Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Senin, 12 Januari 2009

Kotbah Romo Robertus In Nugroho B, SJ

“Kita adalah Bait Suci Allah.”
Bacaan Injil Yohanes 2 : 13-22
Ekaristi Tgl 9 November 2008

Ibu-bapak, saudara-saudara sekalian bagaimana kalau hujan seperti ini, rasanya bagaimana? Dingin-dingin basah ya. Tetapi kebersamaan kita sekarang membuat yang dingin diluar itu menjadi hangat di dalam. Semoga saja, Karena kita bersama-sama berkumpul untuk menghangatkan api, atau untuk lebih menyalakan, mengobarkan api cinta diantara kita yang satu dengan yang lain, tapi juga cinta pada Tuhan, seperti Yesus yang mencintai bait Allah. Yesus mencintai bait Allah, Bait atau rumah atau tempat dimana Allah itu dihormati dan kehidupan umat manusia itu dibela dan diperjuangkan dalam bait Allah itu.
Di dalam bacaan Injil tadi kita menyimak baik-baik dan mencoba membayangkan kira-kira bagiamana Yesus melakukan aksinya disana. Yesus membuat cemeti atau cambuk dari tali dan kemudian mengusir para pedagang dari bait Allah. Penukar-penukar uang di Bait Allah. Yesus menunjukkan sesuatu yang pernah dilakukan oleh para nabi di masa lalu, di masa lampau, ketika para nabi itu mengingatkan umat Tuhan sudah menjauh dari Tuhan. Umat Allah sudah berjalan menjauh say goodbay pada Allah. Maka umat Allah menjadi tidak sambung, tidak terhubung dengan Allah. Dan apa yang terjadi, kalau orang manusia tidak terhubung dengan Allah. Manusia menjadi sepi, manusia menjadi kosong, meskipun orang itu melakukan banyak hal, meskipun orang itu melakukan aktif sana sini. Meskipun mempunyai banyak hal untuk mencukupkan kekosongan dirinya. Tetapi dia tetap kosong, tetap sepi, tetap tidak bahagia.
Mungkin benar ada judul buku berlimpah tetapi gersang. Yesus hatinya terikat pada Yahwe, Yesus hatinya terikat pada BapaNya maka mazmurnya mungkin bahagiaku terikat pada Yahwe. Tetapi kita terikat pada apa? Kalau umat diingatkan bahwa sekarang ternyata perjalanannya menjauhi dari Allah. Menjauhi dari Yahwe, barangkali sekarang umat Tuhan khususnya yang diingatkan oleh Yesus dalam bacaan yohanes tadi, itu terikat pada hal-hal yang bukan Allah. Pada kesenangan sendiri mungkin. Pada barang-barang materi mungkin, maka mazmurnya mungkin, bukan bahagiaku terikat pada Yahwe, tetapi bahagiaku terikat pada HP. Dan yang lain-lainnya.
Dengan aksi simboliknya Yesus mau mengajak orang untuk membuka mata, dan sadar diri, bahwa manusia kita semua adalah bangunan Allah sebagai bangunan Allah, sudah semestinya pada hidup manusia itu tampil sifat-sifat pembangunnya, sifat Allah. Allah yang murah hati, apakah kita murah hati? Allah yang memelihara, Allah yang jujur, Allah yang tidak ingkar janji, Allah yang pengampun, Allah yang merangkul semua orang. Apakah kita menampilkan sifat-sifat Allah itu dalam kehidupan kita, sehingga didalam kehidupan kita roh Allah itu tetap hidup. Seperti dikatakan oleh rasul Santo Paulus dalan suratnya yang kita baca tadi.
”Kamu adalah bait Allah, dan Roh Allah diam didalam kamu.”
Ibu-bapak saudara-saudara sekalian, saya punya cerita, kisah hidup.
Ada sebuah keluarga sederhana, di daerah sleman. Pada suatu, pada beberapa tahun yang lalu, suatu hari keluarga ini memutuskan suatu yang mengubah perjalanan hidup keluarga ini. Membongkar semua hal yang terjadi sebelum-sebelumnya, pokoknya berubah menjadi berbeda. Bagaimana ceritanya? “Awalnya keluarga ini mendengar cerita-cerita, berita-berita sedih, tentang janin yang diaborsi di mana-mana. Bayi-bayi dibuang, anak-anak dipanti asuhan kurang mendapat perhatian, saudara membunuh saudara. Keluarga dan rumah menjadi tempat bersemainya perselisihan dan kekerasan dan terus berita semacam itu silih berganti muncul. Dan kemudian keluarga itu membicarakannya dan memutuskan, kami gelisah dengan berita-berita itu dan kami mau berbuat sesuatu. Akhirnya yang dibuat oleh keluarga itu adalah kami mau mengabdosi seorang bayi, dari panti asuhan.”
Si bapak dari keluarga itu mengatakan demikian, ”Kalau kami memutuskan untuk merawatnya, merawat bayi itu, itu bukan karena kami merasa mampu, karena kami ini berkekurangan tidak cukup untuk semuanya. Tetapi kami melihat berita-berita sedih tentang aborsi dan yang lain-lain itu bagi kami itu bukan hanya untuk diketahui saja. Dan setelahnya selesai. Tetapi pasti ada pesan yang dikirimkan kepada kami. Dan bagi kami pesan itu berbunyi jadikan hidup kalian bagian dari hidup mereka, yang mau disingkirkan dan kami tidak bisa berbuat banyak hal. Kami hanya bisa merawat satu orang bayi.
Itu kisah keluarga sederhana, dari sleman. Mengubah hidup dan keputusan itu mengubah situasi didalam keluarga yang sangat sederhana itu dan juga mengubah hidupnya bayi yang mau disingkirkan. Jadi kalau mengubah hidup itu bukan hanya, ”Ketik Reg spasi ramalan-ramalan ini itu begitu yha, tetapi memang mengubah kedalam, kemudian memancar keluar. Ada dampak yang diungkapkan disekelilingnya. Lain lagi kisah Ibu Darno, ibu Darno itu tinggal di dekat Ring Rood utara sana. Tergelitik oleh situasi alam yang semakin rusak, air dan udara yang terus terkena polusi, lalu juga pohon-pohon yang begitu mudah ditebangi sana-sini dengan berbagai alasan, Ibu Darno mengumpulkan ibu-ibu disekeliling rumahnya, tetangga-tetangganya. Disana itu komplek, perumahan dan kemudian mereka bersepakat untuk melakukan gerakan adobsi pohon-pohon. Mereka mau mengadobsi pohon-pohon petani diseberang sana. Mereka mau ikut melindungi pohon-pohon supaya tidak di tebang. Supaya dapat dipelihara dengan baik, dan seterusnya.
Mereka mengubah hidup keseharian dan perubahan ini mengubah situasi di sekelilingnya. Beda lagi dengan kisah mas Bowo dan mbak Atik. Pasangan muda berpacaran yang didukung ponakan-ponakannya masih kuliah mereka menyisihkan uang yang mereka punya untuk usaha angkringan, bukan untuk mereka kelola sendiri angkringan itu, tepai untuk diserahkan kepada pemuda-pemuda pengangguran di dekat rumahnya mas bowo. Keputusan Mas Bowo mbak Atik dan ponakan-ponakan mengubah hidup mereka dan juga mengubah hidup orang-orang disekelilingnya.
Dan masih banyak kisah-kisah hidup yang lain, yang seperti itu. Mereka itu bukan sosok-sosok yang super, mereka bukan star, mereka bukan superstar seperti kata penyanyi Project Pop. tetapi mereka itu sungguh superstar dalam berbagai hidup. Tidak ada kamera televisi yang merekam kegiatan mereka, itu tidak ada pengaruh bagi mereka. Tetapi mereka mau mengusahakan bagaimana kehidupan ini mau menjadi rumah yang nyaman bagi siapa saja. Lebih berpengharapan supaya roh Allah tetap hidup di tengah-tengah keluarga manusia. Dan semua manusia berbahagia. Mereka ini mau membangun Gereja, yang mau mengalirkan rahmat di tengah masyarakat.
Ibu bapak saudara-saudara sekalian belajar dari Yesus dan juga bercermin dari kisah-kisah ini tadi, saya percaya bahwa semua yang hadir disini mempunyai cinta dan bagaimana cinta ini mau diwujudkan di dalam membangun masyarakat, membangun dunia di mana Allah semakin dimuliakan dan manusia hidupnya itu semakin diperjuangkan. Kita percaya. Kalau usah kita ini ditempatkan dalam tangan Allah, maka Allah akan mendukung kita dengan sebaik-baiknya, agar di dalam kehidupan kita, Iman, Harapan dan Kasih semakin berkembang dan kita ini semakin sambung, terhubung dengan Allah. Gereja Kotabaru di musim penghujan, semoga kita satu jadi umat pengharapan.
Kemuliaan kepada Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar