Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Kamis, 12 Februari 2009

Kotbah Romo Martin Suhartono, SJ

Romo Martin Suhartono, Sj
”Mencari terang sejati.”
Injil Yohanes 1 : 6-8.19-28
Ekaristi Tgl 14 Desember 2008

Saudari-saudara ter-kasih, selamat sore. Ada seorang pemuda yang mencari terang sejati. Ia haus akan Tuhan, ia merindukan kebenaran, dan ia mendambakan pencerahan, yang dapat memberikan jawaban atas segala masalah kehidupannya. Ia pun mulai bermeditasi, berdoa, dan berpuasa. Ia nglakoni, orang jawa bilang. Tapa ngebleng, tidak kena sinar matahari, tidak kena sinar lampu, dalam kegelapan saja. Ia topo kungkum berendam disungai telanjang bulat, tidak apa-apa. Ia topo pendem, di pendem badannya seluruhnya di bawah tanah, hanya kepalanya yang nongol diatas, sampai di thotholi ayam, dikencingi anjing, ia tetap bertahan dalam topo pendem itu. Topo ngrowot, cuma makan rumput, ia pun tahan, tapi hatinya, masih belum mencapai pencerahan, ia pun mencari guru-guru rohani, kemana-mana, ia belajar, menyerap ilmu mereka, tetapi hati juga belum terpuaskan, sampai suatu hari dalam doanya ia mendengar bisikan, bahwa untuk mencari pencerahan dan kesempurnaan itu ia harus bertemu seorang Pertapa Suci, yang bertapa diatas puncak gunung yang tinggi, sulit dijangkau oleh manusia. Dan bisikan batin itu memperingatkan juga, ‘Disana nanti akan diberitahukan kepadanya bagaimana ia bisa mencapai kesempurnaan. Tapi ia hanya punya kesempatan mengajukan tiga pertanyaan, bukan tiga permintaan tetapi tiga pertanyaan maka ia harus mempersiapkan sungguh-sungguh.
Mulailah dia berpikir secara Filosofis, Teologis, mencoba merangkai, merumuskan tiga pertanyaan yang akan membawa dia ke pencerahan. Dan ia pun mulai perjalanannya. Lautan diseberangi, gunung-gunung di daki, semuanya dilewati, hutan belantara yang gelap, perjalanan amat sulit, berhadapan dengan perampok, monster-monster, vampir-vampir, apapun dia hadapi tanpa gentar, sampai suatu hari ia setelah melalui perjalanan mendaki gunung yang tinggi itu, beruang kali hampir ia terjungkal masuk ke jurang, tetapi ia tetap fokus, itulah tujuan kepuncak gunung, aku harus sampai kesana. Dan akhirnya tiba di puncak gunung, ada suatu pondok kecil, puncak gunung itu dikelilingi sedikit oleh salju; ia pun dengan hati berdebar-debar penuh gairah inilah pencerahanku, ia pun mengetok pintu pondok itu, ia membayangkan katanya pertapa suci ini sudah bertapa puluhan tahun. Tentunya ini seorang pertapa tua renta kepalanya suduh gundul jenggotnya panjang, tapi ternyata, ketika pintu pondok terbuka, aduhai, pusinglah dia tujuh keliling, karena ternyata gadis muda keluar. Kinyis-kinyis, kecantikannya, aduhai, bukan main mengalahkan segala mis-misan, dan lebih parah lagi atau lebih menggairahkan lagi, ia pakai bikini minim sampai tubuhnya pating pecotot kemana-mana. Alamak hilanglah lupalah segala pertanyaan filosofis, yang sudah dipersiapkan, dana malah dia bertanya,
“e.. maaf-maaf anda sudah bersuami?”
Gadis itu menjawab, “Sudah”
Lalu pertanyaan kedua, dia dengan penuh gairah dia bertanya, “Tetapi apakah suamimu dirumah?”
Pertapa itu menjawab, “Tidak.”
Dengan penuh gairah melihat ke peluang yang indah dia bertanya,” Kapan suamimu pulang”
Dan pertapa itu menjawab, ” Sebentar lagi.”
Nah sudah habis tiga pertanyaan silahkan pergi. Pemuda itu pun melongo, menyesali dan terlihat dihadapan matanya, gadis muda itu tiba-tiba berubah wujud menjadi nenek-nenek yang tua renta dan tertatih-tatih memasuki pondoknya.
Saudara-saudara terkasih, ada pepatah, ”Malu bertanya, sesat dijalan.” Tetapi bisa juga dari cerita tadi kita lihat, salah bertanya tidak mencapai tujuan.
Salah bertanya karena kita kehilangan fokus, kehilangan orientasi. Sang pemuda mencari terang sejati, mencari kesempurnaan mencari pencerahan, dan menyiapkan segala macam pertanyaan yang mendasar tentang kehidupan, tapi tidak fokus akhirnya terlena oleh kelemahannya.
Hari ini kita dengarkan saudari terkasih bagaimana orang-orang Yahudi di Yerusalem itu mengutus para imam dan orang Lewi, untuk menemui Yohanes Pembaptis, dan mari kita lihat, kita amati, bagaimana jenis pertanyaan yang mereka ajukan, apakah fokus, atau tidak.
Pertanyaan mereka, mereka bertanya siapakah Engkau, apakah Engkau Elia, apakah Engkau Mesias, apakah Engkau nabi yang akan datang. Dan anehnya, Yohanes Pembaptis itu menjawab, aku bukan mesias, coba kalau anda bertanya kepada saya, ”Romo ini siapa?
Lalu saya jawab, ’Saya bukan Romo Wisnu, Saya bukan Romo Heru, tentu anda merasa heran. ’Ini orang gimana-sih, tanya siapa kok malah, jawabnya bukan. Tapi dari jawaban, Yohanes itu kita tahu bahwa dia sadar. Orang-orang ini mencari mesias, maka dia bilang Aku bukan Mesias, orang-orang ini mencari kesempurnaan. Dan dia mengatakan Aku bukan kesempurnaan itu.
Aku hanya menunjukkan kemana kesempurnaan itu dapat engkau capai. Tapi ternyata apa yang terjadi dasar mereka itu utusan dari para penguasa, para penguasa kalau anda bertanya, ’Anda mencari Mesias misalnya. Lalu datang kepada saya, ’He apakah engkau Mesias.’
Lalu saya bilang, ’Saya bukan Mesias.’
pertanyaannya lebih lanjut apa? Logisnya saja. Lalu anda bertanya apa? Kita lihat orang Farisi ini malah bertanya. ’Kalalu engkau bukan Mesias, bukan Elia, bukan nabi yang akan datang, mengapa engkau membaptis?
Inilah dia. Para penguasa biasanya terlalu tergoda oleh pertanyaan tentang, Power, kuasa, hak legalitas, pertanyaannya, mana legalitasmu, untuk membaptis, padahal seharusnya pertanyaan apa. Kalau anda berhadapan dengan situasi sejenis. Anda mencari mesias, anda pikir orang ini mesias
”Apakah kamu Mesias?”
Dan dia bilang, ’Bukan, aku bukan Mesias.’ Pertanyaan lebih lanjut apa?
Anda tentu bertanya, ’Kalau begitu di manakah Mesias? Kalau engkau bukan Mesias, dimana mesias yang sejati. Dan Yohanes Pembaptis mengatakan itu. Dia mengatakan di tengah-tengah kamu ada yang berdiri lebih berharga. Lebih penting daripada aku. Tapi dasarnya mereka sudah tidak fokus lagi. Orang-orang ini kembali ke Yerusalem tidak berbuat apa-apa. Bagaimanakah pertanyaan orang lain. Tadi ini kisah dari Injil Yohanes saudara-saudara. Kalau kisah serupa anda baca dalam Injil Markus, Matius dan Lukas anda akan mendapati bahwa ada golongan orang lain, mereka itu datang kepada Yohanes Pembaptis mengaku bertobat, mengakukan dosa dan dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Bahkan lebih daripada itu pertanyaan muncul. Bukan siapa Yohanes Pembaptis itu? Tapi pertanyaannya dari Injil Lukas orang banyak bertanya kepada Yohanes Pembaptis; ’Apa yang harus kami perbuat?’
Inilah pertanyaan yang tepat, ’Apa yang harus kami perbuat’. Para pemungut cukai bertanya juga, guru apakah yang harus kami perbuat. Para prajurit bertanya juga dan kami apa yang harus kami perbuat. Inilah tidak mempersoalkan lagi, tidak fokus seperti para imam dan orang lewi. Mereka terfokus, ”Aku mau mencapai kesempurnaan dan apa yang harus kami buat?
Dan Yohanes Pembaptis menjawab, demikian pada orang banyak dia berkata, ”Barang siapa punya dua helai baju, hendaklah dia membaginya dengan yang tidak punya. Barang siapa punya makanan, hendaklah dia berbagi makanan juga dengan orang lain. Dan pada para pemungut cukai. Bila ada orang yang kerja di kantor pajak jangan tersinggung.
”Apa yang harus kami perbuat?”
Yohanes menjawab, ” Jangan menagih lebih banyak daripada yang telah ditentukan bagimu.”
Dan prajurit yang bertanya begitu juga Yohanes Pembaptis menjawab, ” Jangan merampas, jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu.” kalau ada yang Tentara jangan tersinggung pada saya, marahlah pada Yohanes Pembaptis. Jangan me-meras, jangan merampas, cukupkanlah dengan gajimu.
Saudara-saudara terkasih, marilah kita bayangkan nanti di rumah anda, bayangkan melakukan perjalanan ke sungai Yordan, bertemu dengan Yohanes Pembaptis, coba anda kira-kira pertanyaan apa yang anda akan rumuskan. Lalu kalau anda tergoda, atau terdorong untuk bertanya? Seperti mereka ini, ”Apa yang harus kami perbuat?” Coba apa jawaban Yohanes Pembaptis bagi anda?”
Setiap orang, Yohanes menjawab permasalah yang dihadapi orang itu dan biasanya yang dihadapi orang itu adalah kelemahan-kelemahan kecil. Sama seperti pemuda tadi, yang mencari terang sejati, ia berpikir, sudah bertapa, berpuasa, berdoa, meditasi, mengalahkan segala monster, ternyata masih terlena oleh nafsu birahinya.
Begitu pula kita dalam kehidupan sehari-hari. Kita biasanya tersandung bukan oleh batu yang besar. Tetapi tersandung oleh batu kerikil yang kecil-kecil. Kita tersandung oleh hal kecil.
Ada kisahnya. Seorang pemuda juga, setan mau menggodai dia. Diajak untuk memperkosa. Dia tidak mau, ’Itu melawan perintah Tuhan’. Dia diajak untuk membunuh orang dia bilang juga, ’Tidak itu melawan perintah Tuhan’. Akhirnya disodori apa? Beer dia pikir, ’Wah beer wah nggak apa-apa. Satu gelas, mulai dari satu gelas, dua gelas, tiga gelas, akhirnya dia mabuk. Pulang sempoyongan, ketemu gadis, ...waaaduhhh. karena dibawah kuasa beer, dia memperkosa gadis itu, dan orang lewat, wah dia kaget, ini ketahuan, gadis yang teriak-teriak dibunuh dan orang yang lewatpun dibunuh.
Itulah saudari dari yang kecil akhirnya dia malah terposok jauh lebih lagi di dalam dosa-dosanya. Silahkan temukan dalam diri anda sendiri kelemahan-kelemahan itu. Saudari-saudara terkasih apakah yang harus kita perbuat? Orang banyak datang kepada Yohanes Pembaptis mengakukan dosanya, bertobat dan memberi diri dibaptis. Dihari-hari mendatang menjelang Natal ini di banyak gereja saya kira di setiap gereja setiap hari pagi, dan sore di sediakan kesempatan untuk mengaku dosa, gunakanlah kesempatan itu, tanyalah kepada diri sendiri manakah kerikil-kerikil kelemahan-kelemahan yang ternyata, menjadi batu sandungan bagi anda. Anda mungkin sudah berpuasa, sudah berdoa, sudah sering ke gereja, tetapi mungkin masih ada kelemahan-kelemahan dan ada dosa-dosa kecil-kecil yang kalau dibiarkan tumbuh itu bagaikan rumput menjadi alang-alang akhirnya menjadi hutan belantara dan justru menghambat anda. Anda tidak fokus lagi pada tujuan anda mencari terang yang sejati. Maka datanglah gunakanlah kesempatan ini. Langkah pertama, adalah anda mengenal diri anda sendiri. Kelemahan dan dosa-dosa yang kecil-kecil yang akan menjadi batu penghalang bagi anda. Kedua akukanlah itu dihadapan Tuhan melalui wakilnya untuk mendapatkan pengampunan dosa, dan untuk mendapatkan kekuatan agar dapat mengalahkan segala kelemahan itu. Dan yang ketiga datanglah datanglah seperti Yohanes Pembaptis, dia hanya penunjuk jalan, dia hanya menunjuk pada terang sejati, Yesus sendiri datanglah kepada Kristus dan bertanya Yesus Tuhanku apakah yang harus kuperbuat untuk mencintai engkau lebih lagi. Untuk mengenal Engkau lebih lagi dan untuk megikuti Engkau lebih dekat lagi. Tujuannya semuanya terfokus agar kita menjadi seperti Kristus sendiri menyerupai Dia Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar