Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Rabu, 05 Agustus 2009

Kotbah Romo Bernhard Kiezer, SJ

“ Dalam Allah yang satu tiga pribadi berbagi hidup.
Injil Matius 28 : 16 – 20.
Ekaristi Tgl. 7 Juni 2009.
Saudari-saudara seiman bila pada hari Minggu Tri Tunggal anda membutuhkan penjelasan mengenai segala misteri “Tri in One”. Apakah satu sama dengan tiga, silahkan membaca warta iman halaman 28 itu. Dan untuk Minggu ini-pun kita tidak usah menjelaskan; “Apakah doa orang Kristen, ‘Demi nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus ditujukan kepada Allah yang sama. Seperti sholat orang-orang muslim tetangga kita dua ratus meter dari sini kepada Allah yang Akbar.
Habis dari mulut Musa dan dari bacaan pertama tadi sudah kita dengar, “ Tuhan Allah di langit di atas dan di bumi di bawah tidak ada yang lain. Cuma hati kita cemas mengenai satu hal ini apakah seruan hati kita, iman kita sungguh sampai Allah yang Akbar, yang Agung itu.
Hari Selasa yang lalu Paroki Pakem dan banyak tamu dari seluruh Indonesia merayakan 25 tahun tempat Ziarah Sendang Kitiran Emas. Dari jam Tujuh malam sampai setengah sebelas, padahal kotbahnya Bapak Uskup singkat sekali, tidak sampai 7 menit. Tetapi Romo Saji membutuhkan 45 menit untuk membacakan segala ujub dan permohonan yang dikirim dan dibawa orang dari Tanggerang sampai Larantuka, ke Sendang Kitiran Emas. Tidak ada kesusahan hati yang tidak mendorong kita untuk menyeru kepada Allah yang hidup dan kecemasan kita supaya kita tidak didiamkan oleh Allah yang satu itu.
Kisahnya sejak jaman nabi Musa di didik di istana Firaun. Orang-orang Mesir di giring ke tempat ziarah dewa Horus. Pada tembok belakang kuilnya, habis di sana ada gambaran dewa yang agung. Dan sekarang ini turis-turis itu ke Mesir di giring itu ke tempat yang sama dan Guiednya mengatakan niat, mulutnya sang dewa itu, di sana ada lubang kecil dan tempo dulu waktu umat berdoa di depan dewa itu belakang tembok itu bersembunyi seorang pelayan kuil yang seakan-akan menyuarakan jawaban yang hilang itu. Jelas-jelas kita tidak mau ditipu. Kalau kita berseru dari kesungguhan hati, “Allah jangan sampai mendiamkan diri, dia mesti mendengarkan kalau tidak mengabulkan permohonan-permohonan itu. Sungguh sampai kepada Allah, anda semua datang sore ini untuk perayaan Ekaristi ini, masing-masing dengan maksudnya sendiri-sendiri, tidak hanya dengan ujub-ujub yang dibacakan dan nanti kalu roti dan anggur hasil dari bumi dan dari usaha manusia diantar dari belakang ke sini kitapun diajak untuk menghaturkan dorongan-dorongan hati kita. kita simpan baik-baik, sebab dari Altar itu nanti kita menyambut Kristus. Dialah bagaikan teman seperjalanan. Dia telah menempuh jalan hidup dengan hati dan dalam keributan suatu keluarga yang penuh gairah kegembiraan, susah-susah kerja, ramai-ramai berpesta. Dicintai dan ditolak, menghibur dan ditinggalkan sampai terkutuk dan terhujung di kayu Salib. Kita menyambut Kristus teman seperjalanan kita. Dan Dia juga menyambut kita, supaya kita teman-teman seperjalanan dengan Dia yang bangkit. Ikutlah Aku, sama seperti Bapa mengutus Aku demikian Aku mengutus kamu. Terimalah Roh Kudus dan sementara kita menjadi teman seperjalanan Kristus yang bangkit. Kata-kata doa kita, dari hati kita, Ia yang bawa dan Ia yang menyuarakan, dari satu ujung surga sampai ujung lainnya. Dan sementara kita yang berjalan sebagai teman seperjalanan Kristus yang bangkit berusaha setiap hari entah dimana. Berjerih payah dan seringkali harus berjuang. Usaha kita Roh yang bangkit mulai menyala disana dan tidak mau dipadamkan oleh Roh kita berseru, kata Paulus “Suara sudah tidak lagi didiamkan, dan kesengsaraan kita menimbulkan ketekunan dan ketekunan pengharapan dan pengharapan tidak dikecewakan karena kasih Allah sudah mengalir ke hati kita dalam Roh.”
Tahun 1920 dekat pabrik gula Gondang Dipuro. Tempat sekarang ini ada ziarah hati Yesus yang Kudus di Ganjuran. Bapak guru agama di sekolah rakyat mau menerangkan pada murid-muridnya ; “Kemanakah orang Kristen meletakkan doanya”. Gambarnya raden mas Yusuf Poerwodiwiryo, dari sembilan puluh tahun yang lalu, hari in di lukiskan kembali pada halaman depan warta iman dan teks perayaan Ekaristi, silahkan melihat sebentar. Bagaikan tiga tokoh wayang, Allah hadirat Tri Tunggal sama-sama di tempatkan di sekitar satu meja bundar. Tangan mereka memegang satu keagungan Ilahi itu. Sosok tubuh mereka tidak ada bedanya, cuma Bapa di kirikan dengan jenggot yang panjang. Dan putranya dengan brewok yang lebih kecil, dan Roh Kudus tanpa aseksori laki-laki, ketiga-tiganya di tahtakan di tahta suci para dewa yaitu bunga Lutus. Dan tangkai bunga-bunga itu memancar dari Bapa menumbuhkan anak memantulkan, dipantulkan oleh Roh Kudus, Allah tiga Pribadi berbagi hidup bagi kita. Jelaslah Yesus anak Allah didepan memegang dalam tanganNya lambing bumi yang Ia tebus dengan salibNya. Melangkah supaya kita mengikuti Dia dengan hidup kita dan Roh Kudus itu Tut Wuri Handayani mendorong kita supaya kita sampai kepada Bapa. Pesan raden mas Purwa hampir seratus tahun yang lalu singkat sekali entah kamu berziarah di candi sana entah kemana, entah kamu berdoa di tempat yang sunyi, permohonan dan syukur letakkanlah di meja ke agungan Ilahi antara Bapa yang memancarkan hidup. Dalam persahabatan dengan Kristus dan rindu hati Roh Kudus yang tidak pernah layu, letakkanlah doamu di sana di mana Allah berbagi hidup. Tempat kita letakkan doa kita itulah Allah Tritunggal. Dan dimana Allah berbagi hidup tak seorangpun dibuat bungkam.
Injil Matius tadi, akhir Injil Matius menyuarakan seruan umat. Pesan Kristus yang bangkit dari gunung kemuliaanNya. Kepada semua murid-Nya supaya tidak ragu-ragu pergilah ke seluruh dunia jadikanlah semua bangsa pengikutKu, baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, entah orang dibaptis dengan air menjadi orang Kristen. Entah ia tetangga kita yang beragama lain. Pokoknya semua orang dapat merasakan di mana mereka dapat meletakkan kerinduan hati mereka. Ditengah-tengah Allah yang berbagi hidup. Di situ orang dimungkinkan siapapun agamanya apapun sukunya.
Bulan Februari yang lalu, adik-adik saya mendatangkan saya ke Jerman untuk merayakan ulang tahun bersama ibu seratus tahun ia dan seluruh keturunannya harus hadir. Perjalanan saya dengan pesawat dari Jakarta ke Jerman lewat Abudabi, gedung semenanjung Arab itu. Di pesawat itu sampai di Abudabi saya duduk di tengah-tengah puluhan, lebih dari seratus TKI Indonesia pakai Jilbab dan omong pakai bahasa Indonesia tidak ada habisnya. Dan dari Arab itu ke Jerman kursi saya itu disamping ibu yang agak gemuk dengan banyak barang yang ia bawa tidak pakai Jilbab, tapi bahsa Arab itu dengan cirikhasnya. Saya juga mau omong dengan dia dalam bahasa Inggris tidak lain, karena susah kami cepat selesai dengan omongan kami. Sampai di sajikan sarapan dan lihat makanan saking biasanya saya membuat tanda salib, Konon si disamping saya membuat tanda salib dan bertanya, “Are you katolik ?” Ternyata dia juga Katolik. Orang Irak katolik yang melarikan diri dari tanah dan Negara penuh peperangan dan kerusuhan itu mencari tempat perlindungan dan suaka. Jadi mulai dengan Bapa dan Putera dan Roh Kudus omongan kami tidak ada habisnya mengenai Irak dan mengenai Swedia dan mengenai saudaranya itu di Newzealand, dan mengenai Indonesia dan mengenai ibu-ibu yang seratus. Sampai itu di Frankfurt pesawatnya itu dengan mendarat dengan agak bum sedikit. Dan saking kagetnya si ibu membuat tanda salib itu dan saya ikut bertanda salib. (gerrr..).
Perjumpaan demi nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus membuat kita berbicara satu dengan yang lain. Di situ setiap orang ditengah dan tidak setiap seorangpun dibuat bungkam dan pikirku setiap hari minggu ada mungkin empat ribu, mungkin enam ribu orang atau lebih lagi. Berdoa bersama-sama di gereja ini. Sepenuh hatinya khusuk, suci, meletakkan permohonan di meja keagungan Ilahi yang berbagi hidup. bayangkanlah nanti kalau anda keluar diberkati demi nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, anda mulai menyapa satu sama lain. Sepatah, dua patah kata, betapa banyak perkara dapat mengalir dari tempat kita berdoa. Allah tiga Pribadi berbagi hidup, tetapi Dia membutuhkan kita supaya kita pun tidak membuat satu sama lain bungkam entah kenal satu sama lain. Saya kuatir saya sudah terlalu lama membuat kalian bungkam duduk ( ger…). Maka marilah kita berdiri dan bernyanyi bersama apa yang ada di dalam hati kita. Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar