Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Senin, 15 Desember 2008

Minggu Tgl. 5 Oktober 2008 Kotbah Romo R.M. Wisnumurti, SJ

Kotbah Romo R.M Wisnumurti, SJ
Tema ” Dipercaya untuk berkarya dan berbuah.”
Bacaan Injil Mat 21: 33 - 43
Ekaristi Tgl 5 Oktober 2008
Ibu-ibu bapak-bapak, saudari-saudara terkasih dalam Tuhan. Kalau anda memperhatikan bacaan-bacaan Injil selama tiga minggu berturut-turut ini, anda akan melihat bahwa dalam ke tiga bacaan Injil dikemukakan contoh perumpamaan yang menyangkut kebun anggur. Dua minggu yang lalu, tuan kebun anggur mencari pekerja untuk kebun anggurnya mau di gambarkan kemurahan hati Allah yang sering kali ditangkap keliru oleh manusia yang melihat dari segi yang lain. Minggu lalu juga disebutkan walaupun secara lebih singkat kebun anggur berkaitan dengan dua orang anak yang disuruh oleh ayahnya untuk bekerja di kebun anggur tetapi anak-anak itu mempunyai jawaban masing-masing yang satu mengatakan ya tetapi tidak pergi. Yang kedua ketika diminta untuk pergi ke kebun anggur menjawab tidak, tetapi kemudian berubah pikiran setelah menyadari dia mau pergi bekerja di sana. Keduanya itu mau menggambarkan bahwa kalau seorang mengatakan yha menjawab kepada Allah bersedia juga harus dilaksanakan, jangan seperti yang pertama yang mengatakan ya, tetapi tidak pergi, hanya ”nggah-nggéh mboten kepanggih.”
Yang kedua kendati mungkin semula melawan tidak mau,tetapi setelah sadar mau bertobat. Maka lalu ditampilkan kesediaan untuk bertobat menjadi jalan untuk memperoleh rahmat, memperoleh berkat dan keselamatan. Hari ini lagi ditampilkan tentang kebun anggur bahkan yang lebih panjang. Rupa-rupanya memang masalah kebun anggur menjadi salah satu contoh yang cukup familiar dengan bangsa Israel, karena menurut catatan yang dapat di lihat dalam kitab suci mulai dari kitab kejadian sudah diceritakan mereka mengusahakan kebun anggur sesudah jaman Nuh.
Kalau dalam kisah-kisah lain kadang-kadang di gambarkan hubungan Allah dengan umatnya seperti seorang gembala dengan kawanannya, maka dilingkup perkebunan mau dilambangkan bahwa tuan pemilik kebun yang menggarap kebun itu, sedangkan umatnya bangsa Israel adalah kebun anggur itu sendiri. Dalam perjanjian lama di dalam kitab nabi Yesaya ada gambaran yang sangat bagus yang diceritakan tentang kebun anggur yang sudah disiapkan, di olah dengan baik diberi pupuk tetapi tidak membawa hasil sebagaimana diharapkan. Tuan kebun anggur gambaran Allah yang sudah melakukan segala suatu yang perlu tetapi kecewa karena tidak membawa hasil seperti yang diharapkan.
Bacaan injil hari ini pun juga menampilkan hal yang serupa namun perbedaannya kalau dalam bacaan hari ini digambarkan Tuhan kecewa terhadap para penggarap yang dipercaya untuk menyewa mengerjakan kebun anggurnya. Padahal juga kebun yang sudah disiapkan dengan baik. ’Ada seorang tuan tanah membuka kebun anggur menanm pagar seklilingnya menyiapkan supaya kebun itu tidak diganggu dari luar. Ia menggali lubang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Apa yang diperlukan sudah disiapkan tapi ternyata yang diharapkan akan membawa hasil ternyata juga tidak seperti yang diharapkan. kiranya gambaran ini mengingatkan kepada kita kalau yang diceritakan, dalam perjanjian lama, kitab Yesaya kemudian Tuhan yang kecewa membiarkan bangsa Israel hancur berantakan dibuang sampai dua kali. Sedangkan dalam bacaan ini kekecewaan karena para penggarap yang diharapkan memberikan hasil justru melawan, justru membunuh para utusan, justru tidak mau menerima bahkan ketika PuteraNya sendiri. Gambaran Yesus Kristus diutus Dia justru dibunuh.
Kebaikan Tuhan kepada manusia tidak menghasilkan apa-apa selain kejahatan dan permusuhan terhadap Tuhan. Lalu apa akibatnya apakah kejahatan manusia sudah sebegitu para sehingga tawaran kebaikan dari Tuhan yang begitu murah hati, yang bahkan sering kali tidak masuk di akal. Tuhan yang sudah dimusuhi manusia dengan berbuat dosa tetap masih menawarkan ke-baikan.
Apakah mungkin seperti yang digambarkan dalam salah satu cerita kebetulan saya membaca, ada liflet Ranting Embun yang mengutip cerita di Bernas, sekitar perayaan kemerdekaan 17 Agustus yang lalu. disana dikutipkan cerita demikian seorang Bupati mendapatkan SMS dari temannya di jakarta lalu dalam acar peringatan Tujuh Belasan itu dibacakan demikian bunyinya.
”Suatu hari perwakilan iblis mengahadap kepada Allah dan berkata, ya Allah kami mohon ampun, kami mohon diberikan pensiun dini sekarang ini juga, karena tugas kami iblis atau setan-setan itu adalah menggoda manusia agar tersesat hidupnya, agar menjauhkan diri dari Tuhan. Namun saat ini manusia sudah lebih sesat dari kami para iblis, para tokoh agama banyak yang memutar balikkan ayat suci, para penegak hukum banyak yang menjadi pemeras, sehingga kami para iblis ini tersisih karena itu ya Allah kami mohon pensiun jadi iblis karena kami tergoda oleh manusia, kami kalah oleh kejahatan manusia. Ketika dibacakan SMS itu para hadirin yang mendengarkan ada yang tertawa, terpingkal-pingkal, tetapi ada juga yang tersenyum kecut. Kemudian bupati itu menambahkan mengingatkan agar para tokoh masyarakat yang masih di pedesaan senantiasa menjaga kerukunan sesama menjunjung tinggi sifat kesatria kejujuran dan melestarikan nilai luhur budaya lokal.
Mungkin gambaran itu memang bercanda mungkin maksudnya melucu, tetapi mungkin juga bisa menjadi bahan permenungan apakah memang kejahatan manusia sudah sedemikan parah sehingga setanpun dikalahkan kejahatannya oleh manusia. Kalau demikian kira-kira apa lalu akibatnya? Kalau manusia memusuhi Tuhan dengan kejahatannya itu, apakah seperti yang dialami bangsa Israel mereka lalu dibiarkan hancur kebun itu merana rusak dan menjadi tempat yang sama sekali tidak bisa ditanami lagi. Atau mungkin seperti para penggarap yang digambarkan yang lalu mendapat hukuman. Bukankah juga banyak kali dapat kita baca, kita dengar cerita-cerita mereka yang semestinya membayar apa yang menjadi kewajiban karena punya utang justru melawan mereka yang berhak untuk menagih. atau mereka yang meminjamkan, atau mereka yang menyewakan, sama seperti yang diceritakan apakah sedemikian parah kejahatan yang sudah ditimbulkan. Untuk itu pantas kalau kita merenungkan sebagaimana juga disampaikan dalam tema hari ini bahwa kita dipercaya untuk berkarya dan berbuah. Buah-buah apa yang sudah kita hasilkan supaya sesuai dengan harapan Tuhan, harapan yang mana?
Dalam bacaan hari ini kutipan dari surat paulus kepada jemaat di Filipi salah satu nasehat-nasehat terakhir Paulus menjelang merkea mengakhiri kerasulannya karena ketangkap dan menjelang kematiannya. Di dalam nasehat itu Paulus menegaskan apa yang menjadi harapan Tuhan yang semestinya juga diupyakan oleh setiap orang kristiani yang memang pantas untuk menjadi renungan yang kita camkan sungguhkah harapan dari Tuhan itu dapat kita wujudkan.
Pada ayat 8 tadi dikatakan jadi akhirnya saudara-saudara semua yang benar orang-orang yang menyebut diri kristen semestinya mencintai kebenaran tidak berbohong atau menipu apakah memang kita juga mengusahakan, memperjuangkan kebenaran itu untuk kita wartakan dalam hidup kita atau kita malahan ikut arus seperti para penggarap tadi yang melawan. Semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci. Itu semua menampilkan agar orang-orang yang menyebut diri sebagai murid-murid Kristus mengusahakan hal itu dalam hidupnya sehingga dalam membawakan diri mampu bersikap pada yang lain. Semua yang adil mau mengatakan, mau menghormati orang lain. Kalau para penggarap itu jelas tidak menghormati hak yang dimiliki Tuhan, apakah kita juga sungguh memberikan apa yang menjadi hak Tuhan yang semestinya kita persembahkan kepadaNya atau kita juga ikut merampas hak dari Tuhan itu, melalui segala yang kita lakukan. Barangkali contoh kecil tetapi yang sekarang ini saya kira sangat dapat kita rasakan kita lihat bukankah Tuhan juga berhak meminta dari kita untuk meluangkan waktu beribadah tetapi waktu ibadah yang paling-paling berapa lama satu jam setiap minggu satu setengah jam itupun sudah seringkali dipotong. Apa yang semestinya selama satu jam itu kita persembahkan kepada Tuhan dari 24 jam sehari masih setiap kali dipotong.
Oleh apa? ”SMS, telpon’ bukankah dalam keasikan untuk berdoa di gereja pun orang seringkali mengalahkan Tuhan dengan hal-hal seperti itu. Lalu juga semua yang sedap didengar semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji pikirkanlah semuanya itu. Memang kalau kita menyadari dan merenungkan semua kebaikan, semua kebajikan, mungkin lalu kita berpikir betapa kita belum menghasilkan apa-apa? Betapa kepercayaan dari Tuhan belum kita kembalikan kepadaNya dalam wujud tindakan yang nyata. Lalu sebagian mungkin merasa ya memang kita manusia tidak mempunyai kepantasan sama sekali dihadapan Tuhan. Lalu menjadikan orang kecil hati dan tidak mau berusaha untuk mengubah diri. Namun justru dalam bacaan injil hari ini juga dikatakan, belum pernahkan kamu baca batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan akan menjadi batu penjuru. Suatu perbuatan ajaib di mata kita karena itu Tuhan tetap akan memberi kesempatan bila kita juga mau berusaha, mau setiap kali memohon pertolongan dan bantuannya untuk mewujudkan sikap-sikap itu sebagai upaya kita memberikan kepada Tuhan yang menjadi hak-Nya dengan demikian kita akan beroleh keselamatan yang memang disediakan bagi kita bila kita mau menyambutnya Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar