Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Kamis, 12 Februari 2009

Kotbah Romo RM. Wisnumurti, SJ

Romo RM. Wisnumurti , SJ
Ekaristi Malam Natal.
25 Desember 2008
Injil Yoh 1 : 1 – 18

Ibu-ibu, bapak-bapak, saudari-saudara yang berbahagia, yang berpesta. Selamat menyambut kelahiran Sang Juru Selamat, sebagaimana diwartakan oleh Para malaekat tadi, “ Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan itulah pula pokok yang menjadi arah perhatian kita untuk bersuka cita dan bersyukur menyambut kelahirannya.
Kalau dulu, sering kali dikatakan lahirnya manusia baru itu membawa rejeki dan berkat, tapi itu dulu, sekarang anggapan semacam itu tampakknya kurang laku. Malah beberapa hari yang lalu ada ibu yang mengatakan, “Romo kalau punya banyak anak jaman sekarang itu repot. Karena biaya sekolah mahal. Saya kira itu kenyataan realita yang memang di hadapi jaman sekarang, karena itu lalu orang yang mengatakan bahwa kelahiran manusia baru itu malahan membawa beban, karena berarti tambah jumlah mulut yang harus disuap, mengurangi jatah yang tersedia. Lalu untuk apa kita merayakan Natal, merayakan kelahiran, merayakan kehidupan baru, masihkah perayaan itu punya makna bagi hidup kita.
Memang kalau kita mencermati memperhatikan, merenungkan bacaan-bacaan hari ini, saya kira kita harus mengakui bahwa sepanjang sejarah umat manusia, belum pernah ada orang yang kedatangan-Nya sedemikian diharapkan, sedemikian ditunggu. Bahkan selama berabad-abad lamanya. Orang yang paling terkenal, orang yang paling termasyhurpun tidak pernah ditunggu dan diharap seperti Dia ini.
Kedatangannya sudah diramalkan jauh sebelumnya, sudah dinubatkan secara pasti dan kemudian juga disiapkan dengan sepenuh hati. Bahkan kalau kita ingat, pembawa berita tentang kelahiran-Nyapun bukan sembarangan, yang membawa berita tentang lahir-Nya anak yang ditunggu itu utusan Allah sendiri. Kelahiran-Nya memang bukan kelahiran manusia baru yang biasa, yang seringkali kita alami, kalau ada tetangga, keluarga yang baru saja melahirkan, menambah warganya, paling-paling di beritakan telah lahir dengan selamat, ini tak ada berita tentang keselamatan anak itu. Padahal kelahiran-Nya berkaitan dengan nasib kita. Berkaitan dengan kebahagiaan dan keselamatan kita semua. Yang aneh justru saat Dia lahir, padahal sudah ditunggu, sudah dinantikan, sudah dinubatkan, yang terjadi justru sesuatu yang sangat kontroversial. Dia lahir di tempat yang sama sekali tidak layak untuk ukuran manusia.
Mungkin gambaran yang ada di sebelah saya ini dihadapan anda rasa-rasanya masih lumayan, saya kira disini tidak ada bau tai kambing, tai keledai atau tai sapi. Mungkin malahan oleh panitia sudah di semprot pewangi supaya tidak menggangu orang yang beribadat, dan seperti tadi juga kita dengar dalam Injil, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan ditolak dimana-mana padahal Dia di tunggu, sudah disiapkan berabad-abad lamanya. Lahir ditempat dimana biasa dipakai untuk menampung, atau mungkin meneduhkan hewan peliharaan yang kemalaman, dan tidak ada berita di koran. ”Telah lahir dengan selamat anak kami, kami yang berbahagia Maria dan Joseph, lalu mungkin di KRkan, di Kompaskan, tidak ada! Yang pertama mendengar berita orang-orang yang biasanya di singkirkan dari masyarakatnya, para gembala yang tidak dipandang di masyarakatnya. Cerita ini setiap kali kita dengar bila kita merayakan Natal, dan karena ceritanya juga seakan-akan sesuatu yang kontroversial. Membuat orang lalu juga bertanya, ”Bener apa tidak?
Sehingga ada cerita begini. Ada seorang bapak yang menganggap bahwa cerita Natal itu tahayul saja. Isapan jempol. Bagaimana mungkin Allah kok menjelma. Bapak itu bukan seorang yang tidak berbudi, dia sebetulnya juga orang yang baik. Orang yang tulus, bahkan ia juga setia kepada keluarganya. Dipandangan masyarakatpun namanya bersih bukan termasuk orang yang harus berperkara di peradilan karena korupsi menggelapkan atau karena tertangkap menjual obat-obatan terlarang, nggak. Tetapi dia tidak percaya bahwa Allah menjelma menjadi manusia, apa lagi selalu diceritakan di tempat yang seperti itu. Sungguh ia tidak percaya. Maka memang agak kasihan, isterinya yang berusaha mengajak selalu dia mengatakan, ”Maaf isteriku tersayang, mungkin apa yang saya lakukan ini membuat kamu sedih, tetapi ya lebih baik saya mengatakan apa adanya. Saya tidak dapat mengerti bagaimana Tuhan yang katamu itu begitu Agung kok menjadi manusia, seperti kita-kita. Bagaimana mungkin. Itu sesuatu yang tidak masuk diakal saya.
Maka ketika malam Natal isteri dan anak-anaknya seperti biasa mau menghadiri perayaan Natal mau beribadah, mau mengikuti kebaktian malam Natal di gereja. Suaminya dengan seperti biasa disertai permohonan maaf saya lebih baik tinggal dirumah, menunggu sampai nanti kalian pulang. Lalu kalau kita mau merayakan, kita rayakan bersama-sama di rumah. Isteri dan anak-anak berangkat. Tidak lama kemudian, ternyata salju mulai turun, lalu dia melongok keluar, “Wah saya kira lebih baik menutup pintu dan jendela, lalu dia mulai duduk didepan perapian dan membaca-baca disana sambil mendengarkan lagu-lagu kesuka-annya. Tapi tidak lama kemudian, kedengaran suara diketuk-ketuk.. dipikir ah paling-paling anak-anak yang melempar bola salju. Tapi ketika ketukan itu terdengar lagi, dia mencoba melongok dari jendela, kemudian mengecek ketika dia buka pintu rumahnya dia lihat, beberapa burung rupa-rupanya kedinginan mau berteduh di sana. Karena setelah dibuka, pintunya anginnya cukup kencang. Dia berpikir, wah kasihan mereka kedinginan. Maka ketika mereka mau menyelamatkan diri rupa-rupanya menabrak jendela dipikir jendela itu bisa dilewati. Mereka cari tempat berteduh.
Saya tidak bisa membiarkan mereka kedinginan apalagi kalau sampai mati disini, tetapi bagiamana menolong mereka. Bapak itu mulai berpikir wah dia ingat oh ya.. anak saya punya peliharaan ada kandangnya disana maka lalu dia pergi ke kandang itu dan mencoba mengajak burung-burung itu tadi supaya mau ke sana. Ia memberi makanan, dijatuhkan untuk mengikuti dia, tapi ternyata burung-burung itu tidak mau. Maka dia mencoba untuk mengiring seperti kalau anjing gembala menggiring domba-domba, tapi malah bubar takut semua. Wah bapak itu bingung, bagaimana ya.., lalu dia mulai berpikir... barang kali burung-burung ini menganggap saya mahluk yang aneh dan menakutkan. Seandainya saya beberapa menit saja, bisa menjadi seekor burung mungkin saya lalu bisa mengajak mereka masuk ke tempat yang aman sehingga tidak kedinginan dan diterpa angin.
Sementera dia berpikir bagaimana caranya, terdengar lonceng gereja seperti yang tadi kita dengar lalu lagu Gloria in excelsis Deo, bapak itu tertegun sejenak mendengar bunyi lonceng tadi, dia ingat isteri dan anak-anaknya sedang merayakan Natal di gereja. Lalu dia tiba-tiba jatuh berlutut, lalu dia sambil berbisik tersedu-sedu ”Sekarang saya mengerti, mengapa Engkau mau menjadi manusia seperti kami.” Dia disadarkan bahwa rupa-rupanya usahanya tadi yang tidak dipahami itu juga yang dialami oleh Allah yang mau menyelamatkan manusia yang seringkali tidak dipahami, yang semula dianggap tidak masuk akal bagaimana mungkin Allah mau turun merendahkan diri menjadi seperti manusia yang lain. Padahal justru dari kenyataan itu nampak dengan sangat nyata wujud kasih Allah kepada manusia. Karena kalau kita sering kali menganggap Allah ada di tempat tinggi berarti mestinya Dia yang dicari, manusia yang mesti datang kepada-Nya, seperti setiap kali kita datang beribadat mencari Tuhan, memuja-mujinya ditempat yang tinggi tapi justru malam ini Dia mendatangi kita, Dia turun mencari manusia dan Dia mau hadir tinggal di tengah manusia ciptaan-Nya. Merendahkan diri menjadi salah satu dari manusia. Hal itulah yang membuat manusia kendati tersingkir, kendati dipandang sebelah mata oleh orang lain, masyarakatnya mendapat teman, teman yang senasib dan sepenanggungan. Yang mau datang mau merendahkan diri supaya di tempat yang seperti itu siapapun bisa datang. Siapapun bisa menyapa Dia. Dia yang begitu Agung rela merendahkan diri senasib dengan manusia. Hal itu membuat manusia merasa tidak ditinggalkan di dalam kesulitan penderitaannya. Seperti yang sekarang juga banyak dialami oleh saudara-saudara kita karena kalau Tuhan menjadi manusia berati
Dapat diakses juga melalui Internet:
http://MimbarMingguan.Blogspot.com
http://MimbarHarian.Blogspot.com

Tuhan tinggal ditengah-tengah manusia, berarti Tuhan menyertai manusia, dan kalau Dia sungguh tinggal di tengah manusia maka Dia juga membawakan damai sukacita, seperti juga yang dirasakan oleh para gembala. Karena itu berita kesukaan yang diserukan oleh malaekat semestinya juga kita syukuri, kita sambut dengan sukacita, kita resapkan di dalam hati sanubari kita, dan kalau kita merayakan kelahiran-Nya maka kita juga lalu diajak membangun sikap seperti yang dibuatnya. Seperti yang diteladankan-Nya. Bila kita menjumpai, menemui saudara kita yang tertimpa musibah, yang mengalami kesulitan. Yang mengalami penderitaan, mungkin karena kehilangan pekerjaan akibat resesi ekonomi yang berkepanjangan seperti sekarang karena kehilangan sumber hidup kehilangan tempat tinggal karena digusur menjadi tugas kita untuk mewartakan kabar sukacita ini mereka tidak sendiri, Tuhan datang menemani kita, dan itu berarti membangun kembali kehidupan sehingga kalau kita merayakan kelahiran-Nya maka kita diajak bersama Dia yang kita sambut kelahiran-Nya. Untuk membaharui kehidupan untuk tidak menyerah pada kesulitan tetapi berani menghadapinya karena yakin Dia juga akan menolong, membantu kita, karena Dia menjadi teman sepenanggungan, teman sependeritaan kendati Dia nampak sebagai bayi kecil yang lemah. Oleh karena itu Ibu bapak, saudari-saudara sekalian dalam suka cita dan kegembiraan menyambut kelahiran-Nya tidak lupa semestinya juga memohon agar kelahiran-Nya sungguh menguatkan kita semua lebih-lebih saudara-saudari kita yang menderita yang terlupakan yang terpinggirkan sehingga merekapun dapat ikut serta merasakan sukacita dan dikuatkan. Selamat merayakan Natal, menyambut kelahiran penyelamat kita. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar