Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Selasa, 02 Juni 2009

Kotbah R.M Wisnumurti, SJ

Ekaristi Tgl 8 Maret 2009
Kotbah: R.M. Wisnumurti, SJ
”Komitment pada Yesus”
Injil Mrk 9 : 2 – 10

Ibu bapak, saudari-saudara terkasih dalam Tuhan. Kita telah memasuki minggu II dalam masa Prapaskah. Kalau sebelum ini dan juga dalam Minggu pertama kita mulai diajak untuk mengusahakan pertobatan dengan laku mati raga, puasa, pantang, karya amal kasih. Supaya yang kita kerjakan itu dapat menjadi persiapan menyosong perayaan Paskah. Maka semestinya memasuki minggu ke dua apa yang sudah diserukan dan juga mungkin beberapa contoh beberapa pedoman mestinya sudah mulai dilaksanakan. Maka ketika kita mendengar bacaan-bacaan hari ini rasanya kalau kita perhatikan kok ada yang janggal? Dalam masa Prapaskah apalagi baru memasuki pekan ke II kok injilnya malah cerita tentang Yesus yang menampakkan kemuliaanNya. Bukankah itu seharusnya masih nanti kalau sudah Paskah. Dan memang kalau orang dapat merasakan dapat ikut menikmati kemuliaan Kristus yang telah bangkit tentu merupakan sesuatu yang tidak ternilai membuat semua yang lain akan kehilangan artinya, seperti reaksi yang ditunjukkan oleh Petrus yang begitu tercengang tapi juga dikatakan karena takut lalu pokoknya asal bunyi, asal komentar.
“Tuhan bagaimana kalau kami dirikan tiga kemah.” Itu mungkin karena dia tidak tahu apa yang mestinya dikomentari. Mungkin kita mempunyai ungkapan “kamitenggengen”. Itu karena merasa begitu bahagia, begitu nyaman tinggal di sana sulit untuk melukiskan. Kalau orang dapat ikut serta ambil bagian dalam kemuliaan Tuhan Yesus Kristus tentu itulah yang menjadi arah perjuangan dan cita-cita setiap orang Kristen.
Maka dengan menampilkan kemuliaan yang disaksikan oleh ketiga murid mau menunjukkan arah yang sudah jelas. Kendati demikian orang tetap harus berjuang dengan segenap daya dan kemampuan untuk bisa mencapainya. Karena memang Markus mencatat, menceritakan peristiwa ini tentu ingin menunjukkan pada kemuliaan kebangkitan Kristus. Namun harus disadari bahwa peristiwa itu tidak terlepas dari seluruh peristiwa hidup yang harus dijalani oleh Yesus. Bahwa Dia harus mengalami penderitaan sengsara, wafat di salib. Karena itu memang merupakan rangkaian pelaksanaan karya keselamatan yang harus dijalaninya. Maka sebetulnya perikopa yang dibacakan hari ini tidak terlepas dari bagian yang sebelumnya, sayangnya kebiasaan mengutip salah satu perikopa karena seakan-akan memulai yang baru, sering kali dipakai pada suatu ketika itu yang tertera dalam teks kita hari ini. Padahal kalau kita membaca dalam teks Injil disebutkan enam hari kemudian berarti ada peristiwa yang mendahului sehingga peristiwa itu diungkapkan. Peristiwa mana yang mendahului? Peristiwa pengakuan Petrus, ketika ditanya, “Menurut kata orang siapakah Aku ini?” lalu para murid menyebutkan ada yang mengatakan Elia, ada yang mengatakan Yeremia, “Tetapi menurut katamu siapakah Aku ini? Lalu Petrus mewakili teman-temannya menyatakan; “Engkaulah Mesias Putera Allah.” Pernyataan itu membuat Yesus mengatakan kepada Petrus, “Berbahagialah engkau Simon, anak Yohanes karena bukan darah dagingmu yang mewahyukan itu tetapi Bapa.” Namun sesudah Petrus membuat pengakuan itu, disusul Yesus yang mengatakan “Anak manusia harus menderita, dibunuh, disalib oleh para tua-tua dan pemuka-pemuka rakyat.” Nah atas pernyataan itu Petrus yang baru saja mengungkapkan bahwa Yesus adalah Mesias. Tidak biasa terima tidak mungkin itu terjadi. Namun Yesus dengan sangat tegas menyampaikan teguranNya, “Minggir kamu.” Bahkan dikatakan, “Itu adalah kuasa roh jahat.” Petrus tidak bisa menerima bahwa Mesias harus mati menderita dan disalib.
Maka sudah pernyataan itu enam hari kemudian setelah ada jeda waktu untuk memulai merenungkan mencoba meresapkan dan menangkap maksud Yesus itu. Lalu Yesus mengajak tiga orang murid yang memang sering kali diajak untuk ikut serta lebih dekat dengan hidup Yesus menyaksikan penampakan kemuilaanNya. Penampakan kemuliaan itu untuk menunjuk hari depan. Sesudah Yesus mengalami, sengsara dan wafat di salib di akan dibangkitan, dimuliakan. Karena itu hadirnya dua tokoh besar yang ditampilkan dua tokoh umat Israel yaitu Musa dan Elia dari perjanjian lama. Justru menjadi argumen yang menguatkan dan menggaris bawahi bahwa Mesias memang harus mengalami semua itu. Musa menjadi jaminan hukum kita ingat lewat Musa, umat Israel dan kita menerima Dekalog 10 perintah Allah. Sedangkan Elia menjadi jaminan kenabian, maka kalau Musa mewakili Nasionalisme, Elia mewakili segi keagamaan. Keduanya bergabung menjadi tanda yang kuat dan meyakinkan, bahwa janji Mesianis itu terpenuhi. Dalam diri Yesus, dari Nazareth, lalu masih ditegaskan lagi. Pemakluman yang keluar dari Bapa ketika Yesus menampakkan, kemuliaanNya, lalu dari awan terdengar suara, “Inilah Putera yang Kukasihi dengarkanlah Dia.” Pemakluman itu berarti merupakan pemakluman kedua ketika Yesus, dibaptis, Bapa juga memaklumkan hal yang sama, maka pemakluman itu semakin menegaskan, bahwa Dialah memang yang diutus, untuk melaksanakan karya penyelamatan. Namun Mesias itu adalah Mesias yang harus menderita, Mesias yang harus wafat disalib karena taat kepada Bapa. Namun kemudian karena ketaatanNya itu, Dia pun dimuliakan dengan kebangkitanNya. Karena itu kemuliaan, kebangkitan tidak bisa tidak, harus dicapai melalui penderitaan dan wafatNya. Tidak dapat dilepaskan sebagai bagian yang berdiri sendiri karena itu kalau orang mau ikut serta dalam kemuliaan kebangkitanNya. Ia pun juga harus menempuh jalan yang sama, sebagai mana dilalui oleh Yesus. Itulah sebetulnya yang menjadi komitmen kita saat kita dibaptis, ketika kita dibaptis kita menyatakan Ya, saya mau ikut Kristus, Ya saya mau menggabungkan hidup saya menyerupakan hidup saya dengan hidup Kristus. Kalau itu yang terjadi dan kita juga menghayati menjalani dengan penuh ketaatan maka apa yang tadi disampaikan oleh rasul Paulus, kendati berupa pertanyaan, namun itu sekaligus menjadi suatu penegasan bahkan Allah sendiri rela menyerahkan PuteraNya, Dia tidak menyayangkan PuteraNya sendiri tetapi menyerahkan bagi kita semua kalau kita membangun sikap hidup seperti Sang Putera maka kitapun juga akan ikut serta mendapatkan anugerah kemuliaan yang diterimaNya.
Masa Prapaskah menjadi masa yang paling tepat untuk mengembangkan semangat mau mengikuti Kristus tadi, mau membaharui, mau menegaskan kembali komitmen yang pernah kita nyatakan. Hal-hal itu dapat terwujud bila kita selalu mengarahkan hidup kita iman kita, kepada Tuhan. Caranya dalam masa Prapaskah ditawarkan kepada kita, melalui hal-hal yang kita jalani kita alami dalam hidup kita sehari-hari.
Tawarannya antara lain lewat, mati raga dengan puasa dan pantang, maksudnya apa? Supaya kita lalu lebih mengarahkan hidup kita bukan kepada yang lain-lain tetapi kepada Kristus, kepada Allah. Dengan ajakan untuk meningkatkan ibadah, dan amal kasih supaya kita tidak hanya memberi perhatian kepada diri kita sendiri tetapi terutama kepada Tuhan dan juga kepada sesama.
Maka sekedar contoh kecil, kita mengawali masa Prapaskah lalu disiapkan kota-kotak yang memang bagus seperti kotak yang kadang-kadang dipakai, kalau anak-anak ulang tahun dibagikan kepada teman-teman maka karena melihat kotak yang bagus yang ditawarkan kepada anda yang mengambilnya, ada yang tanya, “Ini bayar beberapa.” Jadi seakan-akan kota itu dibeli untuk hiasan. Padahal kotak itu disediakan, supaya kita lalu bisa mengisinya, karena bukankah tawaran puasa dan pantang itu bukan berarti kita mengurangi atau menyisihkan apa yang kita punya kita punya untuk di tabung supaya nanti kalau sudah terkumpul selama 40 hari kita dapat lebih banyak uang saku? Bukan. Kita masukkan apa yang kita sisihkan, saat kita berpantang, mengurangi ini dan itu, demi memikirkan orang lain. Maka juga tindakan karya amal kasih menjadi wujud nyata kesediaan kita untuk bertobat. Sebagaimana Kristus yang taat bukan hanya memikirkan kepentingannya sendiri tetapi rela berkorban bagi kita semua. Oleh karena itu kalau dalam masa Prapaskah kita diajak untuk membaharui hidup lewat tindakan-tindakan konkret yang nyata tadi, itu menjadi sarana untuk membangun sikap supaya semakin menyerupai Kristus, sehingga pada saatnya kita pun boleh ikut di dalam kemuliaan kebangkitannya memperoleh keselamatan. Ibarat kendaran yang perlu diservis supaya jangan nanti mogok di jalan, begitu pula hidup rohani kita, hidup iman kita selama masa Prapaskah perlu di servis supaya menjadi semakin peka, semakin mampu menangkap sapaan dan kehadiran Tuhan di dalam hidup kita. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar