Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Selasa, 02 Juni 2009

Kotbah Romo Martin Suhartono, SJ

Ekaristi Tgl 11 April 2009
Romo Martin Suhartono, SJ
“Bangkit Bersama Kristus membangun dunia baru.”
Injil Markus : 16 : 1 – 8

Terimakasih atas kesabaran anda sekalian, anda telah dituntun dari gelap menuju terang. Mudah-mudahan tidak ada yang keselomot lampu atau nyala lilin tadi.
Tayangan yang baru saja kita lihat itu diambil petikan dari tadi membangun persaudaraan sejati. Bicara tentang komunitas Tikar Pandan karena tadi anda lihat, ada seorang bapak tua yang bersepeda dialah yang menenun atau memintal daun pandan untuk dijadikan tikar pandan. Dan dalam perjalanannya itu dia berhenti di setiap tempat peribadatan. Kita lihat berbagai tempat peribadatan, ada kuil, gereja, ada tempat hindu, bali dan sebagainya. Dan disanalah kemudian terbentuk komunitas-komunitas berdasarkan lintas iman. Kita lihat di akhir cerita tadi mereka bersama-sama bernyanyi, dari macam-macam iman dan kepercayaan itu mereka berkumpul bernyanyi bersama di dalam kegembiraan. Itulah saya kira yang mau ditampilkan oleh tema kita hari ini, yaitu bangkit bersama Kristus membangun dunia yang baru. Karena dunia yang baru ini hanya dapat diciptakan berdasarkan persaudaraan yang sejati. Dan mungkin kita bertanya.
“Wong kita itu berbeda-beda. Yha.. mengapa kok harus bersatu begitu?”
Ya kadang kala tadi di dalam doa ada juga dikatakan bahwa gereja mengakui yang benar yang kudus, di dalam iman dan agama lain. Kalau gitu mengapa kita capai-capai jadi orang katolik. Kalau yang lain agama lain bisa juga sampai pada Tuhan. Bisa diselamatkan “nggo apa dadi wong katolik.” Susah payah, 40 hari Prapaskah, lalu masih ada perayaan Tri Hari Suci, Kamis putih, Jumat Agung, Sabtu Sepi, Sabtu Suci dan kemudian malam ini. Belum lagi kewajiban-kewajiban yang lain. Dan kita bertanya-tanya, apa sebenarnya yang mendasari persaudaraan itu kalau memang ada perbedaan agama. Tetapi semuanya akhirnya menuntun kita kepada Allah, apa kekhasan kita? Kita bertanya-tanya;
“Mengapa kita mesti jadi Katolik.” Saudara-saudari terkasih, kita kenal ada Katolik Napas.
“Katolik apa itu?” Natal, Paskah. Saya yakin tidak ada yang demikian di antara anda sekalian. Artinya itu hanya datang ke gereja pada hari Natal dan hari Paskah saja. Lainnya kita tidak tahu kemana? Baru ingat kalau lonceng gereja berbunyi Natal, Paskah lalu kita datang menghadap Tuhan bersama saudara-saudari kita itulah Katolik Napas. Saya yakin diantara kita semua tidak ada yang demikian.
Tapi marilah kita kupas, bahwa perjalanan kita bersama itu memang sebenarnya dari Natal menuju ke Paskah. Kita mulai dengan tahun liturgi dengan Adven, masa menantikan peringatan kedatangan Tuhan masuk dalam Natal. Kemudian dari Natal kita dituntun melalui masa biasa kemudian Prapaskah sudah kita lewati, 40 hari dan sekarang kita merayakan Paskah sebagai puncak perayaan kita. Inilah sebenarnya juga pusat kehidupan iman kita.
Anda mungkin heran kalau saya katakan bahwa dalam sejarah gereja selama tiga ratus tahun pertama itu orang tidak merayakan Natal. Tetapi yang dirayakan itu adalah Paskah. Sejak awal Paskah itu senantiasa dirayakan karena itulah peringatan penghadiran kembali sengsara wafat dan kebangkitan Kristus. Dan itulah yang memang menjadi pusat iman kita. Dan itulah juga kita rayakan malam ini. Mari kita simak dari awal tadi kita berada dalam gelap dan kemudian ada peristiwa cahaya.
Tahun lalu saya merayakan Paskah di sebuah pertapaan ordo Kartusian di Inggris. Di sana kami merayakan Paskah seperti di kebanyakan negara Eropa itu tidak pada sore hari Sabtunya atau malam seperti kita, tapi pagi hari, dini hari Minggu pagi kurang lebih jam 3 pagi. Itu kita berkumpul bersama di halaman gereja dan kadangkala juga mungkin di kuburan. Suasananya persis seperti dalam injil yang baru kita dengar tadi. Semua gelap dan saat itu dinyalakan api unggun, yang apinya bernyala berkobar-kobar. Sehingga badan yang dingin karena musim semi itu kemudian bisa dihangatkan oleh api unggun itu. Dan kita sungguh mengalami betapa indahnya cahaya yang bersinar di dalam gelap itu. Mungkin kita tidak begitu merasakannya. Kalau orang barat, itu kedinginan lalu kelihatan api unggun waduh terhangatkan. Kita sudah sumuk, hampir semua ini mengipas-ipaskan dengan teks misa ini. Untung sudah hari terakhir kalau agak brodol yang tidak apa-apa teksnya. Tapi lain kali saudara-saudari saya usulkan jangan teksnya yang digoyangkan, kepala anda yang digoyangkan kiri kanan ( gerrr .... ) pastilah terjamin sejuk. Wong sudah saya coba sendiri. Ger…
Saudara-saudari terkasih tetapi itu lebih karena tidak ada rambutnya. Ger.. saudara-saudari terkasih. Cahaya itulah yang kita rayakan. Kalau tadi kita simak dalam perayaan awal tadi ada bacaan dari kitab kejadian. ..( menyampaikan dengan bahasa Ibrani …) maaf saya lupa itu tadi bahasa Ibrani. Bahasa Asli dari kitab kejadian. Artinya tadi kita lihat, segala sesuatu itu gelap gulita. Segala sesuatu tidak berbentuk dan Allah bersabda. Terjadilah terang itu. Dan Allah melihat terang itu baik. Itulah diciptakan Allah pada hari pertama.
Terang ini dari mana saudari-saudara? Kalau kita ingat terang itu datang dari mana? Malam ini ada terang? Dari bulan, bulan mendapat terang dari mana? Matahari. Kita tahu terang dari Matahari. Tapi dalam kitab Kejadian Matahari diciptakan pada hari ke berapa saudari-saudara. Ada yang ingat? Ada 7 hari atau enam penciptaan? Hari pertama terang, Matahari diciptakan kapan, ayo angkat tangan, tidak ada hadiah tapi coba siapa ingat? hari keti… empat gerr.. diciptakan pada hari keempat saudari-saudara.
Lalu anak yang bodohpun bisa bertanya, “Lho romo kalau gitu bohong dong hari pertama terang, la.. kok mataharinya baru datang kemudian pada hari kempat?
Nah, orang Yahudi mencoba menangkap makna yang lebih dalam dari kisah kejadian itu dengan berkata, “Apapun yang ditulis itu pasti ada maknanya.” Dan mereka membayangkan bahwa pastilah ada terang cahaya yang lain yang bukan berasal dari Matahari. Terang itulah yang bersinar di dalam hati kita semua. Tetapi sayangnya terang cahaya itu digelapkan oleh dosa kita. Dan orang Yahudi percaya, bahwa nanti pada saat Mesias datang itu, terang cahaya yang diciptakan pada awal mula itu akan bersinar lagi di dalam hati kita masing-masing. Jadi cahaya itulah yang kemudian oleh injil Yohanes digambarkan dalam ayat-ayat pertamanya. “Pada awal mula adalah, apa saudara? Pada awal mula adalah firman, dan firman itu ada pada Allah dan Allah lah firman itu. Dan kemudian lebih lanjut dikatakan segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada sesuatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Ini bisa menjadi dasar persaudaraan kita saudara-saudari. Jangan kira bahwa orang yang bukan katolik itu diciptakan oleh Allah yang lain, tidak. Anda tentu percaya bahwa orang lainpun yang bukan katolik pasti diciptakan oleh Allah. Allahnya sama atau lain dengan kita. Sama pasti kalau kita bilang lain berarti kita memuja banyak. Padahal hanya ada satu Allah. Maka kita yakin bahwa segala sesuatu diciptakan di dalam firman tidak ada yang tidak diciptakan. Kecuali di dalam firman. Maka saudara-saudari kita itu meskipun berbeda agama diciptakan di dalam firman saudari-saudara dan firman itu menjelma dalam diri Yesus Tuhan kita.
Kemudian ayat ke empat dikatakan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Jadi di dalam firman, di dalam Yesus itu ada hidup dan hidup itu ada cahaya. Dan terang itu bercahaya dalam kegelapan, dan kegelapan itu tidak menguasainya. Dan cahaya yang benar itu. Dialah yang menyinari setiap orang yang datang ke dunia. Maka saudari-saudara boleh dikatakan bagi kita sendiri. Tidak usah disebarkan pada yang lain, bahwa mereka semua itu sama-sama diciptakan dalam firman. Dan mereka itu juga disinar oleh firman. Karena firman dikatakan dalam firman ada hidup, hidup itu cahaya manusia. Selama mereka manusia mereka disinari oleh cahaya Kristus ini meski mereka tidak sadar. Meskipun mereka menolak meskipun mereka tidak kenal, tidak apa-apa. Sama seperti anda meskipun anda menolak cahaya lampu itu, tapi lampu itu tetap menyinari anda. Itulah yang bisa menjadi dasar kita. Dan dalam Paskah ini cahaya itu begitu dominan. Kita rayakan cahaya, itulah Dia Kristus, lilin Paskah. Dan kalau anda ingat lagu tadi lagu di awal misa tadi, yaitu ”The Prayer” ada satu kalimat yang saya lupa-lupa ingat tetapi kurang lebih demikian,… melantunkan lagu… Cahaya yang kauberikan akan tinggal dalam hati, untuk mengingatkan kepada kami bahwa Engkaulah bintang yang sejati, bintang yang abadi. Jadi cahaya Kristus yang diberikan di dalam diri kita itu akan senantiasa bersinar, di dalam hati kita dan mengingatkan bahwa Dialah benar bintang abadi kita. Bukan hanya kita sebenarnya bintang abadi bagi setiap manusia. Itulah yang bisa menjadi dasar. Perjuangan persaudaraan kita karena mereka semua disinari oleh terang cahaya Kristus. Itu yang pertama, dalam bacaan-bacaan tadi yang kira rayakan. Tapi kalau ada dalam bacaan Injil tadi. Ada batu sebesar, tidak sebesar gunung, tapi batu itu kurang lebih 12 ton. Coba saya tanya saudari-saudara, “Batu itu digulingkan supaya apa?” jadi makam itu ditutupi batu besar sekali 12 ton kurang lebih beratnya sudah terguling. Untuk siapa? Saya Tanya kalau andai kata batu itu tidak digulingkan, Yesus yang bangkit itu bisa keluar makam tidak? Bisa tidak, saudari-saudara? Bisa mengapa contohnya. Ada buktinya tidak? Kita lihat bahwa kalau Lazarus. Anda ingat kisah Lazarus yang wafat dan bangkit saudari-saudara.
Kalau batu makam Lazarus tidak digulingkan Lazarus bisa keluar tidak? Tidak. Nah ini bedanya, ya. Jadi jangan kita pikir Yesus yang bangkit seperti sombi yang bangkit Ukluk-ukluk-ukluk, ya. Gerr.. lalu batu harus digulingkan oleh malaikat lalu baru Yesus bisa keluar. Karena apa anda ingat kisah penampakan bahwa Yesus, ketika para murid ketakutan dberkumpul diruangan dan kamar itu dikunci. Yesus bisa datang, tiba-tiba saja makjegagik ada ditengah-tengah mereka begitu, kelihatan. Tiba-tiba saja ada. Maka batu itu digulingkan bukan supaya Yesus bisa keluar, tapi batu digulingkan supaya pertanyaan wanita tadi, siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita. Jadi batu itu digulingkan bagi para wanita supaya wanita itu bisa masuk dan melihat bahwa makam itu sudah kosong. Dan apa yang sebenarnya terlihat bukan sekedar kosong tetapi ada pemuda berpakaian putih, kilau-kemilau untuk menunjukkan bahwa ini pemuda supranatural ini. Pemuda dari alam lain, atau dalam Injil dikatakan dua malaekat. Dengan kata lain saudari-saudara bahwa Yesus yang bangkit itu memasuki suatu realitas yang diluar segala macam daya pikir kita. Ia bisa tembus waktu dan tembus tembok. Sehingga setiap kali Yesus itu muncul tidak segera dikenali. Ingat ketika Yesus menampakkan diri pada Maria Magdalena. Maria Magdalena mengira itu tukang kebun. Ketika penampakan diri pada dua murid dari Emmaus mereka berjalan dan kedua murid tidak mengenal Yesus.
Saudari-saudara terkasih tetapi Yesus yang tidak dikenal itu menunjukkan ada realitas yang lain, bukan realitas badani tetapi yang kita kenal tetapi tubuh yang mulia tubuh kebangkitan. Dan inilah iman kita. Satu Korintus 15 Paulus mengkritik orang-orang Korintus yang tidak percaya bahwa Yesus bangkit. Dan Paulus berkata, celakalah kita. Kalau Yesus itu tidak bangkit. Karena seluruh dasar iman kita ini harapan kita kegembiraan kita itu dasarkan pada kenyataan bahwa Yesus bangkit. Maka kalau Yesus tidak bangkit sungguh celakalah kita. Kita orang yang paling malang di dunia ini karena punya iman seperti itu. Maka kepercayaan akan Yesus yang bangkit itu sungguh mendasari juga bahwa kita punya harapan, bahwa dunia yang berdosa ini bisa dibangun kembali menjadi dunia yang baru. Contohnya apa? Saudari-saudara terkasih kita lihat tadi seorang guru Tanya kepada murid-muridnya. Murid SD ditanya, dicek, pengetahuannya tentang Paskah.
“Anak-anak waktu Yesus bangkit itu yah.. pesannya apa kepada para wanita Maria Magdalena?
Ada yang menjawab, “ Yok kita ketemuan di Galleria.” Gerrr…
Saudari-saudara terkasih, bagi kita Galleria, bagi para murid adalah Galilea. Mengapa Galilea. Tentu anda ingat kisah Natal saya katakan Natal ada hubungan dengan Paskah. Dalam injil Matius dikatakan, kita dengar dalam Natal itu dulu ya… “tanah Sebulon, tanah Naftali dari seberang sungai Yordan Galilea, wilayah bangsa lain-lain.” Yesus tidak mengajak ketemuan di Yerusalem. Tempat para imam para penguasa, pemerintah. Tapi Yesus mengajak ketemuan di Galilea. Wilayah bangsa-bangsa kafir. Karena di situlah tanah misi. Disitulah Yesus mengajar para muridNya berkarya.
Kalau di sini mungkin Yesus berkata, tidak mengajak kita ketemuan di Jakarta. Istana Merdeka tidak, tapi mengajak ketemuan mungkin di Wonosari, di daerah yang terpencil jauh dari kota. Maaf kalau ada orang dari Wonosari di sini yah. Ger….. .. bukan menghina tapi anda setingkat dengan Galilea. Gerrrrr…..
Dan orang Yahudi, orang Yerusalem begitu memandang rendah orang Galilea. Maka Petrus itu ketahuan karena aksennya aksen Galilea. Kamu kan orang Galilea, aksenmu konangan. Ya seperti kalau kita ada orang bahasa jawa, “Ngapak-ngapak…., bar madhang wis kencot maning”. gerrrrr…. Kita tahu itu dari mana ya.. maaf kalau ada dari daerah sana.. anda setingkat dengan Galilea. Gerr..
Saudara-saudari terkasih itulah cahaya mempersatukan kita. Dan kebangkitan Kristus itu sungguh menjadi andalan kemenangan kita dan kita diajak untuk sungguh ke tempat-tempat yang terpencil, dalam tayangan pertama tadi juga kita lihat bagaimana Yesus hadir, pada tukang pos, Yesus hadir dalam pengemis, Yesus hadir dalam anak-anak yatim. Dan itulah iman kita yang mengalahkan dunia. Maka dalam lagu tadi akhirnya ada satu kalimat yang berbunyi, .. menyanyikan syair lagu.. latin.. artinya iman yang telah kauberikan kepada kami aku yakin iman inilah yang akan menyelamatkan kita. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar