Kotbah Romo Yosephus I. Iswarahadi, SJ

”Komunikasi yang Menguatkan.” Ekaristi Tgl. 16 Mei 2010 Injil Yoh 17 : 20 - 26 Tadi menjelang misa ini telah kami putarkan sebuah video Klip...

Senin, 12 Januari 2009

Kotbah Fr Paulus Bambang Irawan, SJ

“Setia pada perkara kecil.”
Bacaan Injil Matius 25: 14-15.29
Ekaristi Tgl 16 November 2008

Bapak ibu, saudara-saudara sekalian selamat sore, kok saya membaca dan merenungkan injil yang kita dengar hari ini saya teringat dengan sebuah kisah kecil.
Kisahnya demikian. Sebutlah pak Tono. Pak Tono ini menjadi manajer di sebuah perusahaan. Dia diundang mengadakan perjamuan makan dengan owner perusahaan itu, pemilik perusahan itu. Dia senang sekali karena mungkin dari perjamuan ini akan ada tambahan kepercayaan bagi dia, mungkin ada bisnis baru yang dipercayakan kepada dia, dan dia senang sekali. Namun dia juga merasa sedih dan mungkin agak was-was, karena bosnya ini mengatakan demikian, “Mbok itu isteri dan anakmu itu diajak.”
Persis mengajak isteri dia senang sekali. Mengajak anaknya ini yang membuat dia bingung. Karena anaknya ini terkenal super bandel, nakal. Kalau tidak nakal sehari badannya gatel semua.
Maka supaya jamuan makan ini berjalan lancar dia kemudian memanggil anaknya ini mengatakan, sebutlah namanya Rendy.
”Ren...ini ada pesta perjamuan makan papa, ini penting, saya minta kamu jangan nakal yha. Nggak boleh nakal, nggak boleh usil. Nanti kalau kamu nakal uang sakumu saya potong, mau tidak saya potong”, .. tentu tidak mau.
”Santai bos, siap laksanakan”.
Ha ini memang anak nakal, ha.. ini semangat.
Sampailah pada saat dimana dia mengadakan jamuan itu. Dia sebenarnya agak nggak konsentrasi, karena anaknya ini, terkenal hiperaktif. Sampai lima menit masih baik anaknya, wajar, syukur, sepuluh menit, masih baik juga. Wah dia sudah berpikir jamuannya ini akan sukses. Masuk menit ke lima belas, mungkin karena anaknya itu sudah nggak tahan. Tiba-tiba sendok si Rendy ini jatuh.
Pak Tono ini mulai menduga, wah anak ini sudah mulai kambuh. Matanya sudah mulai melotot melihat si Rendy. Dan Rendy sudah sadar bahwa dia salah. Uang saku saya sudah akan dipotong. Dan dia semakin gemetar karena dilihat bapaknya itu. Dan dia berusaha untuk memperbaiki keadaan, dia ingin mengambil sendok itu namun karena tidak hati-ati dia nyampar gelasnya dan pyar. Jatuh.
Keadaanya menjadi semakin genting dan Pak Tono... wahhh sudah bubar acara makan malam saya ini. Semua kacau dan sianaknya cuma diam, sudah mulai akan menangis, dan keadaan menjadi tak terkendali lagi.
Namun ketika itu si bosnya justru mulai tertawa. Pertama hanya cekikian, kemudian lama-lama ketawa keras sekali dan karena bosnya tertawa si Pak Tono juga ikut tertawa, si Rendy tertawa, isterinya tertawa, semua tertawa, dan
akhirnya perjamuan makan malam ini berubah total dari ketegangan menjadi penuh tertetawaan, dengan santainya. Akhirnya seluruh pembicaraan berjalan engan lancar dan akhirnya Pak Tono diberi kepercayaan baru oleh bosnya ini. Dia mendapatkan tambahan kenaikan pangkat.
Saudara sekalian kisah, sebenarnya suatu refleksi atau suatu cermin bagi kita untuk meneliti bagaimana kadang-kadang konsep kita atau paham kita tentang kehidupan, tentang pergaulan itu begitu sempit. Sempit karena diwarnai begitu banyak ketakutan. Takut kalau saya gagal, takut kalau perjamuan saya itu nggak berhasil, takut kalau saya mengecewakan bos saya. Berbagai macam ketakutan. Dan ketakutan-ketakutan itu muncul juga karena ada unsurnya. kata ”harus” saya harus tampil baik, saya harus tampil sempurna, saya harus langsing, saya harus cantik, saya harus ganteng, pokoknya harus. Ketakutan dan keharusan itu campur bawur menjadi satu yang membuat kita menjadi tegang. Dan ketegangan itulah yang membuat akhirnya gelas jatuh, sendok jatuh, perjamuan makan yang hancur karena kita tegang dalam hidup kita. Keterbatasan cara pandang dalam kehidupan itu juga berpengaruh ketika kita berbicara tentang Tuhan. Allah yang kita pahami juga Allah yang terbatas. Semua ini wajar, kalau kita lihat saudara-saudara kita yang muslim, Aoeloh hoeakbar, Allah itu maha besar.
Kalau dalam teologi kita, atau pandangan orang kristen, Deus samper mayorr.. Allah itu selalu lebih besar dari apa yang kita pikirkan. Selalu lebih besar, hanya keterbatasan ini tidak membuat kita mandeg, Dan ini yang ingin disampaikan oleh Yesus dalam perumpamaan tentang Talenta itu. keterbatasan cara pandang kita tentang Allah, tidak boleh membuat kita mandeg. Kita harus terus berkembang dalam lingkaran kepercayaan sebab Allah juga memberikan kepercayaan kepada kita, itulah yang akan disampaikan oleh Yesus dalam perumpamaan.
Kita bukak halaman lima, kita bersama-sama membaca, ”Waktu itu sebenarnya ada semacam konsep demikian. Orang-orang itu menganggap Allah sebagai Allah yang menguhukm. Relasi antara Allah dan manusia adalah relasi antara tuan dan hamba dan tuan harus mengikuti hukum, hamba harus menghindar hukum dari tuannya. Maka yang ada adalah, ”Kalau kamu menjadi anakku kamu harus taat hukum.” Randy tadi menjadi anakku, kalau kamu harus tenang, anteng, tidak usil. Kalau usil itu bukan anakku. Nah tahap inilah yang ingin dilawan dan didobrak oleh Yesus, katanya demikian, ”Sebab hal kerajaan surga sama seperti orang yang mau berpegian keluar negeri. Ia memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Hamba ini mempercayakan hartanya, dan tentu sebagai orang yang punya harta, talenta itu suatu jumlah yang sangat besar. Tidak bisa terhitung pokoknya satu talenta itu jumlahnya besar sekali. Ini dipercayakan kepada hambanya. Tentu percaya ini suatu resiko. Yha kalau hambanya itu jujur, kalau dia lari. Yha kalau orang yang dia percaya itu bisa bertanggung jawab pada yang mempercayakan. Dan ini point pertama yang sangat menarik. Mempercayakan, kemudian hamba yang menerima lima talenta itu menanggapi kepercayaan ini. Dia mengembangkan talenta itu sebenarnya boleh dikatakan kalau hamba ini agak nakal.
Tuannya tidak mengatakan, ”Oke lima talenta ini kamu buat usaha apa saja, tidak mengatakan ini. ”Ini duit lima talenta”, hanya begitu saja, namun dia juga berani berputar dan berpikir tidak pasif begitu saja. Menanggapi kepercayaan itu untuk mengubah dan memutar duit ini. Dan ini penuh resiko yang kita tahu bahwa kalau bisnis itu tidak selalu untung. Kebetulan yang ditampilkan adalah hamba yang bisa mendapat untung. Bagaimana kalau gagal. Bagaimana kalau rugi. Dari lima talenta malah hilang, namun dia berani. Berani mengambil resiko menanggapi kepercayaan itu. Maka kepercayaan dari Allah dan kepercayaan dari manusia, sambung. Itulah yang diharapkan oleh Yesus. Supaya orang jangan berhenti secara sempit pada pemahaman bahwa Allah itu menghukum, Allah itu yang menuntut, sebab kamu ini berbuat ini, berbuat itu sesuai dengan hukummu, tidak. Allah adalah Allah yang memberi kepercayaan. Dan kita menanggapi kepercayaan itu.
Nah kalau terjadi klik tadi Allah yang memberi kepercayaan dan manusia menanggapi kepercayaan itu dengan penuh kreatifitas maka muncullah tanggung jawab. Dan tanggung jawab untuk memberikan apa yang sudah diberikan kepada kita sebagai talenta. Dan ini Saya kira tantangan bagi kita. Sebenarnya perumpamaan ini belum selesai, kenapa belum selesai, karena perumpaan ini tentang akhir zaman dan sekarang belum akhir zaman. Hidup kita masih hidup, kita masih bernafas, Maka pertanyaan adalah kalau Allah sudah memberikan kepercayaan kepada kita dengan keluarga, isteri, suami, anak, pekerjaan, apapun yang diberikan kepada kita. Kalau Allah sudah demikian apakah kita mau menggandeng, menanggapi itu sebagi suatu bentuk tanggung jawab. Bukan bertanya apa yang harus aku lakukan. Karena apa yang harus itu dari, harus itu kan suatu katagori hukum bahwa manusia harus. Tapi bertanya apa yang dapat saya lakukan? Sebagai suami apa yang dapat aku lakukan pada isteri saya, pada anak saya, sebagai anak apa yang dapat saya lakukan kepada orang tua kepada keluarga saya. Maka klik tadi antara Allah dan manusia, relasi saling percaya, yakni kita usahakan. Untuk itu saya mengajak kepada anda-anda sekalian, berdoa bersama lewat sebuah nyanyian, yang sudah sangat sering kita nyanyikan, tetapi dengan suatu semangat yang baru bahwa hidup yang dipercayakan kepada kita kembalikan sebagai suatu persembahan, persembahan kita secara bebas. Sebagai apa yang dapat kita lakukan kepada Allah. Mari kita bersama mendoakan dengan menyanyi ”Persembahan hidup”. ...melagukan lagu Persembahan hidup..... Amin.

Kotbah Romo Robertus In Nugroho B, SJ

“Kita adalah Bait Suci Allah.”
Bacaan Injil Yohanes 2 : 13-22
Ekaristi Tgl 9 November 2008

Ibu-bapak, saudara-saudara sekalian bagaimana kalau hujan seperti ini, rasanya bagaimana? Dingin-dingin basah ya. Tetapi kebersamaan kita sekarang membuat yang dingin diluar itu menjadi hangat di dalam. Semoga saja, Karena kita bersama-sama berkumpul untuk menghangatkan api, atau untuk lebih menyalakan, mengobarkan api cinta diantara kita yang satu dengan yang lain, tapi juga cinta pada Tuhan, seperti Yesus yang mencintai bait Allah. Yesus mencintai bait Allah, Bait atau rumah atau tempat dimana Allah itu dihormati dan kehidupan umat manusia itu dibela dan diperjuangkan dalam bait Allah itu.
Di dalam bacaan Injil tadi kita menyimak baik-baik dan mencoba membayangkan kira-kira bagiamana Yesus melakukan aksinya disana. Yesus membuat cemeti atau cambuk dari tali dan kemudian mengusir para pedagang dari bait Allah. Penukar-penukar uang di Bait Allah. Yesus menunjukkan sesuatu yang pernah dilakukan oleh para nabi di masa lalu, di masa lampau, ketika para nabi itu mengingatkan umat Tuhan sudah menjauh dari Tuhan. Umat Allah sudah berjalan menjauh say goodbay pada Allah. Maka umat Allah menjadi tidak sambung, tidak terhubung dengan Allah. Dan apa yang terjadi, kalau orang manusia tidak terhubung dengan Allah. Manusia menjadi sepi, manusia menjadi kosong, meskipun orang itu melakukan banyak hal, meskipun orang itu melakukan aktif sana sini. Meskipun mempunyai banyak hal untuk mencukupkan kekosongan dirinya. Tetapi dia tetap kosong, tetap sepi, tetap tidak bahagia.
Mungkin benar ada judul buku berlimpah tetapi gersang. Yesus hatinya terikat pada Yahwe, Yesus hatinya terikat pada BapaNya maka mazmurnya mungkin bahagiaku terikat pada Yahwe. Tetapi kita terikat pada apa? Kalau umat diingatkan bahwa sekarang ternyata perjalanannya menjauhi dari Allah. Menjauhi dari Yahwe, barangkali sekarang umat Tuhan khususnya yang diingatkan oleh Yesus dalam bacaan yohanes tadi, itu terikat pada hal-hal yang bukan Allah. Pada kesenangan sendiri mungkin. Pada barang-barang materi mungkin, maka mazmurnya mungkin, bukan bahagiaku terikat pada Yahwe, tetapi bahagiaku terikat pada HP. Dan yang lain-lainnya.
Dengan aksi simboliknya Yesus mau mengajak orang untuk membuka mata, dan sadar diri, bahwa manusia kita semua adalah bangunan Allah sebagai bangunan Allah, sudah semestinya pada hidup manusia itu tampil sifat-sifat pembangunnya, sifat Allah. Allah yang murah hati, apakah kita murah hati? Allah yang memelihara, Allah yang jujur, Allah yang tidak ingkar janji, Allah yang pengampun, Allah yang merangkul semua orang. Apakah kita menampilkan sifat-sifat Allah itu dalam kehidupan kita, sehingga didalam kehidupan kita roh Allah itu tetap hidup. Seperti dikatakan oleh rasul Santo Paulus dalan suratnya yang kita baca tadi.
”Kamu adalah bait Allah, dan Roh Allah diam didalam kamu.”
Ibu-bapak saudara-saudara sekalian, saya punya cerita, kisah hidup.
Ada sebuah keluarga sederhana, di daerah sleman. Pada suatu, pada beberapa tahun yang lalu, suatu hari keluarga ini memutuskan suatu yang mengubah perjalanan hidup keluarga ini. Membongkar semua hal yang terjadi sebelum-sebelumnya, pokoknya berubah menjadi berbeda. Bagaimana ceritanya? “Awalnya keluarga ini mendengar cerita-cerita, berita-berita sedih, tentang janin yang diaborsi di mana-mana. Bayi-bayi dibuang, anak-anak dipanti asuhan kurang mendapat perhatian, saudara membunuh saudara. Keluarga dan rumah menjadi tempat bersemainya perselisihan dan kekerasan dan terus berita semacam itu silih berganti muncul. Dan kemudian keluarga itu membicarakannya dan memutuskan, kami gelisah dengan berita-berita itu dan kami mau berbuat sesuatu. Akhirnya yang dibuat oleh keluarga itu adalah kami mau mengabdosi seorang bayi, dari panti asuhan.”
Si bapak dari keluarga itu mengatakan demikian, ”Kalau kami memutuskan untuk merawatnya, merawat bayi itu, itu bukan karena kami merasa mampu, karena kami ini berkekurangan tidak cukup untuk semuanya. Tetapi kami melihat berita-berita sedih tentang aborsi dan yang lain-lain itu bagi kami itu bukan hanya untuk diketahui saja. Dan setelahnya selesai. Tetapi pasti ada pesan yang dikirimkan kepada kami. Dan bagi kami pesan itu berbunyi jadikan hidup kalian bagian dari hidup mereka, yang mau disingkirkan dan kami tidak bisa berbuat banyak hal. Kami hanya bisa merawat satu orang bayi.
Itu kisah keluarga sederhana, dari sleman. Mengubah hidup dan keputusan itu mengubah situasi didalam keluarga yang sangat sederhana itu dan juga mengubah hidupnya bayi yang mau disingkirkan. Jadi kalau mengubah hidup itu bukan hanya, ”Ketik Reg spasi ramalan-ramalan ini itu begitu yha, tetapi memang mengubah kedalam, kemudian memancar keluar. Ada dampak yang diungkapkan disekelilingnya. Lain lagi kisah Ibu Darno, ibu Darno itu tinggal di dekat Ring Rood utara sana. Tergelitik oleh situasi alam yang semakin rusak, air dan udara yang terus terkena polusi, lalu juga pohon-pohon yang begitu mudah ditebangi sana-sini dengan berbagai alasan, Ibu Darno mengumpulkan ibu-ibu disekeliling rumahnya, tetangga-tetangganya. Disana itu komplek, perumahan dan kemudian mereka bersepakat untuk melakukan gerakan adobsi pohon-pohon. Mereka mau mengadobsi pohon-pohon petani diseberang sana. Mereka mau ikut melindungi pohon-pohon supaya tidak di tebang. Supaya dapat dipelihara dengan baik, dan seterusnya.
Mereka mengubah hidup keseharian dan perubahan ini mengubah situasi di sekelilingnya. Beda lagi dengan kisah mas Bowo dan mbak Atik. Pasangan muda berpacaran yang didukung ponakan-ponakannya masih kuliah mereka menyisihkan uang yang mereka punya untuk usaha angkringan, bukan untuk mereka kelola sendiri angkringan itu, tepai untuk diserahkan kepada pemuda-pemuda pengangguran di dekat rumahnya mas bowo. Keputusan Mas Bowo mbak Atik dan ponakan-ponakan mengubah hidup mereka dan juga mengubah hidup orang-orang disekelilingnya.
Dan masih banyak kisah-kisah hidup yang lain, yang seperti itu. Mereka itu bukan sosok-sosok yang super, mereka bukan star, mereka bukan superstar seperti kata penyanyi Project Pop. tetapi mereka itu sungguh superstar dalam berbagai hidup. Tidak ada kamera televisi yang merekam kegiatan mereka, itu tidak ada pengaruh bagi mereka. Tetapi mereka mau mengusahakan bagaimana kehidupan ini mau menjadi rumah yang nyaman bagi siapa saja. Lebih berpengharapan supaya roh Allah tetap hidup di tengah-tengah keluarga manusia. Dan semua manusia berbahagia. Mereka ini mau membangun Gereja, yang mau mengalirkan rahmat di tengah masyarakat.
Ibu bapak saudara-saudara sekalian belajar dari Yesus dan juga bercermin dari kisah-kisah ini tadi, saya percaya bahwa semua yang hadir disini mempunyai cinta dan bagaimana cinta ini mau diwujudkan di dalam membangun masyarakat, membangun dunia di mana Allah semakin dimuliakan dan manusia hidupnya itu semakin diperjuangkan. Kita percaya. Kalau usah kita ini ditempatkan dalam tangan Allah, maka Allah akan mendukung kita dengan sebaik-baiknya, agar di dalam kehidupan kita, Iman, Harapan dan Kasih semakin berkembang dan kita ini semakin sambung, terhubung dengan Allah. Gereja Kotabaru di musim penghujan, semoga kita satu jadi umat pengharapan.
Kemuliaan kepada Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. Amin.

Kotbah Romo Joannes Hartono Budi, SJ

”Harapan akan belas kasih Allah.”
Bacaan Injil Lukas 22 : 33.39-43
Ekaristi Tgl 2 November 2008

Saudara-saudari sekalian yang terkasih selamat sore. Untuk mengenangkan para pendahulu kita dan memikirkan tentang akhir hidup manusia orang Kristiani tidak boleh lupa, bahwa kita adalah orang-orang yang dikasihi Tuhan dan kita tidak boleh lupa akan Yesus.
Saudari-saudaraku yang terkasih dalam setiap doa syukur agung yang kita doakan dalam ekaristi ada doa untuk para arwah, para pendahulu kita doa syukur agung yang kedua kita pakai hari ini doa syukur agung yang paling tua, mengatakannya demikian doanya,
“Ingatlah yang Engkau panggil kehadiratMu ketika dibaptis ia menjadi satu dengan Kristus ia telah menjadi serupa dengan dia dalam kematian semoga ia menjadi serupa dalam kebangkitan.”
Saudari-saudaraku ini adalah doa pengharapan tetapi isi dari pengharapan ini adalah bahwa orang terbuka mengalami kasih Allah dan orang terbuka menemukan dalam Injil kesetiaan Yesus yang memberikan hidupnya bagi kita.
Saudari-saudaraku terkasih November tahun lalu Paus Benediktus mengeluarkan Insiklik yang berjudul Spesalfi dan Insiklik atau surat paus ini dibuka dengan kutipan dari St. Paulus Roma 8 : 24. Bunyinya demikian. Kita diselamatkan dalam pengharapan. Harapan Kristiani bukanlah sebuah angan-angan kosong tetapi yang menggerakkan kehidupan dan menjadi dasar bagi perjalanan kita beriman dalam Yesus. Maka St. Paulus yang terkenal surat dari penjara mengatakan dalam Filipi 1 : 21, Bagiku hidup adalah Kristus. Mati adalah keuntungan dalam situasi mendekati hari-hari akhir, orang bersatu dengan Kristus dan dia mempunyai kekuatan. Maka saudari-saudaraku jangan tawar hati kata St. Paulus juga saat menghadapi maut 2 Korintus 4 :14, mengatakan; “Ia telah membangkitkan Gusti Yesus akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus.”
Tetapi saudari-saudaraku terkasih, ada kesulitan, apa kesulitannya. Kadang-kadang sementara dari kita begitu saja salah kaprah berpikir “membeo” pandangan umum.
Ada sebuah cerita yang diingat oleh seorang anak. Ketika kecil, dia itu nakal. Anak-anak kadang nakal.
Dia suka menendang ibunya. Lalu orang besar menceritakan hal ini. “Ada seorang anak menendang ibunya, lalu ibunya memaafkan. Anak itu bertumbuh remaja menikah tua dan mati. Pada saat dia dimasukkan ke dalam peti mati. Tiba-tiba kakinya kejang begitu, lalu harus digergaji supaya bisa masuk ke dalam peti.”
Apa yang ditanamkan melalui cerita ini. Hemat saya, menurut hemat saya, yang mau dikatakaan bahwa Allah itu menakutkan, Allah akan membalas dendam terhadap apa yang akan kita buat. Terhadap misalnya orang tua kita. Apakah ini Kristiani saya hanya ingin mengutip kata St. Yohanes, surat Yohanes yang pertama 4 : 10, “Allah adalah kasih” Inilah kasih itu saudara-saudariku bukan kita yang telah mengasih Allah. Tetapi Allah yang telah mengasihi kita. Dan yang telah mengutus anakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.”
Saudara-saudariku marilah kita maju dalam renungan kita masuk dalam alam Injil. Injil mengajak kita ayo kita ingat akan Yesus. Point penting dari Injil sore hari ini adalah kita diajak dalam segala situasi khususnya situasi akhir hidup kita, atau ketika kita merenungkan tentang mereka yang mendahului kita, kita diajak percaya, dan tidak hanya percaya, percaya memilih percaya kepada Yesus.
Saudari-saudaraku marilah mem-bayangkan tempat di seputar salib Yesus sebagai mana digambarkan oleh Injil St. Lukas. Kisah Yesus di salibkan di situ diceritakan sebagai peristiwa perjumpaan-perjumpaan. Yesus berjumpa dengan macam-macam orang dan hadir pada kita aneka macam reaksi. Kita tadi sudah mendengar bacaan yang dibacakan dengan indah marilah kita ingat. Intinya demikian, “Ada beberapa ayat yang tidak dibaca, tetapi ada sikap yang pertama yang datang terlebih dahulu. Bukannya percaya malah mengolok-olok mereka itu yang hari ini kita dengar salah seorang penjahat tetapi sebetulnya juga para pemimpin dan para serdadu, olok-olokkan mereka diartikulasikan demikian, “Jika Engkau benar yang dipilih dan berkenan kepada Allah selamatkan dirimu dulu, lalu kami. Kata-kata mengolok pada Yesus, bisa kita memilih kata-kata itu. Tetapi St. Lukas mengajak kita untuk berjalan membaca Injil lebih jauh. Pada penjahat yang kedua, yang menarik sekali ada sebuah proses berjumpa makin dekat dan beriman pada Yesus.
Perhatikan yang pertama mengatakan demikian penjahat yang baik itu menegur orang lain, dikatakan penjahat itu menegur, lalu dia mengambil posisi dia membuat pilihan dia tidak ikut-ikutan saja orang-orang disekitarnya lalu dia sadar akan dirinya apa adanya, kita memang selayaknya dihukum, dia sadar aku adalah orang-orang berdosa. Lalu yang ketiga apa yang dikatakan, dia mengenal Yesus pada ssat itu. Dan dia mengatakan Yesus, ingatlah akan aku bila Engkau datang, sebagai raja. Orang ini memilih untuk percaya. dia bisa memilih untuk mengolok-olok Yesus bisa memilih kita itu untuk mengolok-olok semua ajaran seperti ini yang pada intinya tentang kasih Tuhan tetapi penjahat ini dihadirkan oleh St.Lukas sebagai contoh bagi orang beriman yang baik, murid Yesus yang baik. Yaitu yang memilih Yesus.
Demikianlah saudari-saudaraku memang Yesus adalah yang dimuliakan karena Yesus tidak pernah membiarkan orang sendiri dalam bahaya. Persis sekali di dalam pernyataan dan pewartaan Lukas Kita ingat Lukas 4 Yesus adalah yang memberitakan pembebasan, Yesus adalah orang yang memberitakan tahun berkat rahmat Tuhan. Lukas 10 mengingatkan kita akan Allah seperti orang Samaria yang baik itu. Yesus Allah sendiri yang hadir di dalam Yesus tidak akan meninggalkan mereka yang bahkan dikisahkan dari orang Samaria yang baik hati itu sedang menderita hampir mati. Di dalam Lukas 15 dikisahkan sekali lagi perumpamaan-perumpamaan yang indah, Domba yang hilang, Dirham yang hilang dan akhirnya anak yang hilang. Kita masih ingat kisah anak yang hilang. Bapa, menunggu sampai dia kembali dan betapa gembiranya bagi Tuhan, kalau puteranya itu kembali. Yang mau dikatakan sekali lagi Allah adalah Allah yang baik.
Saudari-saudaraku mungkin anda ingat pada saat ini. Ah kasihan manusia itu bukankah manusia itu pendosa yang sudah ditendang keluar dari Firdaus. Ingat juga ayat ini yang saya temukan menarik sekali kejadian 3 : 21 Peristiwanya terjadi sebelum manusia keluar dari Firdaus, dikatakan demikian, lalu Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka. Lalu mereka keluar dari Firdaus, saudari-saudaraku yang mau dikatakan, Allah tetap tidak membenci manusia. Pada kesempatan misa seribu hari saya pernah mendengar sharing demikian.
Ada seorang anak pada waktu itu yang ibunya meninggal. Lalu seribu hari dia mendapat mimpi ibu berdiri jauh di sana dan dia sepertinya sedang menyeberang sungai sianak itu dengan sepeda. Lalu anak itu terpeleset. Lalu ketika dia memandang pada ibunya, ibunya sangat perihatin dan dari jauh, tetapi ibu itu yang sudah meninggal tidak bergerak apa-apa, hanya berdiri dari jauh begitu. Lalu sang anak akhirnya menemukan jalannya dia bisa berdiri tegak mengangkat kembali sepedanya dan ia melihat ibunya lagi dan ibunya tersenyum sekarang. Yang mengesan kepada saya orang ini mengatakan, “Romo saya merasa ibu saya masih terus memperhatikan saya. Saya tidak mempermasalahkan lagi tentang ibu diterima oleh Tuhan apa tidak. Saya yakin ibu diterima oleh Tuhan. Tetapi aku merasa tetap diperhatikan oleh ibu.
Saudari-saudaraku terkasih, dari cerita ini tersirat iman yang bagus iman kristiani yang bisa membantu kita dan memang kita ingat jawab Yesus, terhadap penjahat yang baik itu sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus maka marilah kita berdoa bersama-sama menyanyikan itu; “Yesus ingat aku saat Kau masuk kerajaanMu.” agar kita menerima sekali lagi Yesus secara mantap. Dilagukan …. Yesus ingat aku, saat kau masuk kerajaanMu. Yesus ingat aku, saat Kau masuk kerajaanMu. ….

Kotbah Romo Cornelius Priyanto, SJ

”Maju tak gentar, mundur tak geguyu”.
Bacaan Injil Matius 22 : 15 – 21
Ekaristi Tgl 19 Oktober 2008

Sekali lagi saudara-saudari syalom, Debrito syalom. STCE syalom (gerr... ), Saya yakin bahwa pasti malam ini ada anak STCE karena di mana Debrito, ada STCE pun ada. (gerr...)
Baik, saudara-saudari terkasih, film yang baru saja kita saksikan melukiskan bagaimana perjuangan seorang anak muda tadi ketika mau datang dan menepati janji pada seorang cewek dan mendapatkan rintangan-rintangan namun akhirnya dengan berbagai macam usaha ia buat sampai akhirnya ia masuk dan terjun ke sungai. Ini tema kita hari ini. “Maju tak gentar mundur tak geguyu, ha..ha..ha..”
Oke tadi sekedar contoh tetapi masih begitu banyak contoh bagaimana kemajuan dicapai melalui usaha mengatasi rintangan-rintangan. Saya ambil beberapa contoh. Dalam dunia politik kita ingat peristiwa 27 Juli, ingat suatu rintangan yang dihadapi oleh Partai politik kita yang dipimpin ibu Megawati. Konflik berdarah saat itu. Dan ibu Megawati berani menghadapinya mengatasinya dan membawa dia menjadi presiden perempuan pertama Indonesia. Itu Dalam dunia politik.
Dalam dunia musik kita ambil contoh kita mengenal seorang ratu dangdut, ratu ngebor siapa namanya? Ingat pada saat pertama kali Inul muncul, tantangan bertubi-tubi ia hadapi ia dimaki-maki oleh sang raja Dangdut, ia harus bersimpuh didepan kakinya menangis dihadapannya. andai saja Inul patah saat itu, dan menghentikan langkahnya, saat ini kita tidak mengenal Inul sebagai seorang ratu ngebor.
Dengan sekali pentas 75 juta rupiah. Bayangkan 75 juta rupiah. Kalau saya sekali misa 100 ribu, (gerrr....) untuk mendapatkan 75 juta rupiah harus mempersembahkan misa 750 kali. Inul cukup sekali. Itu Inul.
Tahun 2002 kita ingat ada suatu kelompok penyanyi laskecap dari.spanyol. siapa namanya Lola Tilar siapa lagi ingat dengan membawa satu yang sempat mengebohkan dunia ini judulnya, azzerehe... penggelan lagu.... kere-kere ndomble ( gerr.) Apa yang terjadi sesudah lagu ini begitu populer segera dihembuskan isu, diiringi suatu larangan jangan menyanyikan lagu karena lagu ini adalah lagu pemujaan setan. Dari beberapa contoh ini apa yang bisa kita refleksikan kita simpulkan. Kesimpulannya adalah bahwa tidak ada keberhasilan tanpa tantangan. Tak ada kemajuan tanpa perjuangan. Dan ini persis Injil hari ini di alami juga oleh Yesus pengalaman-pengalaman tadi, maka digambarkan, diceritakan dalam Injil pergilah orang-orang Farisi dan membuat rencana bagaimana mereka dapat menjerat Yesus. Apa artinya menjerat? Menghadang memperdayakan, membinasakan, menghalau, mematahkan. Mengapa? Karena Yesus mulai tampil dan mereka tersaingi, Yesus mulai populer dimana-mana maka orang-orang Farisi tidak mau itu terjadi. Maka berusaha menjerat.
Saudara-saudari terkasih sekali lagi, tantangan, kesulitan dan hambatan adalah jalan menuju keberhasilan, bila kita sanggup meloncatinya dan tidak menjadi patah, tidak menyerah. .. ”Maju tak gentar, mundur tak geguyu...”
Sayang, sayang bahwa langkah kita seringkali terhenti di tengah jalan. Mana kala menjumpai rintangan, kita mudah patah, kita mudah menyerah. Tema kita malam ini kecuali mengajak kita untuk maju juga mengajak kita untuk berani mentertawakan diri sendiri, bila kita tergoda untuk mundur saat menemukan kesulitan, mengajak kita untuk malu menjadi orang muda bersemangat lemah, bermental yang tempe.
Ingat identitas yang disandangkan kepada kita orang-orang muda, orang muda adalah harapan bangsa dan masa depan Gereja. 28 Oktober’28. Mari kita sejenak belajar sejarah. bahwa orang muda adalah pengubah sejarah, agen perubahan, delapan puluh tahun yang lalu kita orang-orang muda dalam situasi penjajah banyak orang dinegeri ini sudah berusaha menghalau penjajah tidak berhasil termasuk para raja. Tetapi orang-orang muda berhimpun dari Jong Java, Jong sumatera, Jong Yogyakarta, Jong Kotabaru, Jong Debrito dan semua Jong menyatukan diri dan menyatakan tekad bulat kami putra-putri indonesia dan bersama-sama bersatu. Dan karena itu mengubah sejarah, mengusir penjajah, lahir jaman baru jaman kemerdekaan.
Dipimpin oleh presiden pertama kita Soekarno. 28 tahun pemerentahan mulai tidak benar, siapa yang lalu tampil mengoreksi orang-orang muda saat itu, ada yang namanya KAMI dan KAPI, kesatuan aksi mahasiswa, kesatuan aksi pelajar Indonesia. Soekarno turun lahirlah, Orde lama tumbang, lahir orde baru. Sekali lagi orang muda yang melahirkan jaman baru itu. Orde baru dipimpin oleh soeharto, beberapa memimpin 32 th kekuasaan dan kursinya begitu kokoh tidak ada sanggup menggoyahkan tentara tidak sanggup. MPR tidak sanggup pememerintah tidak sanggup, pegawai negeri tidak sanggup, saat itu situasi negeri beku dingin, mencekam. Orang yang berani bersuara di cekal siapa yang lalu berontak. Lagi-lagi orang muda. Mahasiswa turun dijalan-jalan. Mereka datang ke gedung DPR/MPR menduduki gedung itu berhari-hari tinggal di sana. Dan orang yang paling berkuasa yang selama ini kokoh tumbang. Lagi-lagi ditangan orang muda. Orde baru tumbang lahir orde Reformasi. Lihat semua jaman baru, semua perubahan ada ditangan orang muda. Anda semua orang muda memiliki energi, memiliki mimpi-mimpi tinggi, tepuk tangan untuk anda semua.
Sore ini saya ingin mengajak energi dan mimpi ini kita nyalakan kembali. Kita belajar pada kitab Suci. Karena saat ini kita dalam keprihatinan banyak orang muda lemes dan loyo. Dalam kitab Suci tiga kali Yesus membangkitkan orang mati. Siapa saja yang dibangkitkan. Satu Lazarus, dua seorang anak muda di kota Naim, tiga seorang orang putri Yairus, anak seorang janda. Lihat tiga orang yang dibangkitkan Yesus semuanya orang muda. Apakah saat itu Yesus tidak melihat nenek-nenek mati? Melihat banyak, tetapi ketika melihat usungan jenasah, tanya siapa yang mati, Nenek usianya 80 tahun ya sudah wis mangsane. (ger....)
Tapi Yesus prihatin melihat orang muda mati. Orang muda yang masih memiliki energi, masih memiliki mimpi, masih bisa diandalkan membawa perubahan, membawa kebaikan dan sore ini kita bersama-sama memaknai bulan oktober, sumpah pemuda menyalakan kembali semangat Umar Bakri, bangkit dari kelesuan.
Kita hidup di era budaya yang serba instan, budaya yang mengedepankan kemudahan dan jalan pintas, mau kaya tanpa harus kerja, korupsi. Mau lulus tanpa harus belajar, nyontek. Ada yang pernah nyontek, angkat tangan. Satu, dua tiga empat, lima, enam. Weh... Debrito nyontek juga. .. oh.. oh. Nanti akan peraturan baru di Debrito ketahuan nyontek sekali keluar tiga kali.
Baik terimakasih atas kejujurannya, tetapi ini mentalitas jalan pintas bukan semangat pejuang, tidak mau bersusah-susah. Sejak kecil kita punya keprihatinan juga, kita telah dinina bobokan oleh televisi dengan cerita-cerita seperti; Satria Baja Hitam, Power Ranger, Kura-kura Ninja, Pendekar Sakti. Anda tumbuh dalam gelak tawa bersama, si Jenaka Dora Emon, MikyMouse, Donal Duck, Tack Clinton dan Spom Bop. (gerr...)
Andapun di benamkan di bawah pesona Mikel Jakcson, Madona, Michel botten.
Dan setelah anda muda, remaja anda harus hidup ditengah budaya profan ketika lagu perjungan-perjungan bukan lagi Maju Tak Gentar, melainkan Cecak Rowo dan Goyang Dombret. (Gerr...) Karena itu maaf saya menyaksikan banyak anak-anak muda jaman ini memang gayanya dinamis, kata-katanya romantis, wajahnya eksotis, idenya fantatis, sifat-sifatnya seperti Teletabis, (gerr.....)
Hati-hati terlalu banyak menyaksikan Satria Baja Hitam, besok gedhe jadi Satria Bajingan Hitam. ( Huhuhu...seruan protes )
Waspadalah-waspadalah, kejahatan terjadi bukan hanya niat pelakunya, tetapi ..?.
Saudara-saudari para sahabat muda tercinta dan anda semua yang malam ini bersama merayakan ekaristi ini, mari kita tinggalkan semangat kemanjaan, semangat mencari gampang, semangat jalan pintas. Kita hadapi setiap tantangan hidup dengan jiwa besar. Dengan kreatifitas yang tinggi dan inilah modal pertama-tama untuk menjadi orang yang berhasil.
Saya punya pengalaman menarik ketika saya masih tugas di jakarta. Suatu saat makan di restoran sendirian, dan tiba-tiba muncul seorang pengamen. Saya biasanya merasa tergangu kalau ada pengamen datang. Tetapi tetapi kali ini saya sangat terhibur. Karena pengamen ini adalah seorang pengamen yang sangat-sangat kreatif, dia mendatangi meja makan satu- persatu dan melihat siapa yang makan disitu lalu mempersembahkan satu lagu dan disesuaikan dengan siapa yang sedang makan. Dia mendatangi meja makan dan melihat ooo... ini orang-orang batak, karena pesannya daging anjing. (gerrr...) dan disana dia segera bernyanyi.. lagu batak...
(gerr...) orang batak.
Ia pergi ke meja lain, dia menemukan orang-orang Cainies sedang makan. Segera mengambil gitarnya .... menyanyikan lagu cina.... (gerr...)
Ia pergi ke meja lain kali ini orang-orang jawa dan segera menyanyi... Yen ning tawang ana lintang cah ayu aku ngenteni matimu... (gerr..)
Saudara-saudari saat itu saya mulai berpikir-pikir ini orang kalau nanti mendatangi meja saya akan menyanyi lagu apa?
Dia tahu saya orang jawa, tapi pasti tidak tahu saya pastor, dan bener dia mendekat ke meja saya, segera mengambil gitarnya dan betapa mengejutkan dia tiba-tiba bernyanyi begini, ”Apa enaknya jadi bujangan. Ke mana-mana.. (gerrrr...)
Saudara-saudari mau tahu berapa pengasilan orang ini saya tanya? Dia bekerja rutin setiap malam di rumah makan itu dari jam enam sampai jam sepuluh, penghasilannya seratus lima puluh ribu bersih. Dikasih makan oleh yang punya restoran. Bandingkan dengan pengamen-pengamen lain sama-sama tidak lulus SD, sama bermodal satu gitar. Yang dijalannan dari pagi sampai malam, kepanasan, kehujanan penghasilannya 15 ribu, dia seratus lima puluh ribu. Apa kuncinya? Yang satu kreatif, yang lain tidak. Tantangan diberikan kepada kita supaya kita berani keluar dari segala kesempitan kita dan berani kreatif. Tantangan biasanya memunculkan potensi-potensi, yang dalam situasi serba mudah itu tidak muncul. Pengamen tadi memberi inspriasi bagi kita bagaimana menjadi seorang yang kreatif, berani menghadapi tantangan.
Para sahabat tercinta, mari kita maju terus dan pantang mundur, rawe rantas malang putung. Seperti sifat burung Kasuari dan Kangguru, dua binatang yang sengaja diambil sebagai lambang negara Australia, kenapa, karena sifat mereka yang hanya dapat maju dan tidak pernah mundur. Ini cerminan dari semangat yang pantang menyerah dan tak gentar menghadapi masalah, tantangan dan kesulitan. Bersama Tuhan kita bisa. Seperti kata Paulus kepada jemaat di Filipi. ”Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaKu”. Atau seperti kata nabi Yesaya, ”Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapatkan kekuatan baru mereka seumpama rajawali yang terbang, dengan kekuatan sayapnya. Kita undang Tuhan menjadi sahabat hidup kita menguatkan kita dan bersama Dia kita akan sanggup menghadapi rintangan dan tantangan hidup. Kita akhiri homili ini dengan kembali mendaraskan tema kita saya undang untuk memekikkan kembali tema kita hari ini, saya akan mengatakan, ”Maju tak gentar”. anda anda menjawab, ”Mundur tak geguyu”. Siap.
”Maju tak gentar,”
”Mundur tak geguyu”
”Maju tak gentar,
”Mundur tak geguyu”
”Maju tak gentar”,
”Mundur tak geguyu”
Sekarang gantian saya ingin ngguyu. Anda yang berkata ”Maju tak gentar”. Saya yang menjawab.
”Maju tak gentar”.
”Mundur ngisin-ngisini. Sekali lagi.
”Maju tak gentar”.
”Mundur nggilani”.
”Maju tak gentar”.
”Mundur njijiki.” (gerr... ).
Kemuliaan kepada Bapa, Putera, dan roh kudus.... Amin.