyang kakung, eyang putri, suster, bruder, frater, mari kita mencoba untuk masuk ke dalam hati kita apakah kita membatasi cinta kita sehingga kita tidak pernah merasakan kasih yang utuh. Apakah kita cenderung tinggal pada kasih kita sendiri dan tidak pada kasih Tuhan. Mari kita mendengarkan sekali lagi sabda Tuhan untuk kita sore hari ini, “ Tinggallah dalam kasihku semuanya itu Ku katakan kepadamu supaya suka citaku ada di dalam kamu dan suka citamu menjadi penuh. Kemuliaan kepada Bapa, Putra dan Roh Kudus, seperti pada permulaan sekarang selalu dan sepanjang segala abad. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar