Frater Pulus Bambang Irawan, SJ
” Mencari dan menemukan Kristus”
Ekaristi Tgl 17 Januari 2009
Injil Yohanes 1 : 35 – 42
Seorang Katolik yang baru saja dibaptis, dan dia berteman dengan seorang yang tidak percaya akan adanya Allah, seorang ateis. Maka dia bertanya; ”Kamu percaya bahwa Allah itu benar-benar ada?”
Orang katolik mengatakan, ”Ya saya percaya.”
”Coba kalau kamu benar percaya jawablah tiga pertanyaan saya ini.”
”Kalau Allah itu benar-benar ada, bagaimana mungkin Dia menciptakan alam, semesta ini hanya dalam enam hari. Sedangkan anak SMA pun tahu kalau alam semesta ini diciptakan berjuta-juta tahun lamannya, bagaimana?”
Orang katolik itu diam, dan dia menjawab menjawab, ”Nggak tahu.”. Dia senang si ateis ini. Kemudian bertanya dengan pertanyaan yang kedua.
“Kamu percaya bahwa Yesus itu sungguh-sungguh penebus?”
“Ya saya percaya.”
“Kalau Yesus itu sungguh-sungguh penebus, menebus dosa dunia ini, lalu kenapa masih ada banyak penderitaan. Masih ada begitu banyak kamalangan, lalu apa pekerjaan Yesus Penebusmu itu?”
Orang katolik itu diam lagi. “Aku nggak tahu?” Semakin seneng si ateis ini. Dan dia menyiapkan pertanyaan ketiga.
”Kamu percaya kalau Maria itu perawan seumur hidup?
”Ya aku percaya.”
”Kamu itu kan ndak bodoh? Masak ada seorang wanita yang sudah melahirkan masih perawan, bagaimana kamu jelaskan?”
Dan orang katolik itu diam. Dan akhirnya menjawab, “Aku tidak tahu”.
”Lha kalau kamu tidak bisa menjawab tiga pertanyaanku tadi lalu kenapa kamu mau dibaptis dan percaya kepada Allah, Kepada Kristus Sang penebus itu, kepada Bunda Maria?”
Mau tahu jawaban orang Katolik ini, di mengatakan demikian;
”Dulu aku ini pemabuk, aku ini nggak punya harapan, aku dibenci oleh isteri dan anakku. Namun sekarang aku memiliki hidup aku tidak lagi minum. Hidupku berubah, itulah sebabnya mengapa aku percaya kepada Allah.”
Saudara terkasih, cerita ini sebenarnya menggambarkan pergulatan yang dialami oleh orang jaman sekarang untuk percaya. bagaimana kita bisa percaya di jaman yang mengedepankan rasionalitas, sesuatu dianggap benar kalau sungguh-sungguh masuk akal. Rasional di mengerti. Kalau tidak rasional tidak bisa dimengerti itu maka itu salah. Dan yang menarik dari orang katolik yang baru dibaptis ini adalah, dia tidak mencoba menjelaskan seluruh rahasia alam semesta namun dia mencoba menjelaskan rahasia hidupnya sendiri. Kenapa aku percaya karena aku disentuh oleh Tuhan. Bukan karena saya tahu segalanya tentang alam semesta ini, tidak. Namun karena Tuhan menyentuh hidupku maka mengobarkan kepercayaanku.
Yang menarik dari orang Katolik ini adalah dalam cerita ini. Ia merasa berjumpa dengan Allah. Aku bertemu dengan Allah, hati ke hati. Dan itulah yang mengubah hidupku. Yang memberikan pengharapan yang membuat aku berhenti minum. Yang membuat aku menjadi orang yang bisa dicintai lagi oleh isteri dan anak-anakku. Mungkin dia itu tidak kenal, teori Big bang. Tokoh fisikawan Stephen Hawkim yang katanya dunia ini tercipta oleh satu ledakan besar di jaman juta tahun yang lalu. Dia juga tidak tahu tentang teolog-teolog besar yang membuat buku setebal ini tentang Kristus, tentang salib, tentang penebusan. Mungkin dia juga dulu tidak pernah ketemu Romo Tom Jakobs untuk bertanya apakah Bunda kita ini sungguh perawan.
Dia nggak tahu tapi ada satu yang ia ketahui, bahwa Allah menyentuh hidupnya. Ia berjumpa dengan Allah. Dan itulah yang memberikan harapan itulah yang mengubah, itulah yang memberikan kemantapan.
Saudara terkasih, Injil yang kita baca hari ini dari St. Yohanes juga bercerita hal yang sama. Tentang perjumpaan pribadi dengan Yesus. Dan perjumpaan pribadi ini yang mem-berikan perubahan, memberikan keman-tapan terjadi transformasi. Kita buka pada halaman 6. diceriterakan bahwa ada dua orang murid Yohanes. Ketika melihat Yesus, Yohanes mengatakan; ”Lihatlah Anak Domba Allah.” Dan murid-murid Yohanes kemudian mengikuti Yesus. Apakah dia tahu apa artinya ”Anak domba Allah itu”. Mungkin sebagai orang Israel tahu, bahwa Anak Domba adalah lambang syukur atas Paskah tapi ini manusia. Maka dia ketika melihat Yesus dia mengatakan Guru, dia masih menyebut Yesus sebagai Guru. Seperti halnya orang-orang pada waktu itu banyak sekali orang yang bijaksana dan Yesus pun seperti mereka. Yesus adalah guru. Yesus bertanya, ”Apa yang kamu cari?” Para murid itu mengatakan, di manakah Engkau tinggal. Mereka ingin kenal dengan Yesus secara pribadi. Dan Yesus mengatakan, ”Marilah dan kamu akan melihatlah.” Sebenarnya kata yang tepat adalah. ”Datang dan lihatlah.” Yesus mengatakan kalau kamu ingin mengenal Aku datanglah dan lihatlah.” Maka mereka menghabiskan sore itu bersama dengan Yesus. Terjadi perjumpaan hati ke temu hati.
Dan apa yang terjadi, Bapak – Ibu Saudara sekalian. Ada suatu perubahan yang sangat dahsyat, si Andreas kemudian memanggil saudaranya Simon. Warta gembira yang ia dapat perjumpaan pribadi dengan Yesus itu ia tularkan dengan saudaranya. Dan lagi dia tidak lagi menyebut Yesus sebagai guru, tetapi sebagai Mesias. Ia yang diurapi, Ia yang dijanjikan bagi Israel yang memberikan harapan. Ada perubahan di sini. Dari guru, perjumpaan yang biasa akhirnya menemukan bahwa Yesuslah Mesias. Yang diharapkan yang memberikan peneguhan bagi Israel dan proses ini menjadi mungkin karena satu pertanyaan dasar dari Yesus, ”Apa yang kamu cari?”
Kita boleh bersyukur bahwa Allah yang kita imani bukanlah Allah yang diam. Bukanlah Allah yang tinggal di awan-awan sana. Tapi Allah yang bertanya, menegur anda, menunjuk apa yang kamu cari. Dan mengundang untuk berjumpa dari hati ke hati. Allah yang menyapa, seperti dikatakan pada surat dalam Injil St. Yohanes juga pada bab I. Dia mengatakan firman itu telah hadir dan tinggal di antara kita. Allah tinggal dan menyapa kita. Mengajak anda sekalian untuk membuka hati. Berwawan hati, bukalah hatimu yang tertutup itu dan sapalah Allah. Perjumpaan inilah yang akan mengubah seperti cerita tentang seorang Katolik tadi.
Bapak Ibu sekalian, tahun ini adalah tahun Pemuda, dan ada suatu karikatur yang menarik di majalah hidup, pada minggu pertama, dalam karikatur itu dikatakan demikian. “Mudika sama dengan tukang parkir gereja”.
Saya spontan tidak setuju dengan karikatur ini. Bukan karena saya seharusnya jaga parkir, tetapi menurut saya yang utama bukan apakah itu jaga parkir, apakah menjadi lektor, apakah menjadi Patemon, apakah menjadi Prodikaon apakah ikut Ekaristi Kaum Muda EKM. Apa ikut, EKM simbah-simbah, Ekaristi Remaja, ekarsiti macam-macam, yang utama adalah, apakah aku rela bertemu dengan Tuhan. Apakah aku mau berjumpa dengan Tuhan secara pribadi sebagai kaum muda.
Dalam salah satu Seminar Ekaristi yang diadakan majalah rohani pada bulan Desember, ada satu kesaksian yang menarik dari siswi SMA yang mengatakan demikian, ”Aku itu senang ketemu Yesus. Aku senang ke gereja. Lalu bagaimana aku bisa ke gereja dan menikmati kalau suasananya tidak mendukung, kalau tidak memberikan semangat.” Maka marilah kita pada tahun ini Tahun Pemuda ini, bertanya apa yang bisa aku buka dalam diriku agar bisa bertemu dengan Tuhan. Bagaimana supaya aku bisa berjumpa dengan Dia dari hati ke hati. Supaya Ia bisa menyentuh aku, supaya aku bisa berubah, supaya aku bisa merasakan kemantaban, dan itu lebih penting dari pada menjadi tugas menjadi penjaga parkir, menjadi semacam apapun. Itulah yang kita usahakan, itulah yang kita mohon, itulah yang kita cari, yang kita mohon, yang kita harapkan, kepada Yesus.
Sebagai akhir dari homili singkat ini saya pernah mendapat suatu SMS yang menarik dari seorang sahabat, bunyinya demikian, ”Kita kelelahan mencari Allah di langit yang paling tinggi, di samudara yang paling dalam, di lembah yang paling sunyi. Padahal Ia selalu duduk di samping kita.”
Kok saya renungkan benar juga kata teman saya ini. Dan seperti yang dikatakan oleh St. Yohanes pada awal Injilnya, Firman itu tinggal dan ada di dalam dunia tetapi dunia tidak mengenalnya, kenapa? Karena kita sibuk dengan diri kita, kita sibuk dengan seluruh keprihatinan, seluruh penderitaan kita, dan kita lupa untuk membuka diri kepada Allah. Kita sibuk mencari, seakan-akan sudah retret, rekoleksi segala macam saya sudah menemukan Tuhan. Padahal Tuhan duduk di samping dan kalau Tuhan duduk di samping anda, apakah anda akan diam saja. Ataukah anda mau membuka hati bertemu dengan Dia supaya hidup kita dimantapkan dan harapkan kita dikuatkan. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar