Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Kamis, 12 Februari 2009

Kotbah Romo RM. Wisnumurti, SJ

Romo RM. Wisnumurti , SJ
Ekaristi Malam Natal.
25 Desember 2008
Injil Yoh 1 : 1 – 18

Ibu-ibu, bapak-bapak, saudari-saudara yang berbahagia, yang berpesta. Selamat menyambut kelahiran Sang Juru Selamat, sebagaimana diwartakan oleh Para malaekat tadi, “ Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan itulah pula pokok yang menjadi arah perhatian kita untuk bersuka cita dan bersyukur menyambut kelahirannya.
Kalau dulu, sering kali dikatakan lahirnya manusia baru itu membawa rejeki dan berkat, tapi itu dulu, sekarang anggapan semacam itu tampakknya kurang laku. Malah beberapa hari yang lalu ada ibu yang mengatakan, “Romo kalau punya banyak anak jaman sekarang itu repot. Karena biaya sekolah mahal. Saya kira itu kenyataan realita yang memang di hadapi jaman sekarang, karena itu lalu orang yang mengatakan bahwa kelahiran manusia baru itu malahan membawa beban, karena berarti tambah jumlah mulut yang harus disuap, mengurangi jatah yang tersedia. Lalu untuk apa kita merayakan Natal, merayakan kelahiran, merayakan kehidupan baru, masihkah perayaan itu punya makna bagi hidup kita.
Memang kalau kita mencermati memperhatikan, merenungkan bacaan-bacaan hari ini, saya kira kita harus mengakui bahwa sepanjang sejarah umat manusia, belum pernah ada orang yang kedatangan-Nya sedemikian diharapkan, sedemikian ditunggu. Bahkan selama berabad-abad lamanya. Orang yang paling terkenal, orang yang paling termasyhurpun tidak pernah ditunggu dan diharap seperti Dia ini.
Kedatangannya sudah diramalkan jauh sebelumnya, sudah dinubatkan secara pasti dan kemudian juga disiapkan dengan sepenuh hati. Bahkan kalau kita ingat, pembawa berita tentang kelahiran-Nyapun bukan sembarangan, yang membawa berita tentang lahir-Nya anak yang ditunggu itu utusan Allah sendiri. Kelahiran-Nya memang bukan kelahiran manusia baru yang biasa, yang seringkali kita alami, kalau ada tetangga, keluarga yang baru saja melahirkan, menambah warganya, paling-paling di beritakan telah lahir dengan selamat, ini tak ada berita tentang keselamatan anak itu. Padahal kelahiran-Nya berkaitan dengan nasib kita. Berkaitan dengan kebahagiaan dan keselamatan kita semua. Yang aneh justru saat Dia lahir, padahal sudah ditunggu, sudah dinantikan, sudah dinubatkan, yang terjadi justru sesuatu yang sangat kontroversial. Dia lahir di tempat yang sama sekali tidak layak untuk ukuran manusia.
Mungkin gambaran yang ada di sebelah saya ini dihadapan anda rasa-rasanya masih lumayan, saya kira disini tidak ada bau tai kambing, tai keledai atau tai sapi. Mungkin malahan oleh panitia sudah di semprot pewangi supaya tidak menggangu orang yang beribadat, dan seperti tadi juga kita dengar dalam Injil, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan ditolak dimana-mana padahal Dia di tunggu, sudah disiapkan berabad-abad lamanya. Lahir ditempat dimana biasa dipakai untuk menampung, atau mungkin meneduhkan hewan peliharaan yang kemalaman, dan tidak ada berita di koran. ”Telah lahir dengan selamat anak kami, kami yang berbahagia Maria dan Joseph, lalu mungkin di KRkan, di Kompaskan, tidak ada! Yang pertama mendengar berita orang-orang yang biasanya di singkirkan dari masyarakatnya, para gembala yang tidak dipandang di masyarakatnya. Cerita ini setiap kali kita dengar bila kita merayakan Natal, dan karena ceritanya juga seakan-akan sesuatu yang kontroversial. Membuat orang lalu juga bertanya, ”Bener apa tidak?
Sehingga ada cerita begini. Ada seorang bapak yang menganggap bahwa cerita Natal itu tahayul saja. Isapan jempol. Bagaimana mungkin Allah kok menjelma. Bapak itu bukan seorang yang tidak berbudi, dia sebetulnya juga orang yang baik. Orang yang tulus, bahkan ia juga setia kepada keluarganya. Dipandangan masyarakatpun namanya bersih bukan termasuk orang yang harus berperkara di peradilan karena korupsi menggelapkan atau karena tertangkap menjual obat-obatan terlarang, nggak. Tetapi dia tidak percaya bahwa Allah menjelma menjadi manusia, apa lagi selalu diceritakan di tempat yang seperti itu. Sungguh ia tidak percaya. Maka memang agak kasihan, isterinya yang berusaha mengajak selalu dia mengatakan, ”Maaf isteriku tersayang, mungkin apa yang saya lakukan ini membuat kamu sedih, tetapi ya lebih baik saya mengatakan apa adanya. Saya tidak dapat mengerti bagaimana Tuhan yang katamu itu begitu Agung kok menjadi manusia, seperti kita-kita. Bagaimana mungkin. Itu sesuatu yang tidak masuk diakal saya.
Maka ketika malam Natal isteri dan anak-anaknya seperti biasa mau menghadiri perayaan Natal mau beribadah, mau mengikuti kebaktian malam Natal di gereja. Suaminya dengan seperti biasa disertai permohonan maaf saya lebih baik tinggal dirumah, menunggu sampai nanti kalian pulang. Lalu kalau kita mau merayakan, kita rayakan bersama-sama di rumah. Isteri dan anak-anak berangkat. Tidak lama kemudian, ternyata salju mulai turun, lalu dia melongok keluar, “Wah saya kira lebih baik menutup pintu dan jendela, lalu dia mulai duduk didepan perapian dan membaca-baca disana sambil mendengarkan lagu-lagu kesuka-annya. Tapi tidak lama kemudian, kedengaran suara diketuk-ketuk.. dipikir ah paling-paling anak-anak yang melempar bola salju. Tapi ketika ketukan itu terdengar lagi, dia mencoba melongok dari jendela, kemudian mengecek ketika dia buka pintu rumahnya dia lihat, beberapa burung rupa-rupanya kedinginan mau berteduh di sana. Karena setelah dibuka, pintunya anginnya cukup kencang. Dia berpikir, wah kasihan mereka kedinginan. Maka ketika mereka mau menyelamatkan diri rupa-rupanya menabrak jendela dipikir jendela itu bisa dilewati. Mereka cari tempat berteduh.
Saya tidak bisa membiarkan mereka kedinginan apalagi kalau sampai mati disini, tetapi bagiamana menolong mereka. Bapak itu mulai berpikir wah dia ingat oh ya.. anak saya punya peliharaan ada kandangnya disana maka lalu dia pergi ke kandang itu dan mencoba mengajak burung-burung itu tadi supaya mau ke sana. Ia memberi makanan, dijatuhkan untuk mengikuti dia, tapi ternyata burung-burung itu tidak mau. Maka dia mencoba untuk mengiring seperti kalau anjing gembala menggiring domba-domba, tapi malah bubar takut semua. Wah bapak itu bingung, bagaimana ya.., lalu dia mulai berpikir... barang kali burung-burung ini menganggap saya mahluk yang aneh dan menakutkan. Seandainya saya beberapa menit saja, bisa menjadi seekor burung mungkin saya lalu bisa mengajak mereka masuk ke tempat yang aman sehingga tidak kedinginan dan diterpa angin.
Sementera dia berpikir bagaimana caranya, terdengar lonceng gereja seperti yang tadi kita dengar lalu lagu Gloria in excelsis Deo, bapak itu tertegun sejenak mendengar bunyi lonceng tadi, dia ingat isteri dan anak-anaknya sedang merayakan Natal di gereja. Lalu dia tiba-tiba jatuh berlutut, lalu dia sambil berbisik tersedu-sedu ”Sekarang saya mengerti, mengapa Engkau mau menjadi manusia seperti kami.” Dia disadarkan bahwa rupa-rupanya usahanya tadi yang tidak dipahami itu juga yang dialami oleh Allah yang mau menyelamatkan manusia yang seringkali tidak dipahami, yang semula dianggap tidak masuk akal bagaimana mungkin Allah mau turun merendahkan diri menjadi seperti manusia yang lain. Padahal justru dari kenyataan itu nampak dengan sangat nyata wujud kasih Allah kepada manusia. Karena kalau kita sering kali menganggap Allah ada di tempat tinggi berarti mestinya Dia yang dicari, manusia yang mesti datang kepada-Nya, seperti setiap kali kita datang beribadat mencari Tuhan, memuja-mujinya ditempat yang tinggi tapi justru malam ini Dia mendatangi kita, Dia turun mencari manusia dan Dia mau hadir tinggal di tengah manusia ciptaan-Nya. Merendahkan diri menjadi salah satu dari manusia. Hal itulah yang membuat manusia kendati tersingkir, kendati dipandang sebelah mata oleh orang lain, masyarakatnya mendapat teman, teman yang senasib dan sepenanggungan. Yang mau datang mau merendahkan diri supaya di tempat yang seperti itu siapapun bisa datang. Siapapun bisa menyapa Dia. Dia yang begitu Agung rela merendahkan diri senasib dengan manusia. Hal itu membuat manusia merasa tidak ditinggalkan di dalam kesulitan penderitaannya. Seperti yang sekarang juga banyak dialami oleh saudara-saudara kita karena kalau Tuhan menjadi manusia berati
Dapat diakses juga melalui Internet:
http://MimbarMingguan.Blogspot.com
http://MimbarHarian.Blogspot.com

Tuhan tinggal ditengah-tengah manusia, berarti Tuhan menyertai manusia, dan kalau Dia sungguh tinggal di tengah manusia maka Dia juga membawakan damai sukacita, seperti juga yang dirasakan oleh para gembala. Karena itu berita kesukaan yang diserukan oleh malaekat semestinya juga kita syukuri, kita sambut dengan sukacita, kita resapkan di dalam hati sanubari kita, dan kalau kita merayakan kelahiran-Nya maka kita juga lalu diajak membangun sikap seperti yang dibuatnya. Seperti yang diteladankan-Nya. Bila kita menjumpai, menemui saudara kita yang tertimpa musibah, yang mengalami kesulitan. Yang mengalami penderitaan, mungkin karena kehilangan pekerjaan akibat resesi ekonomi yang berkepanjangan seperti sekarang karena kehilangan sumber hidup kehilangan tempat tinggal karena digusur menjadi tugas kita untuk mewartakan kabar sukacita ini mereka tidak sendiri, Tuhan datang menemani kita, dan itu berarti membangun kembali kehidupan sehingga kalau kita merayakan kelahiran-Nya maka kita diajak bersama Dia yang kita sambut kelahiran-Nya. Untuk membaharui kehidupan untuk tidak menyerah pada kesulitan tetapi berani menghadapinya karena yakin Dia juga akan menolong, membantu kita, karena Dia menjadi teman sepenanggungan, teman sependeritaan kendati Dia nampak sebagai bayi kecil yang lemah. Oleh karena itu Ibu bapak, saudari-saudara sekalian dalam suka cita dan kegembiraan menyambut kelahiran-Nya tidak lupa semestinya juga memohon agar kelahiran-Nya sungguh menguatkan kita semua lebih-lebih saudara-saudari kita yang menderita yang terlupakan yang terpinggirkan sehingga merekapun dapat ikut serta merasakan sukacita dan dikuatkan. Selamat merayakan Natal, menyambut kelahiran penyelamat kita. Amin

Kotbah Romo Martin Suhartono, SJ

Romo Martin Suhartono, Sj
”Mencari terang sejati.”
Injil Yohanes 1 : 6-8.19-28
Ekaristi Tgl 14 Desember 2008

Saudari-saudara ter-kasih, selamat sore. Ada seorang pemuda yang mencari terang sejati. Ia haus akan Tuhan, ia merindukan kebenaran, dan ia mendambakan pencerahan, yang dapat memberikan jawaban atas segala masalah kehidupannya. Ia pun mulai bermeditasi, berdoa, dan berpuasa. Ia nglakoni, orang jawa bilang. Tapa ngebleng, tidak kena sinar matahari, tidak kena sinar lampu, dalam kegelapan saja. Ia topo kungkum berendam disungai telanjang bulat, tidak apa-apa. Ia topo pendem, di pendem badannya seluruhnya di bawah tanah, hanya kepalanya yang nongol diatas, sampai di thotholi ayam, dikencingi anjing, ia tetap bertahan dalam topo pendem itu. Topo ngrowot, cuma makan rumput, ia pun tahan, tapi hatinya, masih belum mencapai pencerahan, ia pun mencari guru-guru rohani, kemana-mana, ia belajar, menyerap ilmu mereka, tetapi hati juga belum terpuaskan, sampai suatu hari dalam doanya ia mendengar bisikan, bahwa untuk mencari pencerahan dan kesempurnaan itu ia harus bertemu seorang Pertapa Suci, yang bertapa diatas puncak gunung yang tinggi, sulit dijangkau oleh manusia. Dan bisikan batin itu memperingatkan juga, ‘Disana nanti akan diberitahukan kepadanya bagaimana ia bisa mencapai kesempurnaan. Tapi ia hanya punya kesempatan mengajukan tiga pertanyaan, bukan tiga permintaan tetapi tiga pertanyaan maka ia harus mempersiapkan sungguh-sungguh.
Mulailah dia berpikir secara Filosofis, Teologis, mencoba merangkai, merumuskan tiga pertanyaan yang akan membawa dia ke pencerahan. Dan ia pun mulai perjalanannya. Lautan diseberangi, gunung-gunung di daki, semuanya dilewati, hutan belantara yang gelap, perjalanan amat sulit, berhadapan dengan perampok, monster-monster, vampir-vampir, apapun dia hadapi tanpa gentar, sampai suatu hari ia setelah melalui perjalanan mendaki gunung yang tinggi itu, beruang kali hampir ia terjungkal masuk ke jurang, tetapi ia tetap fokus, itulah tujuan kepuncak gunung, aku harus sampai kesana. Dan akhirnya tiba di puncak gunung, ada suatu pondok kecil, puncak gunung itu dikelilingi sedikit oleh salju; ia pun dengan hati berdebar-debar penuh gairah inilah pencerahanku, ia pun mengetok pintu pondok itu, ia membayangkan katanya pertapa suci ini sudah bertapa puluhan tahun. Tentunya ini seorang pertapa tua renta kepalanya suduh gundul jenggotnya panjang, tapi ternyata, ketika pintu pondok terbuka, aduhai, pusinglah dia tujuh keliling, karena ternyata gadis muda keluar. Kinyis-kinyis, kecantikannya, aduhai, bukan main mengalahkan segala mis-misan, dan lebih parah lagi atau lebih menggairahkan lagi, ia pakai bikini minim sampai tubuhnya pating pecotot kemana-mana. Alamak hilanglah lupalah segala pertanyaan filosofis, yang sudah dipersiapkan, dana malah dia bertanya,
“e.. maaf-maaf anda sudah bersuami?”
Gadis itu menjawab, “Sudah”
Lalu pertanyaan kedua, dia dengan penuh gairah dia bertanya, “Tetapi apakah suamimu dirumah?”
Pertapa itu menjawab, “Tidak.”
Dengan penuh gairah melihat ke peluang yang indah dia bertanya,” Kapan suamimu pulang”
Dan pertapa itu menjawab, ” Sebentar lagi.”
Nah sudah habis tiga pertanyaan silahkan pergi. Pemuda itu pun melongo, menyesali dan terlihat dihadapan matanya, gadis muda itu tiba-tiba berubah wujud menjadi nenek-nenek yang tua renta dan tertatih-tatih memasuki pondoknya.
Saudara-saudara terkasih, ada pepatah, ”Malu bertanya, sesat dijalan.” Tetapi bisa juga dari cerita tadi kita lihat, salah bertanya tidak mencapai tujuan.
Salah bertanya karena kita kehilangan fokus, kehilangan orientasi. Sang pemuda mencari terang sejati, mencari kesempurnaan mencari pencerahan, dan menyiapkan segala macam pertanyaan yang mendasar tentang kehidupan, tapi tidak fokus akhirnya terlena oleh kelemahannya.
Hari ini kita dengarkan saudari terkasih bagaimana orang-orang Yahudi di Yerusalem itu mengutus para imam dan orang Lewi, untuk menemui Yohanes Pembaptis, dan mari kita lihat, kita amati, bagaimana jenis pertanyaan yang mereka ajukan, apakah fokus, atau tidak.
Pertanyaan mereka, mereka bertanya siapakah Engkau, apakah Engkau Elia, apakah Engkau Mesias, apakah Engkau nabi yang akan datang. Dan anehnya, Yohanes Pembaptis itu menjawab, aku bukan mesias, coba kalau anda bertanya kepada saya, ”Romo ini siapa?
Lalu saya jawab, ’Saya bukan Romo Wisnu, Saya bukan Romo Heru, tentu anda merasa heran. ’Ini orang gimana-sih, tanya siapa kok malah, jawabnya bukan. Tapi dari jawaban, Yohanes itu kita tahu bahwa dia sadar. Orang-orang ini mencari mesias, maka dia bilang Aku bukan Mesias, orang-orang ini mencari kesempurnaan. Dan dia mengatakan Aku bukan kesempurnaan itu.
Aku hanya menunjukkan kemana kesempurnaan itu dapat engkau capai. Tapi ternyata apa yang terjadi dasar mereka itu utusan dari para penguasa, para penguasa kalau anda bertanya, ’Anda mencari Mesias misalnya. Lalu datang kepada saya, ’He apakah engkau Mesias.’
Lalu saya bilang, ’Saya bukan Mesias.’
pertanyaannya lebih lanjut apa? Logisnya saja. Lalu anda bertanya apa? Kita lihat orang Farisi ini malah bertanya. ’Kalalu engkau bukan Mesias, bukan Elia, bukan nabi yang akan datang, mengapa engkau membaptis?
Inilah dia. Para penguasa biasanya terlalu tergoda oleh pertanyaan tentang, Power, kuasa, hak legalitas, pertanyaannya, mana legalitasmu, untuk membaptis, padahal seharusnya pertanyaan apa. Kalau anda berhadapan dengan situasi sejenis. Anda mencari mesias, anda pikir orang ini mesias
”Apakah kamu Mesias?”
Dan dia bilang, ’Bukan, aku bukan Mesias.’ Pertanyaan lebih lanjut apa?
Anda tentu bertanya, ’Kalau begitu di manakah Mesias? Kalau engkau bukan Mesias, dimana mesias yang sejati. Dan Yohanes Pembaptis mengatakan itu. Dia mengatakan di tengah-tengah kamu ada yang berdiri lebih berharga. Lebih penting daripada aku. Tapi dasarnya mereka sudah tidak fokus lagi. Orang-orang ini kembali ke Yerusalem tidak berbuat apa-apa. Bagaimanakah pertanyaan orang lain. Tadi ini kisah dari Injil Yohanes saudara-saudara. Kalau kisah serupa anda baca dalam Injil Markus, Matius dan Lukas anda akan mendapati bahwa ada golongan orang lain, mereka itu datang kepada Yohanes Pembaptis mengaku bertobat, mengakukan dosa dan dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Bahkan lebih daripada itu pertanyaan muncul. Bukan siapa Yohanes Pembaptis itu? Tapi pertanyaannya dari Injil Lukas orang banyak bertanya kepada Yohanes Pembaptis; ’Apa yang harus kami perbuat?’
Inilah pertanyaan yang tepat, ’Apa yang harus kami perbuat’. Para pemungut cukai bertanya juga, guru apakah yang harus kami perbuat. Para prajurit bertanya juga dan kami apa yang harus kami perbuat. Inilah tidak mempersoalkan lagi, tidak fokus seperti para imam dan orang lewi. Mereka terfokus, ”Aku mau mencapai kesempurnaan dan apa yang harus kami buat?
Dan Yohanes Pembaptis menjawab, demikian pada orang banyak dia berkata, ”Barang siapa punya dua helai baju, hendaklah dia membaginya dengan yang tidak punya. Barang siapa punya makanan, hendaklah dia berbagi makanan juga dengan orang lain. Dan pada para pemungut cukai. Bila ada orang yang kerja di kantor pajak jangan tersinggung.
”Apa yang harus kami perbuat?”
Yohanes menjawab, ” Jangan menagih lebih banyak daripada yang telah ditentukan bagimu.”
Dan prajurit yang bertanya begitu juga Yohanes Pembaptis menjawab, ” Jangan merampas, jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu.” kalau ada yang Tentara jangan tersinggung pada saya, marahlah pada Yohanes Pembaptis. Jangan me-meras, jangan merampas, cukupkanlah dengan gajimu.
Saudara-saudara terkasih, marilah kita bayangkan nanti di rumah anda, bayangkan melakukan perjalanan ke sungai Yordan, bertemu dengan Yohanes Pembaptis, coba anda kira-kira pertanyaan apa yang anda akan rumuskan. Lalu kalau anda tergoda, atau terdorong untuk bertanya? Seperti mereka ini, ”Apa yang harus kami perbuat?” Coba apa jawaban Yohanes Pembaptis bagi anda?”
Setiap orang, Yohanes menjawab permasalah yang dihadapi orang itu dan biasanya yang dihadapi orang itu adalah kelemahan-kelemahan kecil. Sama seperti pemuda tadi, yang mencari terang sejati, ia berpikir, sudah bertapa, berpuasa, berdoa, meditasi, mengalahkan segala monster, ternyata masih terlena oleh nafsu birahinya.
Begitu pula kita dalam kehidupan sehari-hari. Kita biasanya tersandung bukan oleh batu yang besar. Tetapi tersandung oleh batu kerikil yang kecil-kecil. Kita tersandung oleh hal kecil.
Ada kisahnya. Seorang pemuda juga, setan mau menggodai dia. Diajak untuk memperkosa. Dia tidak mau, ’Itu melawan perintah Tuhan’. Dia diajak untuk membunuh orang dia bilang juga, ’Tidak itu melawan perintah Tuhan’. Akhirnya disodori apa? Beer dia pikir, ’Wah beer wah nggak apa-apa. Satu gelas, mulai dari satu gelas, dua gelas, tiga gelas, akhirnya dia mabuk. Pulang sempoyongan, ketemu gadis, ...waaaduhhh. karena dibawah kuasa beer, dia memperkosa gadis itu, dan orang lewat, wah dia kaget, ini ketahuan, gadis yang teriak-teriak dibunuh dan orang yang lewatpun dibunuh.
Itulah saudari dari yang kecil akhirnya dia malah terposok jauh lebih lagi di dalam dosa-dosanya. Silahkan temukan dalam diri anda sendiri kelemahan-kelemahan itu. Saudari-saudara terkasih apakah yang harus kita perbuat? Orang banyak datang kepada Yohanes Pembaptis mengakukan dosanya, bertobat dan memberi diri dibaptis. Dihari-hari mendatang menjelang Natal ini di banyak gereja saya kira di setiap gereja setiap hari pagi, dan sore di sediakan kesempatan untuk mengaku dosa, gunakanlah kesempatan itu, tanyalah kepada diri sendiri manakah kerikil-kerikil kelemahan-kelemahan yang ternyata, menjadi batu sandungan bagi anda. Anda mungkin sudah berpuasa, sudah berdoa, sudah sering ke gereja, tetapi mungkin masih ada kelemahan-kelemahan dan ada dosa-dosa kecil-kecil yang kalau dibiarkan tumbuh itu bagaikan rumput menjadi alang-alang akhirnya menjadi hutan belantara dan justru menghambat anda. Anda tidak fokus lagi pada tujuan anda mencari terang yang sejati. Maka datanglah gunakanlah kesempatan ini. Langkah pertama, adalah anda mengenal diri anda sendiri. Kelemahan dan dosa-dosa yang kecil-kecil yang akan menjadi batu penghalang bagi anda. Kedua akukanlah itu dihadapan Tuhan melalui wakilnya untuk mendapatkan pengampunan dosa, dan untuk mendapatkan kekuatan agar dapat mengalahkan segala kelemahan itu. Dan yang ketiga datanglah datanglah seperti Yohanes Pembaptis, dia hanya penunjuk jalan, dia hanya menunjuk pada terang sejati, Yesus sendiri datanglah kepada Kristus dan bertanya Yesus Tuhanku apakah yang harus kuperbuat untuk mencintai engkau lebih lagi. Untuk mengenal Engkau lebih lagi dan untuk megikuti Engkau lebih dekat lagi. Tujuannya semuanya terfokus agar kita menjadi seperti Kristus sendiri menyerupai Dia Amin.

Kotbah Romo FX. Agus Suryana Gunadi, Pr

Kotbah Romo FX. Agus Suryana Gunadi, Pr
“Menjaga hat dan Hidup”
Ekaristi Tgl 30 November 2008
Injl : Markus 13 : 33 – 37

Jagalah hati jangan kaukotori, jagalah hati lentera hidup ini, Jagalah hati jangan kaukotori, jagalah hati lentera hidup ini, Jagalah hati jangan kaukotori, jagalah hati lentera hidup ini.
Saudara-saudari anda pasti hapal dengan lagu itu, kok tiba-tiba masuk gereja, padahal itu biasanya dinyanyikan lakukan saudari-saudara kita orang muslim, tetapi itu baik sekali, jagalah hati lentera hidup ini, jangan kau kotori, maka kalau kita menantikan kehadiran Tuhan, ketika memasuki masa Adven menantikan Tuhan yang dekat kita rayakan kelahiran-Nya sekaligus menantikan Tuhan, kapan Tuhan menjemput saya, saya merindukan-Nya yaitu kehadiran Tuhan pada tahap yang kedua nanti kiamat. Apa yang kita buat adalah satu, menjaga hati yang kedua hiduplah, dan Kitab Yesaya mengajak kita untuk itu. Umat Israel jelas-jelas mengatakan jelas-jelas melalui nabi Yesaya mengatakan, “Ya Tuhan Engkau sendirilah Bapa kami sejak duhulu nama-Mu Ialah penebus kami.
Tetapi apa kemudian yang kita lihat dalam kitab Yesaya tadi, sekalipun mereka mengatakan, ”Engkaulah penebus kami, Engkaulah Bapa kami, tetapi hidupnya tidak berjaga-jaga. Tidak berjaga-jaga itu artinya dalam bahasa jawa. tahu ndeléyo apa, ndeléyo sekali lagi... ndeléyo. Ndeléyo itu alias kendor, sak geleme dhewe, ndeléyo jadi ingat kata-kata ndeléyo karena kita nanti akan nyanyi dengan kata ndeléyo. Sak geleme dhewe, sak karepe wudele dhewe, semau gue.
Saya kira kita semua sering kali ndeléyo . Kalau saya menyanggupi ya, saya sanggup jadi lektor, saya tau tugas saya, tanggal sekian, jam sekian tetapi saya tidak datang itu namanya saya ndeléyo.
kalau saya misalnya merencanakan rapat, besok ya jangan lupa ya, senin sore jam 7 kita rapat kita tepat waktu ya. Tetapi semua sudah datang, dan saya datang jam 8.00 malam. artinya saya ndeléyo . Kalau saya punya komitment Tuhan saya berniat setiap mau tidur saya akan berdoa terlebih dulu. Tetapi saya selau saja lupa artinya saya ndeléyo. kendor, semau gue, sakarepe dhewe.
Kalau saya misalnya seorang mahasiswa saya kalau ditanya orang kapan selesai kuliah besok artinya akan rampung, akhir Desember, ternyata sampai sekarang tetap saja bab 2 sejak setahun yang lalu dan tidak maju itu artinya saya ndeléyo. Jadi anda sudah bisa memakai kata ini untuk teman-teman anda ndeléyo. Kamu itu mbok jangan ndeléyo. ndeléyo kendor, semaunya, tidak Komit.
Kalau misalnya seorang yang Kos di Yogya. Saya selalu di kirimi uang orang tua untuk membayar kos tetapi ibu kos itu selalu mengeluh karena kita selalu nunggak tiga, empat bulan itu artinya saya ndeléyo. Bukan hanya orang jawa yang bisa mengatakannya ndeléyo, orang manapun bisa mengatakan ndeléyo. Itu namanya ndeléyo.
Kalau saya seorang ibu rumah tangga punya anak empat, punya suami tetapi saya terlalu sibuk dengan arisan, terlalu sibuk dengan aktivitas gereja sampai-sampai rumahnya itu berantakan dan saya tidak pernah memasak, apakah saya ibu yang baik. Tidak saya namanya ibu yang ndeléyo.
Kalau saya punya pacar, saya mengatakan kamu adalah pacar saya, tetapi saya mendua hati, itu namanya saya ndeléyo. Ada nggak pacar yang ndeléyo, ada? Andakan?.. men ndeléyo , mendua.
Kalau saya misalnya, Tuhan ini adven, saya muntup-muntup tahu artinya muntup-muntup, tahu. sudah ingin dan sudah diubun-ubun, saya ingin melakukannya, saya mau bertobat, saya mau memperbaiki hidup saya akan mengubah semangat hidup saya, saya akan mengubah kebiasaan saya, tetapi tetap saja sebenarnya hidup saya tidak berubah, itu namanya saya ndeléyo. dan banyak lagi, dalam banyak perkara kita ndeléyo.
Yang sudah berumur 40 tahun ke atas, sudah mulai diet. Setiap hari mengatakan Tuhan hari ini saya tidak akan makan nasi banyak-banyak. Ning nyatanya siang hari itu.. kok .. enak banget to gulenya. Saya makan banyak dengan gule dengan nasi yang banyak. namanya ndeléyo. Nanti anda pulang ingatlah buatlah litani ke ndeléyoan apa saja dalam hidup saya. Apakah saya juga ndeléyo, kendor, semau gue dalam hidup saya. Dala perkara apa saja ingat-ingat dan persembahkan itu kepada Tuhan.
Kalau ternyata ditemukan bahwa kita semua saya dan anda adalah banyak kali sebagai orang yang ndeléyo saat ini hari ini kita dingatkan, kita disadarkan kita diajak dan akhir dari perikop Yesaya tadi, umat Allah sadar sehingga bahkan dikatakan di sana. Tetapi sekarang ya Tuhan Engkaualah Bapa kami, kami ini tanah liat Engkaulah yang membentuk kami dan kami semua ini buatan tanganMu. Menyerahkan hidup kita pada Tuhan untuk dibentuk. Itulah namanya menjaga hati. Maka mari hati kita jaga memasuki masa adven ini.
Point yang kedua adalah soal hidup. Yang namanya hidup itu bukan suatu yang statis tetapi hidup itu bergerak, Action, hidup itu bertindak dan hari ini Tuhan memanggil. Kata berjaga -jaga itu berarti tidak kongko-kongko, tidak duduk-duduk, tidak sedeku, tidak menunggu, tidak. Tetapi dinamis, tetapi melakukan sesuatu, tetapi action apa yang kita perlu tindak? Yaitu ndeléyo, itu tadi. Mengurangi semangat ke ndeléyoan. Semangat kendor, Semangat semau gue. Tetapi ternyata Allah tidak hanya ingin bahwa kita berhenti di situ. Tuhan saya ingin memperbaiki hidup saya tidak akan ndeléyo lagi, saya ingin dekat dengan Engkau, saya ingin berdoa, saya ingin memperbaiki apa yang kendor dalam hidup saya. Bahkan Tuhan mengajak kita bukan hanya berhenti pada diri sendiri, pada pencapaian diri sendiri, tetapi mengajak menjadi berkat bagi orang lain, menjadi berkat.
Saudara-saudari yang dicintai Tuhan kalau anda kaum muda, tahun besok adalah tahun kaum muda dan Bapa Paus di Sydney berpesan pada kaum muda, pesannya begini.
Secara khusus saya meyakinkan anda. Bahwa Roh Kudus pada masa kini sedang mengundang anda orang muda, untuk menjadi pewarta kabar gembira. Untuk jaman anda. Maka mari maka kita berjaga-jaga untuk hidup dan jangan ndeléyo. tapi tindakno. Jangan kendor tapi action, do, lakukanlah.
Jagalah hati, jangan kau kotori, jagalah hati lentera hidup ini. Itu pesan saya.
Saudari-saudara yang dicintai Tuhan saya pastor paroki Bintaran. Pernah ada yang ke Bintaran. Bintaran itu letaknya titikane Malioboro, karena banyak orang yang juga belum tahu Bintaran. Malioboro ujung ada kantor Pos, kekiri, ada perempatan pertama ,lampu merah namanya perempatan Gondomanan, lurus ke timur lagi perempatan kedua belok kanan 50 meter sudah ada gereja yang aneh. Gereja itu unik, Gereja itu bersejarah. Kalau mau tahu sejarahnya tadi sudah ditampilkan tapi diantaranya saya menemukan, bukan saya ditemukanlah surat dari Presiden Soekarno kepada Mgr. Soegyopranoto ketika tinggal dibintaran tahun 1948, suratnya ini saya Copykan.
Jelas Tulisannya Bung Karno, ya. Oh iya ini saya foto, iya tulisannya Bung Karno untuk Mgr Soegyopranoto. Jadi Soekarno ada di gedung Agung, di istana negara Malioboro, kemudian Mgr Soegiyapranata yang pahlawan Nasional tinggal di Bintaran saya bacakan untuk anda.
Yogyakarta, Kopnya Presiden Republik Indonesia. Yogykarta 10 – 8 - 48. yang Mulia Mgr Soegiyapranata. Bersama ini saya mengirim kepada Yang Mulia satu lukisan. Satu copy oleh seorang pelukis bangsa Italia yang termasyhur. Saya mendapatkan Lukisan itu di dalam satu asrama, dari pada ia rusak lebih baik saya peliharanya, sekarang saya bergembira, bergembira hati dapat menyerahkan lukisan itu kepada yang mulia. ( Bung Karno menyebut, Mgr, Yang Mulia, presiden ini, ) sebagai tanda penghargaan saya kepada golongan Room Katolik di Indonesia. Moga-moga golongan Room Katolik tetap sejahtera dalam Republik, demikianlah harapan saya. Merdeka. Lalu ada tanda tangan Soekarno dan dibawahnya tulisannya. Presiden.
Anda benar disimpan di Keuskupan yang Asli. Saudari-saudara yang dicintai Tuhan itu hanya salah satu fakta sejarah, bahwa gereja Kompleks bintaran itu, menjadi saksi sejarah peran Soegiyapranata yang akhirnya diangkat menjadi pahlawan nasional satu-satunya pastor dan uskup yang dianggkat menjadi pahlawan nasional di Indonesia. Tetapi juga peran umat katolik di Indonesia. Tetapi lebih dari itu gereja bintaran itu sungguh-sungguh sarat dengan sejarah. Kalau kita berpikir tentang sidang Agung Gereja Katolik pertama-tama diselenggarakan di Bintaran Tahun 1948. kalau berpikir soal gereja lingkungan yang sekarang merata di Indonesia lahirnya di mana. Di Bintaran tahun 1934. ketika Soegiyapranata mengumpulkan romo-romo untuk berkonferensi. Kalau kita berpikir soal partai, partai katolik yang pertama lahir dimana, di Bintaran. Dengan tokoh IJ Kasimo. Orang Bintaran, dan Bintaran bukanlah paroki orang lain, tetapi Bintaran adalah monumen kita. Monumen perjuangan orang-orang katolik di Indonesia. Dan sekarang gereja itu retak dimana-mana. Pastorannya, Aulanya, gerejanya. Anda bisa melihatnya langsung. Maka saudari-saudara saya menghimbau, itu milik kita bersama, ayo kita lestarikan. Ayo kita pugar, dengan baik. Maka kalalu anda sudah menerima amplop sudah menerima brosur. Amplop ini diisi ya secara Mirunggan, sacara Mirunggan. Brosur ini jangan ditinggal atau dimasukkan di amplop di bawa pulang dikasihkan pada orang lain anda menjadi berkat dengan itu. Ya Amin.

Kotbah Romo Ignatius Dradjat Soesilo, SJ

Romo Ignatius Dradjat Soesilo, Sj
”Yesus Kristus Raja Semesta Alam”
Ekaristi Tgl 23 November 2008

Ibu-bapak saudara-saudari, adik-adik yang terkasih dalam Tuhan. Selamat sore, siapa diantara ibu-bapak adik-adik yang tidak pernah mendengar atau kenal yang namanya raja, silahkan tunjuk jari.
Untuk masyarakat Yogya. Istilah raja, lebih mudah dikenal. Karena di daerah ini dipimpin oleh seorang raja, yang lebih dikenal dengan Sultan. Siapa Sultan kita ? Siapa?
Hamengku Buwono, ke berapa? Ke Sepuluh.
Hari ini kita merayakan seorang Raja. Tetapi bukan sembarang Raja, kita rayakan pada hari ini. Kita merayakan Kristus Raja Semesta Alam. Sebagai Raja, Ia bakal menghakimi semua bangsa dan penghakiman-Nya itu tidak terjadi semena-mena dan sembarangan. Kalau Raja, pemimpin ataupun hakim sering mengahikimi orang berdasarkan apa mereka dekat atau tidak, apakah mereka bisa menyumbangkan sesuatu untuk kepentinganku. Tetapi Yesus, sebagai seorang Raja yang akan menghakimi itu Dia akan menghakimi semua bangsa dengan seadil-adilnya. Tidak melihat siapa orangnya. Tetapi yang dilihat adalah apa yang telah Dia lakukan selama dia, masih hidup ditengah-tengah dunia ini. Apakah dia memiliki kepedulian terhadap saudaranya yang menderita, atau tinggal diam dan tanpa peduli ketika melihat orang yang sedang menderita. Apakah dia memiliki keprihatinan ketika melihat orang yang telanjang, yang kelaparan, ataukah dia hanya duduk enak-enak mementingkan diri sendiri. Yesus adalah Raja dan sekaligus Dia akan menjadi hakim yang adil untuk semua bangsa berdasarkan perbuatan seseorang terhadap sesamanya. Kalau orang berbuat baik dan mau melayani, serta memiliki solidaritas, terhadap saudara-saudarinya yang menderita, maka ia akan memperoleh ganjaran. Tetapi sebaliknya bila hanya mementingkan diri sendiri dan tanpa pernah peduli terhadap sesamanya yang menderita dia akan memperoleh hukuman.
Yang kedua sebagai seorang Raja dia sungguh-sungguh mengenal rakyatnya. Tidak seperti pemimpin di jaman sekarang ini dimana pura-pura sok kenal ketika akan terjadi proses pemilihan. Tetapi ketika sudah dipilih, lupa akan siapa yang memilih. Bahkan hanya mementingkan dirinya sendiri, atau kelompoknya, atau keluarganya.
Tetapi Yesus sebagai seorang Raja, Dia sungguh mengenal rakyatnya. Bagaikan gembala yang mengenal domba-dombanya. Dikatakan dalam bacaan yang pertama. Aku sendiri akan meng-gembalakan domba-domba-Ku. Dan aku akan membiarkan mereka berbaring dan lebih lanjut dia mengatakan demikian, ”Yang tersesat akan kubawa pulang yang luka akan kubalut, yang sakit akan kukuatkan, serta yang gemuk dan kuat akan kulindungi.
Dengan kata lain Yesus adalah seorang Raja, Raja yang benar-benar mau mengenal siapakah kita yang menjadi umat-Nya. Bahkan Dia, menurut Paulus menanggalkan ke Allahan-Nya. Dan merendahkan diri menjadi manusia sama seperti kita supaya dia bisa mengenal kita semua.
Yang ketiga, Yesus adalah Raja yang mau mengidentifikasikan diri-Nya sebagai orang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan cacat. Kalau kamu tidak melakukan sesuatu kepada saudara-Ku yang paling hina ini, kamu tidak melakukkanNya untuk Aku. Yesus bukanlah seperti pemimpin dimana merasa dan sok dekat dengan orang kecil. Kita tahu sebentar lagi akan ada pemilu. Dan sebentar lagi partai-partai itu pasti akan mendekati masyarakat, dengan berbagai macam program, yang sok merasa dekat, yang sok merasa kenal, yang sok merasa mau menolong tetapi, setelah mereka dipilih, lupa terhadap penderitaan rakyatnya. Tetapi Yesus bukan pribadi yang seperti itu. Yesus adalah pribadi dan Raja yang benar-benar peduli, bahkan mengidentifikasikan dirinya sebagai orang kecil, kalau kamu menolong saudaraKu yang paling hina ini kamu melakukannya untuk Aku. Apa relevansinya kita merayakan Kristus Raja Alam semesta untuk kita dijaman sekarang. Sebagai pengikut-pengikut Yesus, tidak cukup kita beribadah memuji, memuliakan nama Allah di dalam gereja. Iman kita akan Allah itu harus kita wujudkan dalam perbuatan yang nyata, melalui sikap solider, dan membangun solidaritas terhadap seorang-sama, lebih-lebih mereka yang berke-kurangan, mereka yang membutuhkan perhatian, mereka yang benar-benar menderita, kita harus terbuka mengulurkan tangan supaya kasih Allah semakin bisa dirasakan oleh banyak orang.
Ibu- bapak, saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan, saya menghaturkan terimakasih, kepada ibu dan Bapak, yang selama kurang lebih, dua tahun lebih tiga bulan, boleh bersama-sama, hidup dalam kebersamaan dengan anda semua, saya sungguh-sungguh merasa, diperkembangkan imamat saya, ketika saya boleh melayani anda, semua. Sebentar lagi tanggal satu Desember, saya akan pindah ke paroki Isidorus Sukorejo, tadi ada yang tanya Sukarejo itu mana, to? Apanya Solo. Sukorejo itu dekatnya Waleri, Temanggung Parakan, saya akan pindah diparoki desa, dimana di situ, kurang lebih ada empat belas Stasi yang tersebar, sampai kepelosok-pelosok dan juga disitu ada Asrama yang menampung, anak-anak yang menginginkan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Maka pada kesempatan ini pertama-tama saya sungguh ingin menghaturkan termakasih yang sedalam-dalamnya dan setulus-tulusnya, akan kebersamaan kita. Akan saya boleh hadir bersama-sama ditengah ibu dan bapak, dan saya, sungguh merasa, bahwa Gereja Kotabaru ini sungguh Gereja yang luar biasa, sungguh merupakan Gereja yang terbuka, banyak orang datang, ke Gereja ini dan mereka kemudian menjadi kenal satu sama lain, justru di tempat ini juga. Tetapi Gereja Kotabaru, bukan hanya milik orang Kotabaru tetapi milik banyak orang. Bahkan ketika saya kemarin serah terima di Sukorejo, ”Romo saya kalau ke Yogya, pasti Gerejanya ke Kotabaru, lho... banyak orang Sukorejo mengatakan demikian. Gereja Kotabaru adalah tempat dimana banyak orang bisa berkumpul bertemu, untuk saling berkomunikasi, saling memuji dan memuliakan, lebih-lebih Allah Tuhan kita tetapi Gereja Kotabaru, juga merupakan Gereja yang terbuka, bukan hanya untuk menyambut semua orang datang kesini, tetapi juga memiliki keterbukaan dan kepedulian terhadap mereka yang membutuhkan uluran bantuan kita. Maka ini sungguh-sungguh memperkembangkan dan mendewasakan serta menguatkan imamat saya, saya boleh mengalami pengalaman bersama anda semua. Dan kalau ada sesuatu yang barangkali tidak mengenakkan, Romo Dradjat itu nek kotbah rasah nggo mic wis do krunggu, .. banter banget, atau ada kata-kata yang barangkali sedikit menyinggung perasaan ibu-bapak saya dengan segala kerendahan hati, dan kejujuran hati ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Ibu dan Bapak saudara-saudari selalu ada dalam doa-doa saya, meskipun saya pindah, dan saya masih berharap ibu dan bapak juga, mendoakan saya untuk semakin, bisa melayani umat dengan baik, diparoki yang akan saya tinggal hidup di sana. Juga secara khusus, saya ingin menghaturkan terimakasih, untuk Romo Wisnumurti yang boleh bersama-sama dengan beliau, saya hidup berkomunitas, dengan beliau, ditempat ini sungguh merupakan pengalaman yang menyenangkan, sekali lagi, terimakasih, atas segala kebersamaan kita, Amin. ( Aplaus... )