Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Rabu, 05 Agustus 2009

Kotbah Romo Marwan, Sj

" IBelive in You."
Injil Yohanes 19 : 31- 37
Ekarsiti Tgl. 21 Juni 2009

Saudari dan saudara yang terkasih dalam Tuhan. Hari ini kita bersama merayakan hati Yesus yang Maha Kudus. Marilah mengenai perayaan ini kita perdalami maknanya. Kita lihat perkembangannya dalam sejarah gereja dan kita artikan maknanya dalam dunia kita sekarang ini. Kita sekalian tentulah amat akrab dengan kata hati. Banyak nyanyian mempergunakan kata hati. Dalam kehidupan nyata sehari-hari kita banyak membuat ungkapan membuat kalimat dengan ungkapan kata hati. Hati agaknya memang berarti inti dari jati diri kita inti dari pribadi kita. Hal ini juga diteguhkan apabila tadi menyimak bacaan yang pertama disana dalam Kitab nabi Hosea kita menemukan Nas yang berbunyi, “Hatiku berbalik dalam diriku belas kasihanku bangkit serentak dan kata-kata Tuhan ini diungkapkan kepada bangsa Israel yang dipandang sebagai bangsa yang tidak lagi taat kepada Tuhan, karena mereka menyembah berhala. Karena Mereka berhianat dan menjadi pembrontak. Sekalipun demikian Tuhan berkata hatiku berbalik dalam diriKu, belas kasihanku bangkit serentak. Dari kata-kata ini kita merasakan bahwa Tuhan melalui hatinya telah mengambil keputusan dan keputusan itu adalah keputusan untuk berbelas kasih. Pada bangsa Israel. Di sana kita merasakan semangat yang menggerakkan Tuhan. Bacaan injil bebicara sedikit lain mengenai hati. Injil tidak secara langsung memakai kata hati. Injil berbicara mengenai seorang prajurit yang menikam lambung Kristus dengan tombak dengan segera mengalir keluar darah dan air. Yang ditikam adalah lambung. Lebih lanjut dibalik lambung itu yang ditikam adalah jantung Tuhan. Jantung dalam bahasa Inggris hart, yang dapat diartikan sebagai hati. Yang ditikam sebetulnya adalah hati Yesus. Yang ditikam secara fisik adalah jantung Yesus. Dan kita sekalian tahu apa peran jantung dalam hidup kita. Jantung adalah organ kita yang tidak terlalu berat. Karena beratnya adalah sekitar 300 gram. Akan tetapi kalau kita tidak punya jantung. Jantung tidak bergerak sebab secara baik maka matilah kita. Karena darah kita tidak dicuci dengan baik. Dan seluruh makanan yang diperlukan oleh tubuh, tidak bisa dibagikan secara merata. Jantung membersihkan darah, dan tidak hanya membersihkan darah tetapi memberikan kehidupan kepada kita sekalian. Apabila jantung Yesus ditikam tentulah Ia menderita. Apabila jantung Yesus ditikam itulah Ia mengalami kesakitan yang luar biasa tetapi inilah hati Tuhan. Hati yang mau ditikam, hati yang mau terluka dan menderita. Dari sana muncullah kesediaanNya berbelaskasih untuk mengucurkan darah untuk memberi hidup pada kita sekalian saudari-saudaraku yang terkasih dalam Tuhan kiranya hati yang kudus adalah hati yang memutuskan untuk berbelaskasih, untuk menggerakkan orang untuk belas kasih hati yang bersedia untuk ditikam, hati yang bersedia untuk mengucurkan darah. Itulah yang kita peringati pada hari ini.
Kebaktian pada hati yang Mahakudus yang dilakukan oleh gereja telah berlangsung selama berabad-abad. Dalam sejarah gereja kita dapat menyaksikan bukti-bukti bahwa devosi ini telah berlangsung pada abad ke sebelas dan abad ke duabelas. Akan tetapi perkembangan yang pesat terjadi pada abad ke 17 setelah Santa Maria Margareta lakop memperoleh penglihatan akan kehadiran Tuhan. Yang mengajak kita sekalian umatnya untuk semakin berterimakasih kepada hati Yesus yang Maha Kudus. Ajakan untuk berterimakasih ini sangatlah masuk akal karena hati Yesus yang Maha Kudus seperti kita tahu dari doa Santo Paulus tadi dalam bacaan kedua dikemukakan begitu lebar, begitu panjang, begitu tinggi dan dalam kasihnya. Inilah kasih dari hati yang Maha Kudus. Maka kita diajak untuk berterimakasih kepadanya melalui view sum yang diperoleh oleh Santa Margareta Mari Alakop pada tahun 1673 sampai dengan 1675. Dengan melakukan kebaktian atau devosi kepada hati yang Maha Kudus, sebetulnyalah kita menghormati hati yang Maha Kudus itu. Kita menyerahkan hidup kita, keluarga kita pekerjaan kita, kepada Hati Yesus Yang Maha Kudus untuk memperoleh cintaNya. Kita juga berdoa kepadaNya barang kali bahkan dengan litani Hati Yang Maha Kudus. Kita juga menghormatinya melalui praktek umat katolik untuk mengikuti misa Jumat Pertama sampai dengan 9 kali, hati yang Maha Kudus juga dihormati karena menjadi nama berbagai Tarekat, berbagai sekolah dan bahkan sebuah Negara Katolik di Amerika Latin yaitu Ecuador dipersembahkan kepada hati yang Maha Kudus.
Saudari dan saudaraku yang terkasih kepada Tuhan kebaktian kita kepada hati yang maha Kudus saya kira semakin bermakna di jaman modern ini. Mengapa demikian? Pada jaman ini perhatian kita begitu banyak terkuras oleh hal-hal yang sifatnya Inderawi. Kita banyak melihat, kita banyak mendengar, kita banyak merasakan dengan panca Indera kita banyak menyentuh, kita banyak mempergunakan indera kita untuk bersinggungan dengan dunia ini. Sementara itu ajaran dan daya tarik dari hati yang Maha Kudus justru membawa kita bukannya ditarik oleh rangsang luar inderawi melainkan dibuat peka terhadap inti diri kita. Inti diri kita yang membuat kita mampu memutuskan. Inti diri kita yang mampu membuat kita berbelaskasih. Inti diri kita yang memampukan kita untuk bersemangat, untuk menghidupkan orang lain dan inti diri kita yang membuat kita berani menderita. Sungguh apa yang dipesankan oleh hati Yesus yang Maha Kudus akan menjadi kekuatan kita selagi kita di dera oleh berbagai macam rangsang inderawi yang tak putus-putusnya menggencari kita sekalian dalam hidup kita sehari-hari.
Saudari dan saudaraku yang terkasih apabila kita peka terhadap hati Yesus yang Maha Kudus dengan segala macam kedalaman dan ketinggianNya, dengan segala macam keluasan dan kekuatanNya moga-moga kita juga ditarik untuk semakin berterimakasih atas kasih Tuhan yang tidak terhingga tersebut , atas belas kasihNya kepada sekalian bangsa manusia. Dan kita rupanya ditarik untuk diam dan menikmati, akan tetapi lebih-lebih kita ditarik untuk meniruNya, meneladanNya, meneladan untuk membuat keputusan yang bijak di dunia yang diwarnai oleh kekuatan Inderawi ini, ditarik untuk berbelaskasihan, untuk bersetiakawan terhadap begitu banyak orang yang sedang menderita di dunia ini. Saudara dan saudari yang terkasih semoga terimakasih kita atas hati Yesus yang Maha Kudus sungguh terungkap dalam belas kasih dan solidaritas kita kepada orang lain. Mengakhiri renungan ini marilah kita berdoa kepada Hati Yang Maha Kudus dengan mengatakan Hati Yesus yang Maha Kudus kami percayakan kami semua diri kami keluarga kami pelayanan kami dan pekerjaan kami kepadaMu. Amin.

Kotbah RM. Wisnumurti, SJ

“ Makan dan Minumlah. “
Injil Markus 14 : 12 – 16. 22- 26 .
Ekaristi Tgl. 14 Juni 2009.
Ibu – bapak saudari-saudara terkasih dalam Tuhan. Dalam teks Ekaristi hari ini dengan judul besar, “Makan dan Minumlah”. Yang ditawarkan makan dan minum adalah Tubuh dan Darah Kristus yang menjadi sumber hidup kita. Karena hari ini adalah hari Raya Tubuh dan Darah Kristus atau juga bisa disebut hari raya Ekaristi Kudus.
Perayaan ini tidak terlepas dari rangkaian perayaan yang sudah kita jalani. Kita merayakan Paskah yang memang kita sadari sebagai puncak dari perayaan-perayaan kita. Karena pada perayaan Paskah itu kita merayakan wafat dan kebangkitan Kristus. Namun perayaan Paskah tidak terhenti pada perayaan itu karena seperti kalau saudari masih ingat dua minggu yang lalu ketika romo Martin berkotbah mengawali dengan menanyakan, “Pentakosta, penta berarti lima, berarti lima puluh, mengapa lima puluh?”
Lalu ada yang memberi jawaban ini dan itu. Romo Martin mengatakan, “karena lima puluh, adalah sesudah hari ke 49.” Lalu anda tertawa. Karena memang ada kaitannya sesudah 49 menjadi lima puluh menjadi penyempurnaan, kelengkapan hari yang istimewa itu kita rayakan pada waktu kita menyambut penganugerahan Roh Kudus perayaan Pentakosta sebagaimana dijanjikan oleh Kristus. Namun kalau disebut sebetulnya puncak dari perayaan kita semestinya minggu yang lalu ketika kita merayakan? Masih ingat minggu yang lalu kita merayakan apa? Podho lali. Kita merayakan Tri Tunggal Mahakudus. Karena justru dari sana sumber dari karya penyelamatan Allah itu Tri Tunggal Maha Kudus yang kita rayakan sesudah kita dianugerahi Roh Kudus sehingga kita mampu menyambut menangkap anugerah istimewa itu. Kalau saya katakan sebetulnya puncaknya justru pada perayaan Tri Tunggal Mahakudus karena Tri Tunggal Mahakuduslah yang berinisiatif untuk menyelamatkan manusia maka lalu Putera di utus dan Putera melaksanakan tugas perutusan itu sehingga dengan wafat dan kebangkitanNya karya penyelamatan sudah dilaksanakan melengkapi karya penyelamatan itu agar bisa berlangsung, Bapa dan Putera mengutus Roh Kudus yang sudah kita terima, lalu hari ini apa hubungannya, apa rangkaiannya. Hari ini kalau kita merayakan Tubuh dan Darah Kristus adalah buah dari karya penyelamatan Kristus itu yang dianugerahkan kepada kita. Inilah yang membuat kita memperoleh bekal untuk menjalani hidup, karena dengan anugerah Tubuh dan Darah Kristus kita lalu dapat mengikuti Yesus Kristus dalam hidup kita sehingga kita dapat melaksanakan tugas perutusan yang kita terima melanjutkan karya pewartaan, melanjutkan karya penyelamatan di tengah masyarakat. Kalau ini menjadi buah dari karya penyelamatan yang kita terima maka sebetulnya ini merupakan hadiah yang sangat istimewa, sangat istimewa karena lalu memberi kita kemungkinan untuk hidup berkembang terus bersama dengan Kristus sebagaimana dijanjikan sebelum Dia terangkat ke surga. “Dan ingatlah Aku akan menyertai kamu senantiasa sampai pada akhir jaman. Dan janji itu dilaksanakan dengan memberikan dirinya sehingga kita senantiasa di bisa disertai oleh Kristus.”
Maka kalau itu merupakan anugerah semua seharusnya juga kita hargai dengan semestinya dengan selayaknya. Tapi memang apakah kita juga menghargai itu sebagaimana seharusnya.
Saudari-saudara yang terkasih kalau seperti beberapa tahun lalu pernah terjadi. Ada isu ada rumor, “Katanya mau ada defaulasi semua orang bingung karena lebih-lebih yang punya duit kalau terjadi defaulasi duitnya pasti akan merosot nilainya. Tetapi kalau ada berita terjadi defaulasi Ekaristi, “Apa kuwi.” Mungkin tidak ada yang perduli.
Beberapa Tahun yang lalu pernah dibuat suatu tulisan pada suatu majalah di satu Keuskupan yang diberi judul memang Defaulasi Ekaristi. Terhadap judul itu tentu sebagian orang dan mungkin juga anda merasa wah kok ada–ada saja Defaulasi Ekaristi. Banyak yang tidak setuju akan apa yang dikatakan lebih-lebih kalau melihat di gereja kita ini kapan sih pernah sepi? Tujuh kali perayaan saja selalu mbludak, meluber-luber sampai diluar. Belum lagi kalau ada acara khusus semacam EKM, Ekaristi Kaum Muda. Apa lagi kalau pas penyelenggaranya Debrito wah.. Stece,.. Setero.. ramai lagi, atau mungkin juga Padmanaba, pasti banyak yang datang sampai jalanan di sana itu berjubel dipenuhi mereka yang datang ke gereja. Maka mungkin apa yang tadi dikatakan Devaulasi Ekaristi oleh orang yang melihat kenyataan seperti itu pasti dibantah, ”Wong begitu banyak yang datang ke gereja kok dikatakan Defaulasi. Defaulasi berarti kan penurunan. Itu di gereja belum permintaan-permintaan lain, entah Ekaristi dilingkungan dengan ujub tertentu, syukur peringatan salah seorang anggota keluarga yang meninggal, mau misa tutup peti dan sebagainya. Itu justru banyaknya permintaan untuk misa dengan macam-macam ujub seperti itu membuat kita meskinya bertanya-tanya. Kalau melihat jumlahnya memang menggembirakan, begitu banyak orang yang datang.
Menurut survey yang dibuat oleh litbang pada tahun yang lalu. Di gereja kita ini setiap minggu dengan tujuh kali perayaan Ekaristi itu, sekitar sepuluh ribu dua ratusan umat yang datang. Ha wong begitu banyak kok dikatakan Defaulasi. Memang kalau melihat banyaknya tentunya kita senang. Sepuluh ribu setiap minggu, jumlah yang tidak sedikit. Masalahnya apakah semua yang datang itu juga sungguh memahami dengan benar apa yang dijalani, apa yang diikuti?
Karena misalnya kalau ditanyakan, “Untuk apa sih anda ke gereja pada hari minggu?” Maka jawabannya pasti akan beragam. Ada yang akan menjawab, “Ya kan orang katolik itu wajib mengikuti misa setiap Minggu. Itu seperti dicantumkan dalam lima perintah gereja bukan? Atau yah untuk berdoa. Karena mau ujian maka ikut misa rajin bersembahyang. Tapi juga tidak sedikit yang masih mengatakan ndak sempat, ndak ada waktu. Padahal tadi saya juga menyebut ada tujuh kali kemungkinan. Artinya bisa memilih waktunya kapan saja, mau sabtu sore, atau hari minggu artinya ada banyak kemungkinan toh Ada yang masih menjawab tidak sempat, tidak ada waktu. Maka dari beberapa jawaban tadi kalau yang diungkapkan hanya sekedar wajib itulah yang akan menunjukkan menurunnya nilai perayaan Syukur atas karya keselamatan Allah yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus. Konsili Vatikan kedua dalam Konstitusi Liturgi artikel ke sepuluh, menegaskan peran sentral dan utama perayaan Ekaristi yaitu sebagai puncak yang dituju jadi yang paling tinggi oleh kegiatan gereja. Tapi sekaligus juga asal dan sumber semua kekuatanNya. Jadi memang itu menjadi yang paling istimewa. Karena untuk itu lalu dibutuhkan partisipasi dari seluruh umat supaya dapat terwujud satu perayaan yang melibatkan semua yang datang. Karena dalam konstitusi yang sama artikel 48 dikatakan perayaan seperti itu tidak boleh hanya dihadiri sebagai orang luar. Maksudnya penonton yang tidak terlibat, tidak ikut berpartisipasi.
Atau mungkin kalau ada yang mengajukan pertanyaan. Kapan sih Kristus hadir dalam perayaan Ekaristi, ada yang mau menjawab? Kapan? Banyak yang biasanya mengatakan waktu Konsekrasi, waktu sambut komuni, lalu sebelumnya Malioboro Mall, mungkin ada di Amplas, masih agak jauh. Nah kalau orang mempunyai pandangan semacam itu tidak mengherankan lalu kalau ada yang datang terlambat dan dengan enak mengatakan, “Kan masih belum konsekrasi. Jadi nggak apa-apa!” “Kan masih belum komuni.” Karena ada juga ketika ditanya kenapa ke gereja hari Minggu? ‘Untuk terima hosti katanya’”. Biasanya kalau ada yang menjawab seperti itu saya mengatakan, “Mas nggak usah repot-repot, buang waktu kalau cuman mau terima hosti langsung saja ke Sakristi bilang sama pak koster, “Pak koster minta hostinya dong.” Selesai pulang, sudah terima hosti kok.
Karena orang tidak melihat bahwa yang diterima adalah Tubuh dan Darah Kristus sendiri. Maka kalau kita mempunyai anggapan seperti itu kita lupa bahwa Yesus pernah mengatakan, “Bila ada dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, Aku hadir ditengahnya.” Berarti sejak kita secara sadar datang ke gereja. Sejak awal kita bersama-sama menghadirkan Kristus ditengah kita. dan kehadiranNyapun menjadi semakin nyata kita sadari dalam pembacaan Kitab Suci. Maka Ibadat Sabda bukan hanya tempelan, bukan hanya tambahan, membacakan cerita-cerita jaman dulu, bukan. Karena dalam Konstitusi liturgi III dikatakan, Kristus sendiri hadir dalam sabdaNya dan berbicara bila dalam gereja. Kitab Suci dibacakan. Namun karena sering kali tidak paham apa sih yang dibacakan itu, hubungannya apa, maka tidak jarang lalu sibuk sendiri ber-SMS ria malah bertelpon ria sementara Kitab Suci dibacakan.
Lalu sesudah itu kehadiran kristus menjadi nyata pada saat kita menyambutnya dengan menerima komuni. Tetapi apakah kehadirannya sungguh mempunyai makna bagi kita.
Mungkin dari pengalaman jika kita tengok. Pernah ada cerita orang dipandang menghojat, menghina sakramen Maha Kudus lalu dipukuli. Karena setelah sambut dia tidak tahu dibuang, orangnya dipukuli. Maka kalau ditanyakan apakah saudara sendiri yang memukuli itu juga menghormati sakramen Mahakudus dengan sepantasnya, tanpa persiapan untuk menyambut, saya kira itu juga merupakan tanda tidak memahami tidak bisa mengerti bahwa yang disambut, diterima itu adalah Kristus sendiri.
Dalam teks hari ini cukup panjang dikutip suatu penjelasan menyangkut disana diberi judul Transubstansiasi yaitu apa yang terjadi pada saat Konsekrasi perubahan tubuh dan darah Kristus. Dari roti dan anggur.
Kalau anda membaca nanti saya kira anda dapat membaca kembali dan merenungkan dimulai dengan pertanyaan atau cerita tentang anak yang baru saja menyambut komuni pertama pada hari raya Paskah tetapi temannya cuma mengatakan, “Oh itu cuma roti dan anggur.” lalu anak kecil itu kecewa. Kiranya pengalaman seperti itu menunjukkan bahwa penjelasan yang keliru orang tidak memahami, maka kalau kita merayakan Ekaristi dengan sungguh tentunya kita juga akan membukakan hati kita dalam Injil hari ini Markus mau mengajarkan kepada kita supaya penyambutan Kristus sungguh menjadi bermakna bila kita menyambut tubuh dan darahNya dengan sikap iman sebagaimana diharapkan bahwa yang kita sambut adalah Tubuh dan Darah Kristus, bukan semata-mata roti dan anggur. Kalau Kristus sendiri memberikan dirinya menyerahkan hidupNya masuk kedalam persekutuan dengan hidup kita maka diharapkan persekutuan itu yaitu komuni dengan Yesus Kristus akan menumbuhkan di dalam hidup kita juga semangat seperti kristus sendiri.
Oleh karena itu saudara-saudari yang terkasih saya membawa beberapa majalah hidup yang juga kebetulan menyinggung menyangkut beberapa hal yang terkait dengan perayaan Ekaristi yang pernah dimuat di dalam warta iman, saya kira dua, tiga minggu yang lalu. Mengenai tanggapan anda dari SMS ini umat yang membolehkan anaknya makan saat misa, mungkin anda bisa membaca lagi dalam teks warta iman dua tiga minggu yang lalu Salah satu komentarnya di sana dikatakan, “Jangan-jangan kita sudah tidak bisa membedakan gedung gereja dengan rumah makan. Sehingga kita ogah mengingatkan mereka yang masih sibu menyuapi atau membiarkan anaknya makan, wah kasihan lho ya itu tanggapan dari salah satu SMS. Ada juga tanggapan yang lain, “Kalau kita membiarkan makan seakan -akan membiarkan tontonan Yesus yang mengobarkan dirinya. Saya kira hal-hal seperti ini pantas menjadi permenungan kita ber-sama supaya perayaan kita ini sungguh menjadi perayaan yang mem-bangun hidup kita.
Salah satu konsu-ltasi iman yang juga menanyakan saya me-lihat ada seorang ibu yang memakan hosti, kemudian mencuilkan sedikit dan memberikan kepada anaknya yang merengek minta komuni. Apakah hal ini dibenarkan? Jawaban yang diberikan tentu saja hal itu tidak bisa dibenarkan karena anak belum mampu menggunakan akal budinya secara penuh berarti butuh bimbingan, butuh pendampingan dan penjelasan dari orang tua. Jangan asal memberikan supaya anaknya diam tetapi bagaimana memberikan pemahaman kepada anak supaya juga menyambut Tubuh dan Darah Kristus dengan selayaknya dan sepantasnya. Dan yang terakhir yang saya kira perlu juga menjadi bahan permenungan kita yang sebetulnya sudah ada dalam madah bakti nomer 150 barang kali ini lebih penting untuk diperhatikan mereka yang bertugas mengiring sebagai paduan suara, komuni Imam dan umat di iringi dengan nyanyian komuni. Maksudnya ialah agar umat yang bersatu dalam komuni secara rohani menyatakan persatuannya dalam nyanyian bersama secara lahir dan menunjukkan kegembiraan hati serta persaudaraan sewaktu maju menyambut komuni, perlu diperhatikan jangan sampai seluruh waktu komuni di penuhi dengan nyanyian. Perlu diberikan waktu untuk berdoa secara pribadi maka kalau beberapa kali saya mengajak anda untuk menyadari kembali bahwa baru saja menyambut komuni karena koornya hebat, koornya bagus langsung tepuk tangan padahal baru saja menyambut pulang belum sampai dibangku. Saya kira hal ini terkait dengan ajakan ini. Maka kalau tahun lalu di Keuskupan Agung Semarang diselengarakan konggres Ekaristi maksudnya untuk mengajak kita semua seluruh umat untuk sungguh berusaha memahami makna Ekaristi yang dianugerahkan kepada kita agar kita juga dapat membangun kita semakin Ekaristi semakin sesuai dengan apa yang dianugerahkan Kristus dengan memberikan tubuhnya di dalam Tubuh dan Darah dalam Roti dan anggur dalam Sakramen Mahakudus itu. Amin

Kotbah Romo Bernhard Kiezer, SJ

“ Dalam Allah yang satu tiga pribadi berbagi hidup.
Injil Matius 28 : 16 – 20.
Ekaristi Tgl. 7 Juni 2009.
Saudari-saudara seiman bila pada hari Minggu Tri Tunggal anda membutuhkan penjelasan mengenai segala misteri “Tri in One”. Apakah satu sama dengan tiga, silahkan membaca warta iman halaman 28 itu. Dan untuk Minggu ini-pun kita tidak usah menjelaskan; “Apakah doa orang Kristen, ‘Demi nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus ditujukan kepada Allah yang sama. Seperti sholat orang-orang muslim tetangga kita dua ratus meter dari sini kepada Allah yang Akbar.
Habis dari mulut Musa dan dari bacaan pertama tadi sudah kita dengar, “ Tuhan Allah di langit di atas dan di bumi di bawah tidak ada yang lain. Cuma hati kita cemas mengenai satu hal ini apakah seruan hati kita, iman kita sungguh sampai Allah yang Akbar, yang Agung itu.
Hari Selasa yang lalu Paroki Pakem dan banyak tamu dari seluruh Indonesia merayakan 25 tahun tempat Ziarah Sendang Kitiran Emas. Dari jam Tujuh malam sampai setengah sebelas, padahal kotbahnya Bapak Uskup singkat sekali, tidak sampai 7 menit. Tetapi Romo Saji membutuhkan 45 menit untuk membacakan segala ujub dan permohonan yang dikirim dan dibawa orang dari Tanggerang sampai Larantuka, ke Sendang Kitiran Emas. Tidak ada kesusahan hati yang tidak mendorong kita untuk menyeru kepada Allah yang hidup dan kecemasan kita supaya kita tidak didiamkan oleh Allah yang satu itu.
Kisahnya sejak jaman nabi Musa di didik di istana Firaun. Orang-orang Mesir di giring ke tempat ziarah dewa Horus. Pada tembok belakang kuilnya, habis di sana ada gambaran dewa yang agung. Dan sekarang ini turis-turis itu ke Mesir di giring itu ke tempat yang sama dan Guiednya mengatakan niat, mulutnya sang dewa itu, di sana ada lubang kecil dan tempo dulu waktu umat berdoa di depan dewa itu belakang tembok itu bersembunyi seorang pelayan kuil yang seakan-akan menyuarakan jawaban yang hilang itu. Jelas-jelas kita tidak mau ditipu. Kalau kita berseru dari kesungguhan hati, “Allah jangan sampai mendiamkan diri, dia mesti mendengarkan kalau tidak mengabulkan permohonan-permohonan itu. Sungguh sampai kepada Allah, anda semua datang sore ini untuk perayaan Ekaristi ini, masing-masing dengan maksudnya sendiri-sendiri, tidak hanya dengan ujub-ujub yang dibacakan dan nanti kalu roti dan anggur hasil dari bumi dan dari usaha manusia diantar dari belakang ke sini kitapun diajak untuk menghaturkan dorongan-dorongan hati kita. kita simpan baik-baik, sebab dari Altar itu nanti kita menyambut Kristus. Dialah bagaikan teman seperjalanan. Dia telah menempuh jalan hidup dengan hati dan dalam keributan suatu keluarga yang penuh gairah kegembiraan, susah-susah kerja, ramai-ramai berpesta. Dicintai dan ditolak, menghibur dan ditinggalkan sampai terkutuk dan terhujung di kayu Salib. Kita menyambut Kristus teman seperjalanan kita. Dan Dia juga menyambut kita, supaya kita teman-teman seperjalanan dengan Dia yang bangkit. Ikutlah Aku, sama seperti Bapa mengutus Aku demikian Aku mengutus kamu. Terimalah Roh Kudus dan sementara kita menjadi teman seperjalanan Kristus yang bangkit. Kata-kata doa kita, dari hati kita, Ia yang bawa dan Ia yang menyuarakan, dari satu ujung surga sampai ujung lainnya. Dan sementara kita yang berjalan sebagai teman seperjalanan Kristus yang bangkit berusaha setiap hari entah dimana. Berjerih payah dan seringkali harus berjuang. Usaha kita Roh yang bangkit mulai menyala disana dan tidak mau dipadamkan oleh Roh kita berseru, kata Paulus “Suara sudah tidak lagi didiamkan, dan kesengsaraan kita menimbulkan ketekunan dan ketekunan pengharapan dan pengharapan tidak dikecewakan karena kasih Allah sudah mengalir ke hati kita dalam Roh.”
Tahun 1920 dekat pabrik gula Gondang Dipuro. Tempat sekarang ini ada ziarah hati Yesus yang Kudus di Ganjuran. Bapak guru agama di sekolah rakyat mau menerangkan pada murid-muridnya ; “Kemanakah orang Kristen meletakkan doanya”. Gambarnya raden mas Yusuf Poerwodiwiryo, dari sembilan puluh tahun yang lalu, hari in di lukiskan kembali pada halaman depan warta iman dan teks perayaan Ekaristi, silahkan melihat sebentar. Bagaikan tiga tokoh wayang, Allah hadirat Tri Tunggal sama-sama di tempatkan di sekitar satu meja bundar. Tangan mereka memegang satu keagungan Ilahi itu. Sosok tubuh mereka tidak ada bedanya, cuma Bapa di kirikan dengan jenggot yang panjang. Dan putranya dengan brewok yang lebih kecil, dan Roh Kudus tanpa aseksori laki-laki, ketiga-tiganya di tahtakan di tahta suci para dewa yaitu bunga Lutus. Dan tangkai bunga-bunga itu memancar dari Bapa menumbuhkan anak memantulkan, dipantulkan oleh Roh Kudus, Allah tiga Pribadi berbagi hidup bagi kita. Jelaslah Yesus anak Allah didepan memegang dalam tanganNya lambing bumi yang Ia tebus dengan salibNya. Melangkah supaya kita mengikuti Dia dengan hidup kita dan Roh Kudus itu Tut Wuri Handayani mendorong kita supaya kita sampai kepada Bapa. Pesan raden mas Purwa hampir seratus tahun yang lalu singkat sekali entah kamu berziarah di candi sana entah kemana, entah kamu berdoa di tempat yang sunyi, permohonan dan syukur letakkanlah di meja ke agungan Ilahi antara Bapa yang memancarkan hidup. Dalam persahabatan dengan Kristus dan rindu hati Roh Kudus yang tidak pernah layu, letakkanlah doamu di sana di mana Allah berbagi hidup. Tempat kita letakkan doa kita itulah Allah Tritunggal. Dan dimana Allah berbagi hidup tak seorangpun dibuat bungkam.
Injil Matius tadi, akhir Injil Matius menyuarakan seruan umat. Pesan Kristus yang bangkit dari gunung kemuliaanNya. Kepada semua murid-Nya supaya tidak ragu-ragu pergilah ke seluruh dunia jadikanlah semua bangsa pengikutKu, baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, entah orang dibaptis dengan air menjadi orang Kristen. Entah ia tetangga kita yang beragama lain. Pokoknya semua orang dapat merasakan di mana mereka dapat meletakkan kerinduan hati mereka. Ditengah-tengah Allah yang berbagi hidup. Di situ orang dimungkinkan siapapun agamanya apapun sukunya.
Bulan Februari yang lalu, adik-adik saya mendatangkan saya ke Jerman untuk merayakan ulang tahun bersama ibu seratus tahun ia dan seluruh keturunannya harus hadir. Perjalanan saya dengan pesawat dari Jakarta ke Jerman lewat Abudabi, gedung semenanjung Arab itu. Di pesawat itu sampai di Abudabi saya duduk di tengah-tengah puluhan, lebih dari seratus TKI Indonesia pakai Jilbab dan omong pakai bahasa Indonesia tidak ada habisnya. Dan dari Arab itu ke Jerman kursi saya itu disamping ibu yang agak gemuk dengan banyak barang yang ia bawa tidak pakai Jilbab, tapi bahsa Arab itu dengan cirikhasnya. Saya juga mau omong dengan dia dalam bahasa Inggris tidak lain, karena susah kami cepat selesai dengan omongan kami. Sampai di sajikan sarapan dan lihat makanan saking biasanya saya membuat tanda salib, Konon si disamping saya membuat tanda salib dan bertanya, “Are you katolik ?” Ternyata dia juga Katolik. Orang Irak katolik yang melarikan diri dari tanah dan Negara penuh peperangan dan kerusuhan itu mencari tempat perlindungan dan suaka. Jadi mulai dengan Bapa dan Putera dan Roh Kudus omongan kami tidak ada habisnya mengenai Irak dan mengenai Swedia dan mengenai saudaranya itu di Newzealand, dan mengenai Indonesia dan mengenai ibu-ibu yang seratus. Sampai itu di Frankfurt pesawatnya itu dengan mendarat dengan agak bum sedikit. Dan saking kagetnya si ibu membuat tanda salib itu dan saya ikut bertanda salib. (gerrr..).
Perjumpaan demi nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus membuat kita berbicara satu dengan yang lain. Di situ setiap orang ditengah dan tidak setiap seorangpun dibuat bungkam dan pikirku setiap hari minggu ada mungkin empat ribu, mungkin enam ribu orang atau lebih lagi. Berdoa bersama-sama di gereja ini. Sepenuh hatinya khusuk, suci, meletakkan permohonan di meja keagungan Ilahi yang berbagi hidup. bayangkanlah nanti kalau anda keluar diberkati demi nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, anda mulai menyapa satu sama lain. Sepatah, dua patah kata, betapa banyak perkara dapat mengalir dari tempat kita berdoa. Allah tiga Pribadi berbagi hidup, tetapi Dia membutuhkan kita supaya kita pun tidak membuat satu sama lain bungkam entah kenal satu sama lain. Saya kuatir saya sudah terlalu lama membuat kalian bungkam duduk ( ger…). Maka marilah kita berdiri dan bernyanyi bersama apa yang ada di dalam hati kita. Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

Kotbah Romo Martin Suhartono, SJ

“ Roh Kudus Turun atas kita.”
Injil Yohanes 15 : 26 – 27;16 : 12- 15
Ekaristi Tgl. 31 Mei 2009
Saudara-saudari terkasih selamat sore, selamat ulang tahun kepada anda sekalian. Karena anda sekalian kita semua adalah gereja, hari ini adalah perayaan hari jadi Gereja hari kelahiran Gereja sebagai umat Allah. Hari Pentakosta. Pentakosta dalam bahasa Yunani artinya adalah hari yang ke lima puluh. “Apakah ada yang tahu mengapa hari yang ke lima puluh itu di rayakan? Lima puluh itu dihitung dari hari apa? Dari hari Paskah, dihitung hari kelima puluh. Mengapa dirayakan, mengapa begitu penting? Mengapa? Silahkan angkat tangan.
Jangan cuma untuk kipas-kipas tapi untuk menjawab. Oleh karena hari ke limapuluh itu adalah hari sesudah hari ke empat puluh Sembilan. (gerr….)
Kejar lagi dong dengan pertanyaan; Mengapa kok hari ke empat puluh sembilan itu penting? Ada yang biasa main lotre, judi bola mungkin? Empat puluh Sembilan adalah tujuh kali tujuh, maka tujuh adalah bilangan yang menunjukkan kesempurnaan bagi orang Yahudi. Tujuh kali tujuh itu sempurna banget. Maka ketika Petrus bertanya kepada Yesus berapakali saya harus memaafkan orang. Apakah tujuh kali tujuh kali tidak cukup, tiga kali tidak cukup, tujuh kali tujuh puluh kali. Artinya sempurna tanpa batas.
Maka kita juga biasa benar tujuh kali dalam seminggu, tujuh sakramen, tujuh orang kerdil dalam cerita puteri Salju. Obat juga bintang tujuh, kalu kita pusing juga ngomongnya kita pusing tujuh keliling. Apa ada yang bilang sepuluh keliling. Tidak ada.. kan.. tujuh keliling sudah pol, pusing banget. Maka dalam tradisi Yahudi juga itu pria dan wanita yang berusia 50 puluh itulah dia manusia sempurna. Maka Romo Wisnu saya yakin sudah menjadi pria sempurna yah, lima puluh tahun keatas, lima puluh tahun dalam arti lima puluh itu penting karena itu adalah saat sesudah periode 49 hari karena itu lima puluh menggambarkan satu periode kesempurnaan begitulah, setelah hari Paskah kita rayakan Pentakosta turunnya Roh Kudus atas para rasul dan para umat beriman saat itu. Sebenarnya Pentakosta itu tradisi pesta yang sudah kuno sekali di Israel. Israel yang waktu itu dulu-dulunya masih masyarakat pertanian merayakan pada hari Pentakosta itu adalah hari panen mempersembahkan hasil panen yang pertama kepada Tuhan. Dan bagi umat Israel hari Pentakosta itu hari ke limapuluh setelah mereka merayakan Paskah yaitu hari ke lima puluh ketika mereka meninggalkan, setelah meninggalkan Mesir mereka menerima turunnya kitab Taurat di gunung Sinai dan turunnya Taurat itu menyatukan mengu-bah dari bangsa yang terpencar besar itu menjadi satu bangsa Israel satu umat Allah yang diikat oleh perjanjian kudus dengan Allah sendiri. Itulah hari yang kita rayakan juga seperti turunnya Taurat menjadi hari jadi umat Israel, turunnya Roh Kudus menjadi hari bagi Gereja. Dalam bacaan pertama tadi kita lihat perlambang mengenai hadirnya Roh Kudus. Pertama adanya angin, kedua lidah-lidah api seperti dilambangkan dalam dekorasi tadi. Dan kemudian juga para rasul berbicara bahasa-bahasa yang dimengerti oleh sekian bangsa di bumi ini.
Saudara-saudari terkasih apakah artinya itu? Angin itu menggerakkan. Angin itu mengubah, maka kehadiran Roh Kudus itu menggerakkan orang yang dicurahi oleh Roh Kudus. Mengubah dia, lidah api itu, api itu biasanya melambangkan kehadiran yang Ilahi. Seperti Musa di padang gurun kemudian ketika mendapat pewahyuan Allah ia melihat semak belukar bernyala-nyala tetapi tidak terbakar. Ketika umat Israel mengembara dipadang gurun di pimpin oleh Allah dalam kehadiran tiang api, api melambangkan kehadiran yang Ilahi. Yang Ilahi itu api juga membakar, api itu memurnikan. Maka orang yang dicurahi oleh Roh Kudus itu dibakar, dimurnikan dari segala dosanya. Digerakkan dan diubah. Seperti kita lihat sebelum Kristus bangkit dan kemudian mencurahkan roh-Nya para rasul itu adalah orang yang ketakutan. Ketika Kristus di tangkap dan dibunuh mereka melarikan diri dan sembunyi. Tetapi ketika kemudian Roh Kudus turun seperti janji Kristus, Roh kau akan memperoleh kuasa dari atas dan kau akan menjadi saksiku para rasul itu berubah dan orang-orang yang penakut menjadi orang yang berani. Mereka yang sem-bunyi sekarang malah berani maju di muka umum dan berkotbah memberi kesaksian tentang Kristus. Itulah peru-bahan yang dicapai oleh para rasul, berkat kuasa Roh Kudus. Bagaimana dengan orang yang mendengar kotbah Roh Kudus lewat para rasul itu. Mereka ada tiga ribu orang pada waktu itu dan bertanya kepada Petrus; “ Apa yang harus kami perbuat?
Petrus berkata, “ Bertobatlah dan beri dirimu dibaptis maka kau akan menerima karunia – karunia Roh Kudus.” Dan Apa yang terjadi? Orang-orang yang biasanya egois mementingkan diri sendiri dan kemudian mereka menerima pencerahan Roh Kudus dan diubah menjadi satu jemaat yang bersatu padu secara rukun bukan hanya di dalam ibadat tapi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga bisa dikatakan di antara jemaat kristen pertama itu tidak ada orang yang berkekurangan. Karena yang punya lebih menjual harta miliknya diserahkan kepada para rasul sehingga bisa dibagikan kepada mereka yang membutuhkan. Dari orang yang egois mementingkan diri sendiri mereka diubah oleh Roh Kudus menjadi orang yang peduli akan nasib orang lain bahkan mau memberikan milik mereka demi menghidupi orang yang berkekurangan.
Saudari-saudara terkasih kalau kita sebagi orang katolik, sebagi orang kristen penting bertanya juga; “ Apakah dalam kehidupan kita ini ada perubahan? Sebelum kita.. mungkin kalau dulu saya namanya katolik tidur, karena dibaptis pada masih berbaring sebagai bayi, mungkin sebagian besar dibaptis ketika sudah dewasa, coba tanya lihat pengalaman anda? Apakah sebelum baptis dan sesudah baptis itu ada perubahan dalam hidup anda? Misalnya dulu jahat setelah dibaptis menjadi orang yang baik. Ada perubahan. Kalau dulu jahat setelah baptis tambah jahat lagi,.. nah kita perlu bertanya apakah ada perubahan ke arah yang baik. Seperti orang yang belajar dulunya bodo jadi pinter. Kalau dulunya bodoh masuk Sekolah tambah bodo, lah itu repot.
Saudara-saudara terkasih apakah kita sudah membuka diri pada kehadiran Roh Kudus didalam hidup kita ini. Coba saya tanya? Siapa yang sudah menerima Roh Kudus? Angkat tangan. Siapa sudah menerima Roh Kudus? Ada satu orang di sana, yang lain, .. satu langsung turun lagi, ya to.. (ger…) siapa coba? Apakah anda semua sudah dibaptis? Dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Maka yakinlah bahwa sudah menerima Roh Kudus. Karena Paulus dalam surat di Roma mengatakan, “Anda sekalian yang dibaptis itu bukan menerima Roh perbudakan yang membuat hidup anda dalam ketakutan, tapi Roh ke Putraan, Roh anak Allah yang menjadikan anda anak-anak Allah.
Apakah anda berani dalam berdoa menyebut Allah yang jauh yang seakan hebat sekali itu sebagai Bapa anda, berani tidak? Berani. Karena persis itulah karya Roh Kudus, Paulus mengatakan kita menerima Roh ke Puteraan sehingga kita menyebut ya Aba, Ya Bapa. Maka kalau dalam doa anda menyebut Allah sebagai Bapa, yakin percaya Roh Kudus sudah bekerja dalam diri anda. Kepada umat di Korintus Paulus menulis tidak seorangpun berkata Yesus adalah Tuhan Kecuali Roh Kudus. Maka kalau dalam hidup anda mengakui bahwa Yesus sebagai Tuhan, junjungan, Gusti, juru selamat anda yakinlah bahwa anda bisa mengakui iman itu karena karya Roh Kudus. Jadi dalam baptis anda telah menerima Roh Kudus yang menjadikan anda sebagai anak-anak Allah. Ke-tika anda me-nerima sakramen penguatan karu-nia Roh Kudus diberikan sehing-ga anda diubah dari kanak-kanak dalam iman menjadi orang yang dewasa di dalam iman. Dan diberi keberanian menjadi saksi iman anda. Dan kemudian ketika kita menerima sakramen pengampunan dosa. Disana kita juga menerima karunia Roh Kudus sehingga dosa kita dihapus dan kita dipersatukan diperdamaikan kembali dengan Allah. Kalau anda sekarang duduk disini ungkang-ungkang kaki angop dan sebagainya.. yah mengikuti perayaan Ekaristi yakin percayalah Roh Kudus. kalau anda buka, yang bekerja juga pertama membuat roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus dan mengubah kita yang ratusan ribuan orang ini menjadi satu tubuh, tubuh Kristus sendiri itulah karya Roh Kudus. Dan banyak lagi contoh kehidupan sehari-hari. Anda tidak bisa berdoa, Paulus mengatakan Roh Kuduslah yang membuat anda dibantu dalam kelemahan sehingga mampu berdoa.
Saudara-saudara terkasih mungkin anda masih belum yakin, yah to.. tapi kok tidak saya rasakan Roh Kudus itu bagaimana? Padahal itu orang-orang lain itu katanya menerima Roh Kudus, kami kok tidak? Apa bukti menerima Roh Kudus? Coba anda baca bacaan kedua tadi surat kepada umat di Galatia.
Memang pernah saya di doakan sekelompok orang ya…, lalu dikatakan dengan doa mereka , mereka tumpangi tangan, saya akan dicurahi Roh Kudus ya.., mereka mendoakan lalu berkata dalam…, bahwa mereka mendoakan, dalam bahasa Roh Kudus. ” kura-ba-raba, kura-baraba, kuraba-raba.” Saya pikir dalam hati .. kalau meraba-raba gue kutempeleng lu. (ger..) Apakah bahasa yang aneh-aneh, itu merupakan tanda kehadiran Roh Kudus?
Belum tentu saudara-saudara belum merupakan bukti kehadiran Roh Kudus. Tetapi anda baca dalam Galatia jelas sekali bila kita hidup dalam roh kedagingan, roh hawa nafsu, roh dikuasai oleh percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, perdukunan dan sebagainya perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, Roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora, dan sebagainya tapi buah-buah Roh perhatikan, ada Sembilan disana disebutkan, kasih-sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesediaan kelemah lembutan, penguasaan diri inilah buah – buah roh. bukalah agar Roh bekerja dalam diri anda. Buktinya bukan dalam bahasa-bahasa yang lain-lain itu seperti dilambangkan dalam kisah maknanya sebenarnya contoh para rasul, berbicara bahasa lain jadi mengerti berbagai suku bangsa artinya bukan mereka berbahasa aneh-aneh, pesan mereka itu dimaksudka n bagi seluruh umat manusia itulah maknanya, bila kita menerima Roh Kudus yang penting bukanlah bahasa-bahasa itu, melainkan bahasa Roh yaitu apa, bahasa cinta, seperti dengan lagu,” “Ajarilah Tuhan bahasa cintamu..,” karena Roh Allah Roh Kudus ada Roh kasih maka kalau kita berbahasa Roh dalam arti itu kita mewujudkan bahasa cinta kasih dalam kehidupan kita sehari-hari. Maka saudari-saudara terkasih marilah pada hari gereja, pada hari raya peringatan turunnya Roh Kudus ini sebagaimana kita doakan selama novena Sembilan hari ini kita sungguh berdoa agar kita dibuka dan karya Roh nyata di dalam hidup kita sehingga kita di ubah digerakkan oleh Roh Allah dan bukan Roh dunia. Amin