Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Selasa, 16 Februari 2010

Kotbah Romo RM. Wisnumurti, SJ

Perayaan Natal 2009
Ekaristi Tgl 25 Desember 2009
Injil Lukas 2 : 15 – 20

Ibu-bapak, saudari-saudara yang berbahagia, yang berpesta menyambut kelahiran Yesus Kristus penyelamat kita.
Bila menghadapi kelahiran manusia baru, kalau anda ditanya mengapa seorang bayi ketika lahir menangis? Mungkin jarang yang menanyakan itu, hanya setahu saya kalau bayinya tidak menangis malah dibuat supaya menangis. Memang mungkin pertanyaan aneh tetapi dapat menjadi permenungan kita di malam Natal pada hari kelahiran Yesus Kristus juru selamat kita.
Kalau mendengar pertanyaan seperti tadi barang kali kalau seorang bidan atau orang yang bekerja di ling-kungan kesehatan mem-punyai jawaban tersen-diri. Setelah kelahi-ranNya tangis bayi masih akan terdengar terus, kalau dia lapar, menangis. Kalau ia takut, menangis. Kalau ia haus, menangis. Kalau ia merasa kedinginan, membutuhkan kehangatan ia menangis. Tangis bayi memang menjadi bahasa yang penuh makna. Yang kadang-kadang juga tidak selalu mudah untuk ditangkap dan ditafsirkan. Tetapi tangis bayi itu mempunyai arti, salah satunya adalah memperlihatkan bahwa manusia itu lemah, manusia itu ringkih. Apalagi seorang bayi tidak dapat hidup tanpa pertolongan atau kasih sayang orang tuanya. Atau sanak saudaranya yang lain. Dan ia masih membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi dewasa. Proses pendewasaan itu juga tidak akan berjalan dengan baik kalau dia tidak berada di lingkungan yang baik pula.
Karena itu kelahiran Yesus sebagai bayi, disatu pihak menyadarkan kita manusia akan kelemahan, keringkihan, kerentanan kita. Tapi dilain pihak juga menyadarkan kita, akan kemampuan untuk memberikan kasih serta kesempatan kepada manusia untuk bisa berkembang dan menjadi dewasa secara utuh.
Keadaan ringkih dan lemah manusia dengan sangat bagus diungkapkan dalam Kitab Yesaya dalam bacaan pertama tadi dengan menggambarkan bangsa yang berjalan di dalam kegelapan, yang diam di negeri kekelaman. Kuk yang menekannya dan gandar diatas bahunya. Itu menggambarkan situasi ditempat kege-lapan, tempat tidak ada kehidupan. Dan memang Galilea menjadi daerah gelap. Ketika penduduknya di angkut dibuang ke Asiria dimana ketempat itu dimasukkan macam-macam orang lain yang tidak menyembah Allah yang dikenal oleh orang Israel. Hidup umat terpilih lalu menjadi kelam ketika mereka tidak lagi bisa menunaikan kewajiban ibadah mereka kepada Allah. Namun keadaan yang lemah, yang ringkih semacam itu bukanlah situasi yang tanpa harapan. Tuhan semesta Allam akan mengubah keadaan dan mengubah umatnya diliputi sukacita, dan damai sejahtera sejati yang berlandaskan pada keadilan dan kebenaran. Itu yang tadi juga kita dengar dalam nubuat Yesaya dalam bacaan pertama tadi.
Dalam kitab nabi Yesaya yang juga dikenal sebagai nabi penghiburan karena dalam keadaan yang gelap tadi Yesaya selalu menyebutkan bahwa Tuhan memperhatikan umatNya. Maka dalam kitab Yesaya digambarkan sukacita dan damai sejahtera yang akan diwujudkan oleh seorang anak, anak kecil bahkan disebut penasehat ajaib, Allah yang berkat, Allah yang perkasa. Bapa yang kekal Raja damai yang mempunyai kekuasaan besar, itu nubuat yang disampaikan oleh Yesaya dalam bacaan pertama tadi. Kendati yang mau digambarkan kebesaran Allah yang menyelamatkan umatnya, namun itu hadir dalam kelemahan manusia, dalam bayi kecil.
Oleh Lukas yang menulis Injil yang kita dengar hari ini apa yang dinubuatkan itu, dipahami sebagai janji, janji yang semuanya akan terjadi lewat warta yang dibawa oleh malaekat kepada para gembala dengan kelahiran Yesus Kristus. Maka para malekat menyatakan kepada para gembala itu. Hari ini telah lahir bagimu juru selamat yaitu Kristus Tuhan di Kota Daud, di Betlehem. Ternyata Sang Juru Selamat datang untuk mengangkat manusia dari naungan kegelapan dan kekelaman hidupnya yang digambarkan dalam nubuat Yesaya tadi untuk bisa diselamatkan. Memang kelahiran penyelamat Yesus Kristus yang dinubuatkan berabad-abad sebelumnya. Yang dinantikan oleh banyak orang yang ditunggu-tunggu oleh penulis injil Lukas tadi. Digambarkan dengan sangat singkat dan sangat sederhana bahwa Ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya ke palungan karena tidak ada tempat baginya di rumah penginapan.
Itulah gambaran kelahiran Juru selamat yang ditunggu, yang dinanti, yang dinubatkan berabad-abad, tetapi ketika Dia datang tidak ada yang mengenal. Ketika dia lahir tidak ada yang bertamu kecuali orang-orang kecil. Orang yang biasanya terpinggirkan. Juru Selamat sendiri lalu menjadi bayi kecil, yang ringkih, yang lemah Santo Paulus dalam salah satu suratnya pernah menulis Ia yang kaya, mau menjadi miskin demi umatnya supaya kamu menjadi kaya oleh kemiskinannya.
Dengan kata lain apa yang dibuat, oleh sang Juru Selamat merendahkan diri menjadi bayi kecil yang lemah dan mungil itu mau menunjukkan bahwa Dia sungguh mau menjadi sesama bagi kita. Menjadi salah satu, salah seorang dari kita. Supaya lalu dengan menjadi manusia, manusia bisa memahami apa yang menjadi kehendak Allah. Dengan menjadi manusia sama bagi kita Dia solider, mau mengalami nasib seperti yang dialami oleh semua manusia, yang ringkih, yang lemah, yang terbatas. Ia ingin mengajak manusia dari kegelapannya. Bukan dari luar melainkan dari dalam, maka Dia menjadi manusia. Menjadi salah satu dari antara kita. Dan jalan itu ditempuh terus dengan konsekwen. Dan kelak akan membawa Dia ke kayu Salib tempat dimana Dia menunjukkan puncak kesetiakawanannya, solidaritas dengan manusia dan sekaligus kesetiaannya kepada Allah yang berkehendak untuk memberikan keselamatan dan damai sejahtera kepada manusia.
Perubahan dari keadaan gelap kelam menuju sukacita dan sejahtera dikatakan dengan cara yang sederhana oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada Titus, dalam bacaan kedua tadi. Dengan bentuk ajakan. Ajakan untuk hidup selaras dengan karunia, rahmat yang telah diterima itu. Ajakan untuk mengembangkan sikap-sikap yang konkret yang bisa dijalani oleh manusia. Melalui rahmat manusia di didik supaya meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi, supaya hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini. Dengan melakukan penggenapan-pengenapan kita yang penuh bahagia dan kenyataan kemuliaan Allah yang mahabesar dan juru selamat kita Yesus Kristus yang telah menyerahkan dirinya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan. Itulah yang digambarkan dari Rasul Paulus sekaligus menjadi kerangka bagaimana semestinya, kita menanggapi menyambut kelahiranNya dengan berusaha hidup baik. Berusaha untuk menjauhi hal-hal yang berlawanan dengan semangat Dia yang mau menjadi penyelamat kita ini.
Ibu-bapak saudari-saudara yang terkasih dalam Tuhan, karena itu hari raya Natal kelahiran Yesus Kristus bagi kita semua menjadi hari pengharapan, karena kepada manusia kita yang lemah dan ringkih ini diwartakan sukacita dan damai sejahtera serta hidup yang sejati. Natal juga merupakan hari kegembiraan karena Allah berkenan menyatakan kasih karuniaNya dalam diri Yesus yang mau solider, mau bersetiakawan dengan kita.
Natal sekaligus juga berupa perutusan kepada kita agar membuat rahmat kasih karunia dari Allah yang nampak yang sudah dialami itu menjadi semakin dirasakan oleh semua orang sehingga banyak orang bukan hanya ikut bersuka cita tetapi sungguh dapat merasakan keselamatan yang dibawaNya. Karena itu kalau itu semua dirangkumkan berarti kelahiranNya menjadi anugerah hidup baru bagi kita dalam doa, dihadapan kanak-kanak Yesus tadi sebetulnya sudah dirangkumkan harapan-harapan kita semua. Terutama juga harapan yang selama ini diarahkan oleh Keuskupan Agung Semarang terutama membangun Habitus baru, habitus baru berdasarkan kesadaran akan anugerah hidup baru yang diberikan oleh Tuhan yang harus kita kembangkan. Harus kita bagikan, harus kita teruskan bagi sesama kita. Karena itu bila kita sungguh menerima menyambut anugerah hidup baru itu semestinya juga lalu membaharui hidup kita mendorong kita menerima tugas perutusan untuk membantu menjadi pewarta damai sukacita, kegembiraan, kesejahteraan kepada sesama, karena memang itulah yang dibawa oleh Dia yang mau Solider dengan kita. Selamat menyambut kelahiranNya, selamat merayakan Natal, selamat berbahagia. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar