Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Kamis, 14 Januari 2010

Kotbah Romo Yohanes Haryatmoko, SJ

”Syuku atas janji keselamatan”
Ekaristi Tgl 29 November 2009
Injil Lukas 21 : 25 – 28.34 - 36

Kita perhatikan injil hari ini, kita mungkin akan bertanya, mengapa pada awal masa Adven ini bacaan yang diambil dari gambaran tentang akhir jaman yang menakutkan. Gambar akhir jaman selalu mudah dilukiskan di dalam perjanjian lama dan saya kira ini merupakan tradisi di dalam perjanjian lama terutama pada kitab-kitab para nabi kita bisa menemukan dalam kitab Yeheskiel, Yoel dan juga dalam kitab Yesaya. Pertanyaannya mengapa kita membutuhkan ancaman yang menakutkan itu.
Ada dua kemungkinan jawaban yang pertama, karena Pedagogi pengajaran iman pada awal Gereja pada saat itu mungkin supaya umat tidak lengah karena selain ditinggalkan mulai jauh dari para murid. Yang kedua dalam situasi genting di Asia kecil para pengikut Kristus menghadapi penganiayaan, menghadapi penindasan, terutama orang-orang yang disebut anti Kristus yaitu juga termasuk di dalamnya ke kaisaran Roma. Kalau ini yang dipahami maka akhir jaman biasanya pada saat itu dikaitkan dengan kehancuran Yerusalem yang diserang oleh tentara Romawi dibawah pimpinan Titus pada tahun 68 mungkin yang kedua ini yang menarik bagi kita ada semacam kesamaan dengan situasi kita ancaman akhir jaman menunjukkan suatu kecemasan karena ada perubahan-perubahan yang penuh kekerasan ada resiko bahwa mulai jauh dari iman, mulai jauh dari cahaya itu sendiri yaitu Yesus Kristus.
Maka pada masa advent ini menjadi penting arti pertobatan dan situasi yang tidak pasti. Persaingan yang semakin tajam dimana-mana, konflik, sulit cari pekerjaan. Pendidikan belum tentu menjamin masa depan yang bagus. Pengaruh media semakin membuat sulit mendidik anak. Dan pergaulan yang menakutkan. Dalam hal inilah mungkin kita melihat relevansinya bagaimana menyikapi sebagai orang beriman. Dalam hal ini gambar akhir jaman dipakai untuk memberi harapan kepada para pengikut Kristus, harapan bagi mereka yang dalam kesulitan dan dalam pengajaran. Maka ajakan atau untuk berjaga-jaga lalu menjadi aktual. Injil ini dikatakan jagalah dirimu supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan. Serta kepentingan-kepentingan duniawi supaya hari Tuhan jangan jatuh tiba-tiba keatasmu seperti suatu jerat. Mengapa kita perlu berjaga-jaga kalau kita sudah dijamin oleh Kristus. Kalau harapan kita sudah diletakkan kepada Kristus, mengapa masih perlu berjaga-jaga. Seperti dikatakan oleh Paulus pada saat waktu tanda di beri yaitu ketika sangkakala Allah bernyanyi, berbunyi maka tuan sendiri akan turun dari surga dan mereka yang mati di dalam Kristus akan lebih dulu bangkit. Apa arti jaminan itu mengapa kita harus masih berjaga-jaga. Kalau Kristus adalah jaminan kita dan harapan keselamatan kita disini berarti berjaga-jaga mengajak kita untuk menyiapkan diri bisa menerima rahmat Tuhan. Rahmat keselamatan yang mengubah hidup kita sekarang ini juga. Tetapi perbuatan itu tidak datang dengan sendirinya. Atau dengan rahmat Tuhan langsung kita berubah. Tetapi kita juga diminta untuk bekerjasama dengan rahmat itu yaitu menyiapkan agar kita pantas, agar kita mau membuka diri bagi perubahan. Maka berjaga-jaga dalam Injil ini berarti mengajak kita bertobat untuk mengubah diri, karena niat baik tidak cukup. Bukan hanya masalah kalau saya mau lalu saya bisa berubah. Bukan kalau saya tau saya menjadi lebih baik, tidak. Pertobatan membutuhkan pembiasaan diri dan pelatihan diri. Berarti butuh waktu. Butuh latihan dan sarana.
Saya akan membandingkan dengan orang kalau belajar bahasa; meskipun saya mau ingin bisa berbahasa inggris, tidak bisa langsung bisa ngomong biasanya kita baru melatih baru berbulan-bulan baru bisa. Perilaku kita juga, kita akan berubah sikap membutuhkan latihan yang membutuhkan waktu. Maka butuh fasilitas.
Dulu kalau orang disuruh antri itu susahnya setengah mati. Orang sudah dianjurkan antri tidak mau antri tetapi sekarang kalau orang mau datang pertama kali lalu mendapat nomer kecil, maka orang mau tidak mau harus antri. Dengan memberi nomer maka memberi fasilitas yang datang pertama akan dapat nomer sehingga gilirannya menjadi yang pertama. Jadi perubahan tidak cukup niat baik. Perubahan harus ada fasilitas, tidak cukup dikotbahkan, meskipun dikotbahkan sekarang ingat nanti pulang sudah lupa semuanya. Jadi di sini kita bisa melihat artinya perubahan.
Pernah ada seorang Romo kotbah merasa bersemangat, merasa bagus keluar dari gereja tanya umatnya, “Bagaimana kotbah saya tadi?” Tentu saja umatnya sopan nggak mau mengkiritik Romonya. Meskipun kotbahnya lama. Lalu dijawab bagus Romo, kotbahnya bagus menyegarkan. Merasa dipuji bangga, tanya lagi wao.. bener ya, apa maksudmu menyegarkan? Wah bagus.. romo.. setelah Romo kotbah saya terbangun segar. ( gerr.. )
Saudara-saudara saya hanya mau mengatakan nasehat yang baik kotbah yang baik tidak juga akan masuk kalau kita tidak mencoba membuka mencari sarana yang membantu kita. Juga kalau orang yang suka membicarakan kejelekan orang lain. Meskipun datang mengaku dosa menyesal akan berubah keluar pengakuan dosa mungkin sehari dua kali dua hari masih bisa menahan diri tidak ngomongi jeleknya orang lain, tapi nanti hari ke tiga balik lagi seperti biasa.
Mengapa karena ini adalah kebiasaan berarti apa? Kalau mengubaah kebiasaan jelek berarti juga ada yang harus melatih, mengontrol. Kita minta bantuan teman kita, teman dekat kita. Jadi kalau saya mulai ngomong yang jelek tentang orang lain ingatkan saya.
Saya itu senang tinggal di Kolose Ignatius dibelakang ini dengan romo-romo, karena apa? Kalau ada salah satu yang mulai membicarakan jeleknya orang lain romo-romo yang lain diam. Lalu orang yang mulai ngomong itu malu. Tidak usah diingatkan apa-apa hanya semua diam, lalu dia malu tidak jadi ngomong. Sehingga saya merasa nyaman di rumah itu. Karena apa kalau saya pergi, saya kemanapun tidak pernah diomongi dibelakang. Jadi apakah teman-teman kita mendukung pertobatan kita, apakah ada sarana yang membantu kita untuk sungguh-sungguh mengubah hidup kita. Jadi harus ada yang sungguh-sungguh supaya kita bisa berpikir baik. Karena kecenderungan membicarakan jeleknya orang lain itu karena kita hanya ingin menafsirkan sesuai dengan kepentingan diri kita sendiri.
Dua bulan yang lalu saya mempunyai pengalaman yang menarik. Ada bekas mahasiswi saya yang sudah lulus S2 lima tahun yang lalu. Dia diundang, waktu itu mau kuliah di UI. Dia diundang untuk memberi ceramah, lalu dia meng SMS saya , “Pak saya tidak Pede, saya harus memberi ceramah etika politik, bolehkah pak saya konsultasi paper saya diperiksa.” “Boleh saja, datang saja ke Depok.” Oke. lalu setelah dijanjikan jam 3 tanggal itu hari “H” nya datang saya tunggu setengah jam nggak datang-datang. Lalu saya SMS, “Saya sudah menunggu anda setengah jam anda tidak datang.” “Lho pak saya juga sudah menunggu setengah jam”. “Dimana”, “Digedung dua”. “Saya ada di gedung 3 ”. “oh.. ya saya ke situ.” “Maaf saya harus mengajar”. Lalu saya pergi di SMS lagi sama dia. “Bapak marah ya?” “Enggak,.. sayang saja nggak ketemu.” Saya bilang begitu. Jawabnya apa, “Saya juga sayang sama bapak.” ( gerr.. )
Saya hanya mau mengatakan,.. kita itu kalau menafsirkan sesuatu itu apa yang saya inginkan, apa yang saya maksudkan tetapi tidak mau mencari sebetulnya orang lain mengharapkan apa, orang lain ingin mengatakan apa, apa yang dimaksudkan? Tetapi biasanya kita sudah setir, diarahkan oleh apa yang menjadi pikiran kita. Begitulah kalau kita ingin sungguh-sungguh menerima berjaga-jaga berarti sudah mencari cara baru untuk hidup baru.
Pada tahun-tahun pertama saya tinggal dengan frater-frater kolose ini dulu selalu rapat ramai tentang Vespa, kenapa? Vespanya kan Cuma ada 13 waktu itu, fraternya ada 25. kalau mau makai lalu hanya ditulis, hari ini jam berapa sampai jam berapa vespa nomer berapa? Tapi apa yang terjadi? Sering-sering ada yang tengkinya kosong. Lalu pinjamnya yang masih penuh diisi bensin. Ada yang rusak lalu pinjamannya yang masih baik. Yang lain didiamkan. Sudah diperingatkan setiap kali rapat, tetep saja selalu terulang terjadi. Apa arti pertobatan.
Menarik … suatu hari ada salah satu frater punya ide bagus. Saya akan memilih vespa yang paling jelek akan saya perbaiki tetapi yang pakai hanya saya. Itu kan ide bagus sejak itu satu vespa yang makai hanya dua frater, rusak atau baik mereka yang pakai, sejak itu nggak pernah rapat lagi, beres semua. Bahkan ada yang dicat merah kaya Ferari itu. Jadi saya hanya mau mengatakan karena sistim kepemilikan diubah, sikap yang tadinya seenaknya saja berubah. Aturanya diubah cara bertindaknya berubah. Jadi pertobatan berarti apa? Berarti mencari sistim baru yang mendukung perilaku kita yang baru. Jadi bukan hanya niat baik, bahkan orang yang pelit itu juga sulit kalau berubah. Meskipun kaya akan tetap pelit, kalau orangnya pelit. Karena itu kebiasaan itu sudah bertahun-tahun sejak kecil orang itu pelit. Kalau mau berubah supaya orang itu sungguh-sungguh mau, saya akan melatih diri lalu bisa kalau waktu awal bulan membuat buxjet sudah mulai menyingkirkan sebagian 50 ribu kita singkirkan untuk membantu orang. Baru kemungkinan akan berkurang pelitnya.
Karena apa kebutuhan itu selalu ada kalau tidak sejak awal kita memikirkan sesuatu sampai akhir bulan tidak pernah ada yang sisa, karena kebutuhan selalu akan muncul lagi. Jadi masalah murah hati, masalah mau membantu orang lain peduli itu latihan, dilatih sejak kecil. Meskipun kaya raya kalau pelit tetap pelit. Jadi disinilah sebetulnya kita diajak melatih. Berjaga-jaga karena apa, waktunya mendesak. Kita diajak berubah. Pernah itu ada seorang pimpinan LSM mengkiritk orang kaya di dekat kantornya, dia mangatakan, “ Pak menurut saya diantara orang kaya disini ini menurut pengamatan kami hanya bapak yang pelit yang tidak pernah membantu kami. Tentu saja orang yang dikatakan itu tersinggung. Langsung saja menjawab, “ Apakah anda mengamati ibu saya sakit di rumah sakit, sudah berminggu-minggu”.
“Wah.. maaf pak saya nggak tahu.”
“Apakah anda mengamati adik saya itu tidak bekerja sehingga anak-anaknya tidak sekolah.” “maaf pak.. saya tidak mengerti.
”Apakah anda mengamati bahwa kakak saya sakit sehingga dia juga tidak bisa hidup dengan keluarganya.” “Maaf, maaf, saya nggak tahu.” “Jadi kalau pada kelurga sendiri saja saya tidak membantu, apalagi pada kamu.” ( gerr.. )
Saya hanya mau mengatakan kemurahan hati itu mulai dilatih dari orang-orang yang dekat. Kalau kita dengan orang dekat tidak biasa peduli dengan orang dekat disekitar kita tidak biasa memperhatikan dan murah hati jangan berharap bahwa kita akan murah hati pada orang lain. Itu adalah pembiasaan itu adalah latihan. Itu bukan hanya masalah tahu, tapi bisa melatih membiasakan diri bekerja dan peduli pada orang lain. Sejak anak-anak maka sangat menarik, saya sangat senang juga waktu itu di SMP Kanisius itu ada Live In di keluarga yang kurang mampu. Anak yang tadinya selalu menuntut orang tuanya sebulan kemudian ibunya termakasih kepada salah seorang romo pembimbing di Kanisius “Romo terimakasih anak saya jarang-jarang menuntut bahkan uang sakunya dia sisihkan sebagian dia kirim di keluarga yang tidak mampu waktu dia live in disana.
Kita harus membantu mencarikan tempat kita harus membantu mencarikan sarana agar anak-anak kita mau peduli pada yang lain. Jadi disini mau di lihat bahwa pertobatan juga selalu membutuhkan latihan. Dan juga kalau seorang selalu ingin menjadi perhatian, itu tidak mudah tiba-tiba menjadi rendah hati, Orang yang sombong tiba-tiba menjadi rendah hati, itu tidak. Harus ada latihan.
Saya pernah dikritik oleh teman-teman saya, kamu itu suka menentukan tema kalau kumpul ngomongnya selalu kamu ngomong duluan lalu lainnya ikut-ikutan. Sebetulnya dia mau mengatakan kamu itu sombong, kamu itu ingin cari perhatian. Lalu saya sadar gimana caranya. Caranya adalah kalau setiap malam 22.30 kita kumpul saya datang terlambat 5 menit. Mengapa dengan begitu mereka sudah berbicara hal-hal lain sehingga saya harus mendengarkan dan mengikuti karena saya tidak tahu yang mereka bicarakan. Dengan begitu saya tidak ingin menjadi pusat perhatian. Butuh menemukan sesuatu membantu diri.
Suatu ketika di sebuah SD ada guru SD itu yang menkoordinir foto bersama, lalu membujuk murid-muridnya untuk membeli foto itu, katanya begini ; “ Coba kalau kalian nanti membeli menyimpan foto ini kalau kalian sudah menjadi orang mempunyai kenangan manis, lalu bisa melihat foto ini nanti bisa mengatakn 0.. ini Rima sekarang sudah menjadi Lawyer, o… ini Riki sekarang sudah menjadi dokter, o.. ini Rudi sekarang menjadi pengusaha sukses. Lalu tiba-tiba ada suara murid yang usil menyaut, “ o.. ini bener Bu Nita, guru kita sekarang sudah meninggal. ( gerrr…)
Saudara-saudara saya hanya mau mengatakan apa… kalau kita sering ingin menjadi pusat perhatian, jangan terkejut bahwa kadang-kadang kita menjadi kecewa karena penerimaan orang lain dengan yang kita harapkan. Disinilah pertobatan berarti, saya ingin mendengarkan, saya ingin mencoba melihat apa yang diharapkan orang lain, bukan pertama-tama apa kepentingan saya. Disinilah artinya kalau dikatakan oleh para Uskup itu mengubah Habitus, habitus disini adalah prinsip atau nilai-nilai moral yang dipraktekkan yang sudah dibatinkan tetapi sering harus tidak disadari namun mengatur perilaku kita sehari-hari. Rajin, jujur itu adalah habitus. Cekatan, tepat janji, rendah hati, peduli itu adalah habitus. Itu tidak bisa diubah begitu saja. Butuh latihan yang lain.
Pernah itu seorang bapak yang sering marah-marah pada keluarga dan kemudia meninggal. Lalu waktu misa arwah tentu saja kotbahnya romo itu tidak berani menyinggung kenyataannya. Waktu misa arwah romonya memimpin misa lalu kotbahnya demikian, “ hari ini kita menangisi orang yang luar biasa pemberani, pekerja keras, jujur, suami yang setia, yang penuh perhatian pada anak-anaknya.Isterinya yang berduka tidak tahan, menyikut anaknya yang sulung, “Coba lihat petinya, chek apa itu bapakmu apa bukan? ( gerr… )
Saya hanya mau mengatakan, jangalah berharap bahwa kalau kita mempunyai sikap jelek, suka marah atau suka mencela orang akan berubah begitu saja. Perubahan berarti membutuhkan waktu dan latian maka disini dikatakan berjaga-jagalah dan bertobatlah karena waktunya mendesak kalau tidak berubah sekarang besok juga tidak akan berubah. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar