Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Kamis, 12 Februari 2009

Kotbah Romo Ignatius Dradjat Soesilo, SJ

Romo Ignatius Dradjat Soesilo, Sj
”Yesus Kristus Raja Semesta Alam”
Ekaristi Tgl 23 November 2008

Ibu-bapak saudara-saudari, adik-adik yang terkasih dalam Tuhan. Selamat sore, siapa diantara ibu-bapak adik-adik yang tidak pernah mendengar atau kenal yang namanya raja, silahkan tunjuk jari.
Untuk masyarakat Yogya. Istilah raja, lebih mudah dikenal. Karena di daerah ini dipimpin oleh seorang raja, yang lebih dikenal dengan Sultan. Siapa Sultan kita ? Siapa?
Hamengku Buwono, ke berapa? Ke Sepuluh.
Hari ini kita merayakan seorang Raja. Tetapi bukan sembarang Raja, kita rayakan pada hari ini. Kita merayakan Kristus Raja Semesta Alam. Sebagai Raja, Ia bakal menghakimi semua bangsa dan penghakiman-Nya itu tidak terjadi semena-mena dan sembarangan. Kalau Raja, pemimpin ataupun hakim sering mengahikimi orang berdasarkan apa mereka dekat atau tidak, apakah mereka bisa menyumbangkan sesuatu untuk kepentinganku. Tetapi Yesus, sebagai seorang Raja yang akan menghakimi itu Dia akan menghakimi semua bangsa dengan seadil-adilnya. Tidak melihat siapa orangnya. Tetapi yang dilihat adalah apa yang telah Dia lakukan selama dia, masih hidup ditengah-tengah dunia ini. Apakah dia memiliki kepedulian terhadap saudaranya yang menderita, atau tinggal diam dan tanpa peduli ketika melihat orang yang sedang menderita. Apakah dia memiliki keprihatinan ketika melihat orang yang telanjang, yang kelaparan, ataukah dia hanya duduk enak-enak mementingkan diri sendiri. Yesus adalah Raja dan sekaligus Dia akan menjadi hakim yang adil untuk semua bangsa berdasarkan perbuatan seseorang terhadap sesamanya. Kalau orang berbuat baik dan mau melayani, serta memiliki solidaritas, terhadap saudara-saudarinya yang menderita, maka ia akan memperoleh ganjaran. Tetapi sebaliknya bila hanya mementingkan diri sendiri dan tanpa pernah peduli terhadap sesamanya yang menderita dia akan memperoleh hukuman.
Yang kedua sebagai seorang Raja dia sungguh-sungguh mengenal rakyatnya. Tidak seperti pemimpin di jaman sekarang ini dimana pura-pura sok kenal ketika akan terjadi proses pemilihan. Tetapi ketika sudah dipilih, lupa akan siapa yang memilih. Bahkan hanya mementingkan dirinya sendiri, atau kelompoknya, atau keluarganya.
Tetapi Yesus sebagai seorang Raja, Dia sungguh mengenal rakyatnya. Bagaikan gembala yang mengenal domba-dombanya. Dikatakan dalam bacaan yang pertama. Aku sendiri akan meng-gembalakan domba-domba-Ku. Dan aku akan membiarkan mereka berbaring dan lebih lanjut dia mengatakan demikian, ”Yang tersesat akan kubawa pulang yang luka akan kubalut, yang sakit akan kukuatkan, serta yang gemuk dan kuat akan kulindungi.
Dengan kata lain Yesus adalah seorang Raja, Raja yang benar-benar mau mengenal siapakah kita yang menjadi umat-Nya. Bahkan Dia, menurut Paulus menanggalkan ke Allahan-Nya. Dan merendahkan diri menjadi manusia sama seperti kita supaya dia bisa mengenal kita semua.
Yang ketiga, Yesus adalah Raja yang mau mengidentifikasikan diri-Nya sebagai orang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan cacat. Kalau kamu tidak melakukan sesuatu kepada saudara-Ku yang paling hina ini, kamu tidak melakukkanNya untuk Aku. Yesus bukanlah seperti pemimpin dimana merasa dan sok dekat dengan orang kecil. Kita tahu sebentar lagi akan ada pemilu. Dan sebentar lagi partai-partai itu pasti akan mendekati masyarakat, dengan berbagai macam program, yang sok merasa dekat, yang sok merasa kenal, yang sok merasa mau menolong tetapi, setelah mereka dipilih, lupa terhadap penderitaan rakyatnya. Tetapi Yesus bukan pribadi yang seperti itu. Yesus adalah pribadi dan Raja yang benar-benar peduli, bahkan mengidentifikasikan dirinya sebagai orang kecil, kalau kamu menolong saudaraKu yang paling hina ini kamu melakukannya untuk Aku. Apa relevansinya kita merayakan Kristus Raja Alam semesta untuk kita dijaman sekarang. Sebagai pengikut-pengikut Yesus, tidak cukup kita beribadah memuji, memuliakan nama Allah di dalam gereja. Iman kita akan Allah itu harus kita wujudkan dalam perbuatan yang nyata, melalui sikap solider, dan membangun solidaritas terhadap seorang-sama, lebih-lebih mereka yang berke-kurangan, mereka yang membutuhkan perhatian, mereka yang benar-benar menderita, kita harus terbuka mengulurkan tangan supaya kasih Allah semakin bisa dirasakan oleh banyak orang.
Ibu- bapak, saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan, saya menghaturkan terimakasih, kepada ibu dan Bapak, yang selama kurang lebih, dua tahun lebih tiga bulan, boleh bersama-sama, hidup dalam kebersamaan dengan anda semua, saya sungguh-sungguh merasa, diperkembangkan imamat saya, ketika saya boleh melayani anda, semua. Sebentar lagi tanggal satu Desember, saya akan pindah ke paroki Isidorus Sukorejo, tadi ada yang tanya Sukarejo itu mana, to? Apanya Solo. Sukorejo itu dekatnya Waleri, Temanggung Parakan, saya akan pindah diparoki desa, dimana di situ, kurang lebih ada empat belas Stasi yang tersebar, sampai kepelosok-pelosok dan juga disitu ada Asrama yang menampung, anak-anak yang menginginkan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Maka pada kesempatan ini pertama-tama saya sungguh ingin menghaturkan termakasih yang sedalam-dalamnya dan setulus-tulusnya, akan kebersamaan kita. Akan saya boleh hadir bersama-sama ditengah ibu dan bapak, dan saya, sungguh merasa, bahwa Gereja Kotabaru ini sungguh Gereja yang luar biasa, sungguh merupakan Gereja yang terbuka, banyak orang datang, ke Gereja ini dan mereka kemudian menjadi kenal satu sama lain, justru di tempat ini juga. Tetapi Gereja Kotabaru, bukan hanya milik orang Kotabaru tetapi milik banyak orang. Bahkan ketika saya kemarin serah terima di Sukorejo, ”Romo saya kalau ke Yogya, pasti Gerejanya ke Kotabaru, lho... banyak orang Sukorejo mengatakan demikian. Gereja Kotabaru adalah tempat dimana banyak orang bisa berkumpul bertemu, untuk saling berkomunikasi, saling memuji dan memuliakan, lebih-lebih Allah Tuhan kita tetapi Gereja Kotabaru, juga merupakan Gereja yang terbuka, bukan hanya untuk menyambut semua orang datang kesini, tetapi juga memiliki keterbukaan dan kepedulian terhadap mereka yang membutuhkan uluran bantuan kita. Maka ini sungguh-sungguh memperkembangkan dan mendewasakan serta menguatkan imamat saya, saya boleh mengalami pengalaman bersama anda semua. Dan kalau ada sesuatu yang barangkali tidak mengenakkan, Romo Dradjat itu nek kotbah rasah nggo mic wis do krunggu, .. banter banget, atau ada kata-kata yang barangkali sedikit menyinggung perasaan ibu-bapak saya dengan segala kerendahan hati, dan kejujuran hati ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Ibu dan Bapak saudara-saudari selalu ada dalam doa-doa saya, meskipun saya pindah, dan saya masih berharap ibu dan bapak juga, mendoakan saya untuk semakin, bisa melayani umat dengan baik, diparoki yang akan saya tinggal hidup di sana. Juga secara khusus, saya ingin menghaturkan terimakasih, untuk Romo Wisnumurti yang boleh bersama-sama dengan beliau, saya hidup berkomunitas, dengan beliau, ditempat ini sungguh merupakan pengalaman yang menyenangkan, sekali lagi, terimakasih, atas segala kebersamaan kita, Amin. ( Aplaus... )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar