Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Selasa, 16 Februari 2010

Kotbah Romo RM. Wisnumurti, SJ

“Perhatian pada masayarakat yang kecil”
Ekaristi Tgl 20 Desember 2009
Injil Lukas 1 : 39 - 45

Ibu-bapak, saudari-saudara terkasih dalam Tuhan. Tanpa terasa rupa-rupanya perjalanan kita mempersiapkan kedatangan penyelamat sudah semakin mendekati saatnya. Sekurangnya nampak dari apa yang kita lihat didepan keempat lilin, pada korona Adven sudah dinyalakan. Korona Adven dengan lilin yang melambangkan perjalanan kita mempersiapkan kedatangan penyelamat kalau pada minggu pertama lilin yang dinyalakan berwarna ungu tua, yang melambangkan juga mungkin karena masih jauh dan kita belum mempersiapkan apa-apa, hati kita yang masih diliputi susana kegelapan suram, yang semakin lama, menjadi semakin terang warnanya dan lilin ke empat warnanya putih, melambangkan kebersihan yang memang diharapkan juga menggambarkan kebersihan kita menyambut kelahiran Juru Selamat dan itu juga memperlihatkan semakin pantas untuk menerima kelahiranNya di dalam hati kita.
Maka semakin dekat dengan hari yang kita siapkan kiranya juga persiapan kita semestinya menjadi semakin intensif. Persiapan yang bukan hanya lahirah misalnya menyiapkan nanti pestanya apa? Atau waktu kecil saya ingat kalau mau Natal selalu harus dibuatkan baju baru. Seperti kalau orang mau lebaran. Maka untuk anak-anak juga senang merayakan Natal. Lalu bacaan-bacaan yang di tawarkan kepada kita ada beberapa renungan yang bisa kita lihat sebagai refleksi apakah kita selama perjalanan ini sungguh menyiapkan diri agar perayaan itu dapat kita rayakan dengan sebaik-baiknya.
Dalam bacaan pertama yang kita baca, kita dengar hari ini, dikutip dari kitab Nabi Mika. Mungkin nama Nabi itu tidak terlalu familier, jarang hanya dalam beberapa kesempatan tertentu disebut namanya dan ditampilkan. Memang nabi Mika itu tergolong nabi kecil. Lain seperti misalnya, Nabi Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, nabi-nabi besar dalam perjanjian lama. Yang karena tulisannya yang banyak juga sering kali dikutip di banyak kesempatan. Tetapi sebetulnya nabi Mika ini hidup sejaman dengan nabi Yesaya. Nabi yang memperhatikan kehidupan orang-orang kecil, orang sederhana, orang yang tinggal di tempat-tempat yang kecil. Mungkin juga bisa disebut nabi pedesaan. Nabi ndesa.
Tapi apa yang diungkapkan sebetulnya mengajak kita untuk merenung dan merefleksikan perjalanan hidup kita. Seperti yang disampaikan, inilah firman Tuhan, ‘Hai Betlehem, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari pada akan bangkit seorang yang akan memerintah Israel.’ Kata-kata itu mengingatkan kepada kita bahwa tidak selalu yang kecil itu tidak berarti.
Betlehem kalau disebut memang barang kali bagi orang pada jaman itu menyiratkan sesuatu, walaupun tempatnya kecil, walaupun barangkali kalau mau dicari di peta tidak ketemu. Tetapi Betlehem adalah tempat asal-usul raja besar bangsa Israel yaitu raja Daud. Maka Betlehem mempunyai tempat khusus kendati kecil tetapi mempuyai nilai, mempunyai arti. Lebih-lebih lagi apa yang dikatakan, “ dari padamu akan bangkit bagiku seorang yang akan memerintah Israel. Yang disebut-sebut sebagai keturunan Daud. Itulah Dia Mesias, yang terhitung berasal dari keturunan Daud. Berasal dari kawasan Betlehem. Maka apa yang disampaikan oleh nabi mengingatkan kita bahwa mutu seseorang tidak ditentukan hanya dengan penampilan. lain seperti yang sekarang sering kita alami. Iklan-iklan selalu menawarkan sesuatu supaya seorang nampak wah. Kalau pakai baju bermerek, maka orang melihat wah hebat. Wah mengikuti mode. Kalau aseksoris yang dipakai, perlengkapan hidupnya juga seperti yang selalu ditawarkan oleh iklan-iklan, kalau anda mau disebut hidup modern pakailah produk ini. Kalau anda mau disebut mengikuti jaman kenakanlah produk yang itu.
Bukan itu yang menentukan mutu hidup seseorang. Tetapi bagaimana perjuangannya bagi orang lain. Dan itu ditampilkan oleh Daud. Daud yang ketika dipilih sebetulnya juga tidak mempunyai penampilan yang Istimewa. Bahkan dibandingkan dengan saudara-saudaranya dia kalah. Namun yang kecil, yang sederhana itu dikagumi dan dihargai kemudian.
Kebesaran dan kekuasaan baik yang kemudian dirasakan oleh seluruh bangsa bukan dari asal-usulnya karena dia berasal dari orang biasa juga. Melainkan itu semua dari anugerah Allah. Dan anugerah itu kemudian dimanfaatkan oleh Daud, didayagunakannya untuk kehidupan bersama, untuk membangun bangsanya. Maka kendati kecil mempunyai arti, kendati kecil bermakna, karena itu perjalan kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan Juru Selamat, dapat juga kira refleksikan dengan menanyakan bagaimana kita mengisi hidup kita, apakah yang kita tampilkan sekedar mencari penghargaan dari orang lain? Apakah kita selalu bertahan pada gengsi supaya orang lain melihat kita? Atau kita sungguh-sungguh berusaha juga untuk memberi perhatian yang selama sekurang-kurangnya empat tahun terahkir ini berulang kali disebut dalam fokus perhatian Arah Dasar Keuskupan Agung Sema-rang, yang disingkat MLT mereka yang kecil, yang miskin, yang lemah, yang tersingkir, atau juga yang cacat apakah juga hidup kita memberi sumbangan yang berarti untuk mereka. Kalau itu yang diupayakan maka kita melangkah maju menjadi semakin dekat dengan Tuhan yang hadir.
Bacaan kedua ini juga menawarkan permenungan menjelang akhir masa Adven ini yang ditampilkan adalah Yesus Kristus sebagai imam besar yang sempurna. Namun kebesaranNya itu terutama nampak dari bagaimana dia melaksanakan kehendak Allah sepenuhnya. Seperti yang dikatakan Aku datang untuk melaksanakan kehendak Allah. Dan berkat pelaksanaan kehendak Allah oleh Yesus Kristus keselamatan umat manusia, keselamatan kita semua terjamin. Bagaimana Yesus Kristus melaksanakan menjelmakan kehendak Allah itu dilaksanakan dengan setia, dilaksanakan dengan taat. Maka dalam ketaatan dan kesetiaan itulah jalan keselamatan bagi manusia mendapatkan jaminan, mendapatkan dasar. Sehingga kita boleh menikmati keselamatan karena ketaatan dan kesetiaan Yesus Kristus.
Karena itu juga bisa menjadi bahan refleksi bagi kita sejauh mana kita mencoba setia pada jalan pelaksanaan kehendak Allah di dalam hidup keseharian kita. Atau kita sekedar mengikuti arus yang ada, atau beranikah kita juga menampilkan apa yang sungguh menjadi kehendak Allah, kendati mungkin tidak mudah. Kendati barang kali ada banyak tawaran, banyak godaan yang muncul lebih menyenangkan kalau kita berani bersama dengan Yesus juga setia taat melaksanakan apa yang menjadi kehendak Allah. Walaupun ada yang merasa tidak enak, walaupun ada yang merasa menghadapi banyak tantangan. Kiranya itu juga akan membawa keselamatan bagi orang lain. Lalu permenungan ketiga dalam bacaan injil kalau kita perhatikan sebetulnya persitiwa sehari-hari yang biasa yang dapat kita alami. Dua orang yang berhubungan famili yang saling memberitakan suka cita dan kegembiraan yang mereka alami. Seperti yang tadi kita dengar dalam bacaan Injil, “Sesudah mendengar berita dari malaekat Gabriel bergegaslah Maria menuju kepegunungan kerumah Zakaria. Lalu memberi salam keapada Elisabeth. Maria setelah mendengar berita yang memberi tugas kepada dia untuk menjadi Bunda Penyelamat, maka dia ingin juga melihat, merasakan dan mengalami bahwa Tuhan sungguh hadir, Tuhan sungguh membawa keselamatan. Lebih-lebih kalau mengingat Elisabeth yang sudah tua, yang dikatakan mandul ternyata bisa mengadung dan akan melahirkan seorang anak, saya kira ini bukan sekedar mukjizat, bukan sekedar berita yang menggembirakan tetapi sungguh-sungguh menandakan Allah hadir.
Allah campur tangan di dalam kehidupan manusia. Allah membawa berkatNya.
Maka Maria mencoba menengok karena mengingat usianya yang sudah tua, tentu kalau mengalami kehamilan dan nanti melahirkan akan kerepotan. Walaupun barangkali ada berpikir juga apakah Maria mau membuktikan apa yang dikatakan oleh utusan Allah, malaekat Gabriel itu sungguh benar. Bukankah Maria baru saja mendengar bahwa sanakmu Elisabeth juga sedang mengandung pada bulannya yang keenam. Maka Maria lalu ingin menyaksikan disana. Tetapi saya kira kalau hanya sekedar membuktikan dia harus berjalan kurang lebih 150 Km jauhnya, bukan perjalan yang ringan. Maka itu menjadi tanda bahwa kegembiraan dan suka cita yang dirasakan juga ingin dibagikan kepada saudaranya itu, perjumpaan dua perempuan yang membawa kegembiraan karena merasa perhatian dan juga kepedulian Allah yang membawa berkat, dan kehadrian Maria di rumah Elisabeth sungguh-sungguh terasakan sebagai sukacita kegembiraan karena kehadiran Allah. Yang membawa keselamatan. Membawa kegembiraan yang istimewa digambarkan ketika salammu sampai ketelingaku si anak dalam rahimku melonjak kegirangan. Anaknya Elisabeth nggoronjal dalam perut. Karena suka cita. Sukacita merasakan berkat, sukacita merasakan Allah yang begitu hadir. Maka Elisabeth juga mengatakan seperti yang dapat kita lihat pada sampul teks Ekaristi kita berbahagialah ia yang telah percaya sebab firman Tuhan yang dikatakan kepadanya dan terlaksana.
Perjumpaan iman antara dua wanita yang diliputi kegembiraan karena merasakan rahmat Tuhan juga membawa dan menciptakan kegembiraan dan keyakinan. Bahwa Alah akan melaksanakan karya penyelamatan Nya melalui kelahiran Yesus Kristus, dan bagi orang kristen kelahiranNya itu sungguh membawa kegembiraan dan sukacita maka menyongosng kelahiranNya itu sebagai persiapan kita juga dapat bertanya berefleksi pada diri kita masing-masing apakah kehadiran kita itu juga membawa sukacita, kegembiraan bagi orang lain? Atau malahan seringkali menggangu? Apakah kegembiraan yang kita wartakan juga menjalar dan menumbuhkan suka cita bagi orang lain. Dan itu juga menjadi tanda hadirnya keselamatan di tengah-tengah kita.
Bila kita merasa bahwa persiapan-persiapan yang kita lakukan, mengarah kesana perhatian kepada orang yang membutuhkan bukan hanya supaya orang itu sekedar merasa senang tapi sungguh dikembangkan hidupnya. Kalau juga dalam kesetiaan dalam ketaatan kita berusaha untuk selalu melaksanakan kehendak Allah kalau kehadiran kita membawa kegembiraan dan suka cita maka itu tanda bahwa keselamatan kehadiran Allah semakin dekat dan semakin kita rasakan. Karena itu pantas kalau hari-hari terakhir menjelang perayaan yang kita siapkan kita senantiasa berdoa semoga kita sungguh dapat menyiapkan kedatangan Tuhan dengan sebaik-baiknya dilandasi dengan sukacita dan kegembiraan yang kita bagikan kita wartakan kepada sesama kita agar semakin banyak orang juga dapat merasakan kegembiraan dan sukacita karena beroleh keselamatan. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar