Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Kamis, 14 Januari 2010

Kotbah Romo Petrus Sunu Hardiyanto, SJ

“ Persembahan diri seutuhnya “
Ekaristi Tgl 8 November 2009
Injil Markus 12 : 38 - 44

apak – ibu adik-adik dan teman-teman yang terkasih. Hari ini sangat panas, saya lihat beberapa teman memakai buku, teks Ekaristi untuk kepet-kepet. Teman-teman beberapa hari yang lalu bahkan pada pagi hari saya merasakan angin bertiup keselatan sangat jarang di Yogya ini angin bertiup keselatan dan angin itu panas. Kenapa bertiup keselatan, tentu saja karena segoro kidul lebih panas dari pada Merapi ini sangat aneh. Tetapi kepanasan kita hari-hari terakhir ini minggu-minggu terakhir ini belum seberapa dibanding dengan kepanasan Elia dan janda di Sarfat. Elia berjalan di sungai Kerit dan menjumpai seorang janda yang sedang mencari kayu bakar. Untuk apa? Untuk memasak segenggam gandum terakhir, yang akan dimasak dimakan bersama anaknya dan setelah itu menunggu mati. Karena tidak gandum lagi di tempayannya.
Teman-teman kisah mengenai janda di Sarfat sesungguhnya adalah kisah keberanian mengambil resiko. Lihatlah Elia sang Nabi itu. Dia datang belum kenal dengan janda itu dan langsung berteriak, “Coba ambil air bagiku supaya aku melepaskan dahaga dari kendi itu.” Baru saja janda itu berjalan mau mengambil air nabi itu sudah berteriak lagi, “Bawa juga sepotong roti.”
Bapak-ibu kalau anda siang hari dirumah tiba-tiba bel dipencet ada tamu datang anda tidak kenal, begitu tamu dipersilahkan duduk, belum duduk dia sudah bilang; “Ibu tolong ambilkan air.”, ibu baru masuk mengambil air, sudah jelas.. “Bawa juga sepiring nasi.” dan seterusnya anda bisa membayangkan seperti apa rasanya, tetapi Elia melakukan itu bukan tanpa alasan, dia mengambil resiko ditolak. Janda itu menjawab dia dengan sangat mengejutkan. “Demi Allahmu yang hidup.” Perhatikan bukan demi Allahku, tetapi janda itu mengatakan, ‘Demi Allahmu yang hidup. Dirumahku tidak ada roti. Yang ada hanya gandum terakhir. Yang akan saya masak dengan kayu bakar ini sesudah makan bersama anak saya dan setelah itu kami akan mati.”
Elia mengatakan, “jangan takut lakukan saja apa yang aku katakan maka tempayanmu tidak akan kosong dan buli-bulimu tidak akan kering.” Dan janda itu mendapatkan seperti yang dikatakan Elia.
Teman-teman kisah mempersembahakan diri selalu diikuti resiko. Maka dalam buku ini dituliskan Tuhan percaya sungguh akan niat manusia sehingga ia berani mengambil resiko. Tanda bahwa kita mempersembahkan diri secara penuh adalah resiko yang harus diambil.
Tahun 2000 dunia dilanda El Nino. El Nino itu badai panas atau disebut El Nino. Samudera didekat Amerika panas, didekat Afrika panas. Sehingga meskipun Indonesia kaya laut setiap hari air laut menguap menjadi awan sebelum menjadi hujan awan diterbangkan angin kebarat. Atau ketimur sehingga tempat-tempat yang biasanya hujan turun tiba-tiba tidak ada hujan. Akibatnya apa? Tidak panen. Bayangkan kalau kita gagal panen tujuh kali kira-kira apa yang terjadi. Kita akan seperti janda di Sarfat makan beras terakhir dan menunggu mati.
Tetapi dibagian bumi yang lain yang biasanya panas justru mendapatkan banjir. Contohnya di Australia. Waktu itu saya mendapat kesempatan retret di padang gurun sebelum Tahbisan Diakon, saya kaget saya bayangkan gurun itu kering merah ternyata hijau. Gurunnya hijau karena apa?, baru mendapat hujan banyak sekali. Dan lebih dari itu sungai tertua di dunia yang sudah kering. Namanya Fingkeliperd di tengah gurun Australia itu banjir. Banjirnya seperti apa? Setinggi gambar ini. Sehingga apa? Air mengalir ke danau Eri yang sudah 40 tahun kering. Danau Eri di Australia sudah 40 tahun kering tinggal garam, begitu mendapat air tiba-tiba keanehan terjadi. Telur-telur ikan yang sudah dorman tidur bertahun-tahun menetas. Danau yang semula rawa garam itu menjadi penuh ikan namanya Rencofish. Renco itu pelangi karena apa? Karena ikan itu kalau kena matahari sisiknya itu berwarna seperti pelangi. Di Jawa mirip dengan wader kempli. Wader kempli itu cethol kalau adik-adik kita pulang kesekolah itu ke sungai pasti mencari cethol.
Aneh lagi ketika danau itu penuh dengan ikan tidak tahu datangnya dari mana burung – burung Pelikan, Pelikan yang paruhnya besar itu datang kedanau itu pesta mencari ikan, makan, kawin bertelur dan telurnya menetas. Tetapi apa yang terjadi sementara induk membesarkan anak-anak pelikan, ikan menipis dan pelan-pelan habis. Yang terjadi mengejutkan induk-induk Pelikan ini tidak membiarkan anaknya mati, anak-anaknya yang belum bisa terbang itu, tetapi induk-induk itu terbang ratusan mil benar-benar ratusan mil mencari ikan dan di bawa ke danau Eri itu untuk anak-anaknya sampai mereka semua bisa terbang.
Teman-teman ini kisah nyata, lihat di Google nanti di cari Eri, ketemu danaunya. Dan apa yang menarik pelikan itu mempertaruhkan dirinya terbang ratusan mil mencari makan untuk anaknya. Sampai anaknya bisa terbang.
Seminggu yang lalu teman saya romo berulang tahun, kami bergembira karena dapat roti banyak. Jadi kalau ada teman ulang tahun yang senang temannya makan roti banyak. Tetapi romo itu rerasanan, “Romo itu bilang kepada kita, “Aneh ya, kalau kita ulang tahun yang di SMS itu pasti kita yang ulang tahun, pernahkah yang meng SMS ibunya romo?, “ibu proficiat 46 tahun yang lalu ibu sudah mengambil resiko melahirkan romo yang nggaya itu.”
Teman-teman, tidak pernah aku yakin, ibukupun tidak pernah mendapat SMS yang mengatakan Proficiat karena ibu sudah mengambil resiko, mengandung Romo Sunu dan 43 tahun yang lalu melahirkannya dengan resiko.
Teman-teman persembahan diri seutuhnya itu terjadi sehari-hari ibu yang mengandung ibu yang melahirkan. Para mahasiswa yang kuliah itu mengambil resiko apa tidak? Mengambil resiko. Lebih enak apa tidak kuliah? Tapi apa dikatakan sebagai penganggur rugi ya, maka kuliah. Menjelang selesai kuliah apa? Bingung karena apa akan kehilangan pekerjaan, kerja kuliah yhaa….harus cari pekerjaan yang sesungguhnya maka bingung, kuliah itu juga persembahan, juga penuh resiko.
Pacaran, ini khan banyak pasangan-pasangan yang mencoba pacaran tho… Pacaran itu penuh resiko apa tidak? Penuh gitu lho. Lhoo..kalau nggak punya duit, kalau mau ngajak pacaran itu, kalau mau jajan… dompetnya kok tidak ada uangnya. Bukan hanya itu tetapi kalau putus itu. Pacaran bisa putus ndak tho?... lalu gimana kalau putus? Hancur hatiku.
Teman – teman pacaran itu tantangan untuk mempersembahkan diri bahkan kalau suatu hari anda diputus dengan tiba-tiba. Pendek kata saya hanya mau mengatakan kesempatan untuk mempersembahkan diri ada setiap hari, tidak perlu yang besar-besar yang harian itu menjadi kesempatan kita mempersembahkan diri mengambil resiko. Teman – teman jangan lupa kalau anda sudah mencoba mempersembahkan diri, sudah mengambil resiko jangan lupa rasakan apa akibatnya. Perhatikan tempayan mana yang tidak kosong dalam hidup anda. Buli-buli mana yang tidak pernah kering lagi karena anda berani mempersembahkan diri secara utuh dan ambil resiko. Saya yakin anda masing-masing punya itu. Punya tempayan yang tidak kosong lagi. Punya buli-buli yang tidak kosong lagi. Injil hari ini bicara hal yang sama janda itu mempersembahkan dua keping yang adalah nafkahnya yang adalah hidupnya mengambil resiko, itu sesungguhnya adalah cermin Kalvari. Yesus naik Kalvari memeluk salib, disalibkan dan mati supaya kita hidup.
Buat kita saat ini berkumpul di gereja ini sore ini karena itu. Karena Dia sudah menyongsong sengsara di Kalavari wafat dan bangkit supaya kita semua berani mempersembahkan diri mengambil resiko harian dan ingat menerima bahwa tempayan kita tidak kosong lagi, bahwa buli-buli kita tidak kering lagi. Teman-teman saya mengundang anda semua ambillah sejenak nanti, lihatlah kembali kapan di mana saya mempersembahkan diri secara utuh seperti apa resikonya dan akhirnya jangan lupa kita rasakan, tempayan mana yang tidak pernah kosong lagi, buli-buli mana yang tidak pernah kering lagi di dalam hidupku, Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar