Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Rabu, 05 Agustus 2009

Kotbah RM. Wisnumurti, SJ

“ Makan dan Minumlah. “
Injil Markus 14 : 12 – 16. 22- 26 .
Ekaristi Tgl. 14 Juni 2009.
Ibu – bapak saudari-saudara terkasih dalam Tuhan. Dalam teks Ekaristi hari ini dengan judul besar, “Makan dan Minumlah”. Yang ditawarkan makan dan minum adalah Tubuh dan Darah Kristus yang menjadi sumber hidup kita. Karena hari ini adalah hari Raya Tubuh dan Darah Kristus atau juga bisa disebut hari raya Ekaristi Kudus.
Perayaan ini tidak terlepas dari rangkaian perayaan yang sudah kita jalani. Kita merayakan Paskah yang memang kita sadari sebagai puncak dari perayaan-perayaan kita. Karena pada perayaan Paskah itu kita merayakan wafat dan kebangkitan Kristus. Namun perayaan Paskah tidak terhenti pada perayaan itu karena seperti kalau saudari masih ingat dua minggu yang lalu ketika romo Martin berkotbah mengawali dengan menanyakan, “Pentakosta, penta berarti lima, berarti lima puluh, mengapa lima puluh?”
Lalu ada yang memberi jawaban ini dan itu. Romo Martin mengatakan, “karena lima puluh, adalah sesudah hari ke 49.” Lalu anda tertawa. Karena memang ada kaitannya sesudah 49 menjadi lima puluh menjadi penyempurnaan, kelengkapan hari yang istimewa itu kita rayakan pada waktu kita menyambut penganugerahan Roh Kudus perayaan Pentakosta sebagaimana dijanjikan oleh Kristus. Namun kalau disebut sebetulnya puncak dari perayaan kita semestinya minggu yang lalu ketika kita merayakan? Masih ingat minggu yang lalu kita merayakan apa? Podho lali. Kita merayakan Tri Tunggal Mahakudus. Karena justru dari sana sumber dari karya penyelamatan Allah itu Tri Tunggal Maha Kudus yang kita rayakan sesudah kita dianugerahi Roh Kudus sehingga kita mampu menyambut menangkap anugerah istimewa itu. Kalau saya katakan sebetulnya puncaknya justru pada perayaan Tri Tunggal Mahakudus karena Tri Tunggal Mahakuduslah yang berinisiatif untuk menyelamatkan manusia maka lalu Putera di utus dan Putera melaksanakan tugas perutusan itu sehingga dengan wafat dan kebangkitanNya karya penyelamatan sudah dilaksanakan melengkapi karya penyelamatan itu agar bisa berlangsung, Bapa dan Putera mengutus Roh Kudus yang sudah kita terima, lalu hari ini apa hubungannya, apa rangkaiannya. Hari ini kalau kita merayakan Tubuh dan Darah Kristus adalah buah dari karya penyelamatan Kristus itu yang dianugerahkan kepada kita. Inilah yang membuat kita memperoleh bekal untuk menjalani hidup, karena dengan anugerah Tubuh dan Darah Kristus kita lalu dapat mengikuti Yesus Kristus dalam hidup kita sehingga kita dapat melaksanakan tugas perutusan yang kita terima melanjutkan karya pewartaan, melanjutkan karya penyelamatan di tengah masyarakat. Kalau ini menjadi buah dari karya penyelamatan yang kita terima maka sebetulnya ini merupakan hadiah yang sangat istimewa, sangat istimewa karena lalu memberi kita kemungkinan untuk hidup berkembang terus bersama dengan Kristus sebagaimana dijanjikan sebelum Dia terangkat ke surga. “Dan ingatlah Aku akan menyertai kamu senantiasa sampai pada akhir jaman. Dan janji itu dilaksanakan dengan memberikan dirinya sehingga kita senantiasa di bisa disertai oleh Kristus.”
Maka kalau itu merupakan anugerah semua seharusnya juga kita hargai dengan semestinya dengan selayaknya. Tapi memang apakah kita juga menghargai itu sebagaimana seharusnya.
Saudari-saudara yang terkasih kalau seperti beberapa tahun lalu pernah terjadi. Ada isu ada rumor, “Katanya mau ada defaulasi semua orang bingung karena lebih-lebih yang punya duit kalau terjadi defaulasi duitnya pasti akan merosot nilainya. Tetapi kalau ada berita terjadi defaulasi Ekaristi, “Apa kuwi.” Mungkin tidak ada yang perduli.
Beberapa Tahun yang lalu pernah dibuat suatu tulisan pada suatu majalah di satu Keuskupan yang diberi judul memang Defaulasi Ekaristi. Terhadap judul itu tentu sebagian orang dan mungkin juga anda merasa wah kok ada–ada saja Defaulasi Ekaristi. Banyak yang tidak setuju akan apa yang dikatakan lebih-lebih kalau melihat di gereja kita ini kapan sih pernah sepi? Tujuh kali perayaan saja selalu mbludak, meluber-luber sampai diluar. Belum lagi kalau ada acara khusus semacam EKM, Ekaristi Kaum Muda. Apa lagi kalau pas penyelenggaranya Debrito wah.. Stece,.. Setero.. ramai lagi, atau mungkin juga Padmanaba, pasti banyak yang datang sampai jalanan di sana itu berjubel dipenuhi mereka yang datang ke gereja. Maka mungkin apa yang tadi dikatakan Devaulasi Ekaristi oleh orang yang melihat kenyataan seperti itu pasti dibantah, ”Wong begitu banyak yang datang ke gereja kok dikatakan Defaulasi. Defaulasi berarti kan penurunan. Itu di gereja belum permintaan-permintaan lain, entah Ekaristi dilingkungan dengan ujub tertentu, syukur peringatan salah seorang anggota keluarga yang meninggal, mau misa tutup peti dan sebagainya. Itu justru banyaknya permintaan untuk misa dengan macam-macam ujub seperti itu membuat kita meskinya bertanya-tanya. Kalau melihat jumlahnya memang menggembirakan, begitu banyak orang yang datang.
Menurut survey yang dibuat oleh litbang pada tahun yang lalu. Di gereja kita ini setiap minggu dengan tujuh kali perayaan Ekaristi itu, sekitar sepuluh ribu dua ratusan umat yang datang. Ha wong begitu banyak kok dikatakan Defaulasi. Memang kalau melihat banyaknya tentunya kita senang. Sepuluh ribu setiap minggu, jumlah yang tidak sedikit. Masalahnya apakah semua yang datang itu juga sungguh memahami dengan benar apa yang dijalani, apa yang diikuti?
Karena misalnya kalau ditanyakan, “Untuk apa sih anda ke gereja pada hari minggu?” Maka jawabannya pasti akan beragam. Ada yang akan menjawab, “Ya kan orang katolik itu wajib mengikuti misa setiap Minggu. Itu seperti dicantumkan dalam lima perintah gereja bukan? Atau yah untuk berdoa. Karena mau ujian maka ikut misa rajin bersembahyang. Tapi juga tidak sedikit yang masih mengatakan ndak sempat, ndak ada waktu. Padahal tadi saya juga menyebut ada tujuh kali kemungkinan. Artinya bisa memilih waktunya kapan saja, mau sabtu sore, atau hari minggu artinya ada banyak kemungkinan toh Ada yang masih menjawab tidak sempat, tidak ada waktu. Maka dari beberapa jawaban tadi kalau yang diungkapkan hanya sekedar wajib itulah yang akan menunjukkan menurunnya nilai perayaan Syukur atas karya keselamatan Allah yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus. Konsili Vatikan kedua dalam Konstitusi Liturgi artikel ke sepuluh, menegaskan peran sentral dan utama perayaan Ekaristi yaitu sebagai puncak yang dituju jadi yang paling tinggi oleh kegiatan gereja. Tapi sekaligus juga asal dan sumber semua kekuatanNya. Jadi memang itu menjadi yang paling istimewa. Karena untuk itu lalu dibutuhkan partisipasi dari seluruh umat supaya dapat terwujud satu perayaan yang melibatkan semua yang datang. Karena dalam konstitusi yang sama artikel 48 dikatakan perayaan seperti itu tidak boleh hanya dihadiri sebagai orang luar. Maksudnya penonton yang tidak terlibat, tidak ikut berpartisipasi.
Atau mungkin kalau ada yang mengajukan pertanyaan. Kapan sih Kristus hadir dalam perayaan Ekaristi, ada yang mau menjawab? Kapan? Banyak yang biasanya mengatakan waktu Konsekrasi, waktu sambut komuni, lalu sebelumnya Malioboro Mall, mungkin ada di Amplas, masih agak jauh. Nah kalau orang mempunyai pandangan semacam itu tidak mengherankan lalu kalau ada yang datang terlambat dan dengan enak mengatakan, “Kan masih belum konsekrasi. Jadi nggak apa-apa!” “Kan masih belum komuni.” Karena ada juga ketika ditanya kenapa ke gereja hari Minggu? ‘Untuk terima hosti katanya’”. Biasanya kalau ada yang menjawab seperti itu saya mengatakan, “Mas nggak usah repot-repot, buang waktu kalau cuman mau terima hosti langsung saja ke Sakristi bilang sama pak koster, “Pak koster minta hostinya dong.” Selesai pulang, sudah terima hosti kok.
Karena orang tidak melihat bahwa yang diterima adalah Tubuh dan Darah Kristus sendiri. Maka kalau kita mempunyai anggapan seperti itu kita lupa bahwa Yesus pernah mengatakan, “Bila ada dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, Aku hadir ditengahnya.” Berarti sejak kita secara sadar datang ke gereja. Sejak awal kita bersama-sama menghadirkan Kristus ditengah kita. dan kehadiranNyapun menjadi semakin nyata kita sadari dalam pembacaan Kitab Suci. Maka Ibadat Sabda bukan hanya tempelan, bukan hanya tambahan, membacakan cerita-cerita jaman dulu, bukan. Karena dalam Konstitusi liturgi III dikatakan, Kristus sendiri hadir dalam sabdaNya dan berbicara bila dalam gereja. Kitab Suci dibacakan. Namun karena sering kali tidak paham apa sih yang dibacakan itu, hubungannya apa, maka tidak jarang lalu sibuk sendiri ber-SMS ria malah bertelpon ria sementara Kitab Suci dibacakan.
Lalu sesudah itu kehadiran kristus menjadi nyata pada saat kita menyambutnya dengan menerima komuni. Tetapi apakah kehadirannya sungguh mempunyai makna bagi kita.
Mungkin dari pengalaman jika kita tengok. Pernah ada cerita orang dipandang menghojat, menghina sakramen Maha Kudus lalu dipukuli. Karena setelah sambut dia tidak tahu dibuang, orangnya dipukuli. Maka kalau ditanyakan apakah saudara sendiri yang memukuli itu juga menghormati sakramen Mahakudus dengan sepantasnya, tanpa persiapan untuk menyambut, saya kira itu juga merupakan tanda tidak memahami tidak bisa mengerti bahwa yang disambut, diterima itu adalah Kristus sendiri.
Dalam teks hari ini cukup panjang dikutip suatu penjelasan menyangkut disana diberi judul Transubstansiasi yaitu apa yang terjadi pada saat Konsekrasi perubahan tubuh dan darah Kristus. Dari roti dan anggur.
Kalau anda membaca nanti saya kira anda dapat membaca kembali dan merenungkan dimulai dengan pertanyaan atau cerita tentang anak yang baru saja menyambut komuni pertama pada hari raya Paskah tetapi temannya cuma mengatakan, “Oh itu cuma roti dan anggur.” lalu anak kecil itu kecewa. Kiranya pengalaman seperti itu menunjukkan bahwa penjelasan yang keliru orang tidak memahami, maka kalau kita merayakan Ekaristi dengan sungguh tentunya kita juga akan membukakan hati kita dalam Injil hari ini Markus mau mengajarkan kepada kita supaya penyambutan Kristus sungguh menjadi bermakna bila kita menyambut tubuh dan darahNya dengan sikap iman sebagaimana diharapkan bahwa yang kita sambut adalah Tubuh dan Darah Kristus, bukan semata-mata roti dan anggur. Kalau Kristus sendiri memberikan dirinya menyerahkan hidupNya masuk kedalam persekutuan dengan hidup kita maka diharapkan persekutuan itu yaitu komuni dengan Yesus Kristus akan menumbuhkan di dalam hidup kita juga semangat seperti kristus sendiri.
Oleh karena itu saudara-saudari yang terkasih saya membawa beberapa majalah hidup yang juga kebetulan menyinggung menyangkut beberapa hal yang terkait dengan perayaan Ekaristi yang pernah dimuat di dalam warta iman, saya kira dua, tiga minggu yang lalu. Mengenai tanggapan anda dari SMS ini umat yang membolehkan anaknya makan saat misa, mungkin anda bisa membaca lagi dalam teks warta iman dua tiga minggu yang lalu Salah satu komentarnya di sana dikatakan, “Jangan-jangan kita sudah tidak bisa membedakan gedung gereja dengan rumah makan. Sehingga kita ogah mengingatkan mereka yang masih sibu menyuapi atau membiarkan anaknya makan, wah kasihan lho ya itu tanggapan dari salah satu SMS. Ada juga tanggapan yang lain, “Kalau kita membiarkan makan seakan -akan membiarkan tontonan Yesus yang mengobarkan dirinya. Saya kira hal-hal seperti ini pantas menjadi permenungan kita ber-sama supaya perayaan kita ini sungguh menjadi perayaan yang mem-bangun hidup kita.
Salah satu konsu-ltasi iman yang juga menanyakan saya me-lihat ada seorang ibu yang memakan hosti, kemudian mencuilkan sedikit dan memberikan kepada anaknya yang merengek minta komuni. Apakah hal ini dibenarkan? Jawaban yang diberikan tentu saja hal itu tidak bisa dibenarkan karena anak belum mampu menggunakan akal budinya secara penuh berarti butuh bimbingan, butuh pendampingan dan penjelasan dari orang tua. Jangan asal memberikan supaya anaknya diam tetapi bagaimana memberikan pemahaman kepada anak supaya juga menyambut Tubuh dan Darah Kristus dengan selayaknya dan sepantasnya. Dan yang terakhir yang saya kira perlu juga menjadi bahan permenungan kita yang sebetulnya sudah ada dalam madah bakti nomer 150 barang kali ini lebih penting untuk diperhatikan mereka yang bertugas mengiring sebagai paduan suara, komuni Imam dan umat di iringi dengan nyanyian komuni. Maksudnya ialah agar umat yang bersatu dalam komuni secara rohani menyatakan persatuannya dalam nyanyian bersama secara lahir dan menunjukkan kegembiraan hati serta persaudaraan sewaktu maju menyambut komuni, perlu diperhatikan jangan sampai seluruh waktu komuni di penuhi dengan nyanyian. Perlu diberikan waktu untuk berdoa secara pribadi maka kalau beberapa kali saya mengajak anda untuk menyadari kembali bahwa baru saja menyambut komuni karena koornya hebat, koornya bagus langsung tepuk tangan padahal baru saja menyambut pulang belum sampai dibangku. Saya kira hal ini terkait dengan ajakan ini. Maka kalau tahun lalu di Keuskupan Agung Semarang diselengarakan konggres Ekaristi maksudnya untuk mengajak kita semua seluruh umat untuk sungguh berusaha memahami makna Ekaristi yang dianugerahkan kepada kita agar kita juga dapat membangun kita semakin Ekaristi semakin sesuai dengan apa yang dianugerahkan Kristus dengan memberikan tubuhnya di dalam Tubuh dan Darah dalam Roti dan anggur dalam Sakramen Mahakudus itu. Amin

1 komentar: